Selesai membantu Dinda mengerjakan sepuluh soal matematikanya, aku ikut makan bersama dengan keluarga mereka, setelah itu beranjak ke ruang keluarga mengobrolkan banyak hal sambil Lintang dan Om Baskara memainkan permainan caturnya.
Aku duduk menghadap layar dengan Dinda, Dinda antusias sekali menanyakan prodi psikologi di kampus-kampus Indonesia, niatnya dia sudah mantap akan kuliah di prodi tersebut meski dia baru memasuki dunia SMA tahun ini.
Inspirasinya hendak menjadi psikolog didapat dari kakaknya, dia hendak mengobati agar kakaknya tidak selamanya gila.
Padahal psikologi bukan untuk menangani orang gila. Menuju gila, iya.
"UI psikologinya IPS ya, Kak? Yaaa ... nggak bisa dong kita satu kampus Kak. Padahal aku maunya di UI," keluhnya.
"Di UGM masuk kelompok saintek kok. Coba aja dulu di sana, kalau kamu nggak bisa lintas jurusan,"
"Mama mana izinin ke luar kota, Kak,"
"Lagian sekolah kok memperturutkan gengsi?! Kalau jiwanya di sosial tuh jangan dipaksain masuk laboraturium IPA. Pusing sendiri kan!" gerutu Lintang masih fokus di permainannya.
"Siapa yang gengsi sih, orang kalau otaknya emang cocok masuk IPA, masa mau dipaksa masuk IPS? Lagian aku udah ngomong tuh ke BK biar dipindahin aja, tapi nggak dibolehin. Lama-lama BK kebanyakan drama juga!" dumel Dinda.
"Nggak berguru sih lu ke kakak paling ganteng lu ini, coba liat gua sama Ana ... bisa sekelas terus, karena politiknya bagus," ucapnya dengan penuh kebanggaan.
"Emang dulu Kakak ngapain sama Kak Ana?"
"Jelasin, Na!" alihnya kepadaku.
Apa coba yang harus dijelaskan? Kalau selama ujian masuk dia menyalin saja, gitu? Atau dramanya dengan Jordan yang nekad tukar kelas ketika sudah beres penetuan kelas masing-masing?
Ya, Jordan dulu salah seorang anak yang berjasa untuk Lintang. Karena jasanya Lintang jadi bisa sekelas denganku.
Alkisah, Lintang seharusnya di IPS 1 dan aku di jurusan IPA 1. Karena merasa IPA bukan dunianya Jordan, dan Lintang suka datang ke kelasku, penawaran bertukar kelasnya pun terjadi. Jordan yang mengurus semuanya dengan kekuatan ayahnya yang ikut diseret masuk ke sekolah. Alhasil, di pekan kedua bersekolah, kami sudah sekelas bersama.
Saat itu tidak banyak yang tahu tentang aku dan Lintang, sudah begitu banyak gadis-gadis yang suka membicarakan Lintang dari belakang tentang ABC-nya. Jealous sih, tapi Lintang saat itu paham kok harus diapakan gadis-gadis itu. Aku juga tidak berharap ada yang tahu tentang kami, Lintang saja yang kelewat kontras menunjukkan.
Kalau boleh dibongkar sedikit, dulu setiap pulang sekolah kami suka pulang bersama. Lintang masih pake Soul GT waktu itu, sebelum pulang paling tidak dua kali sepekan harus ada acara makan siang bersamanya. Makan siang saja ya, beres itu pulang. Dicurigai kami ada hubungan sebenarnya sudah sejak pertama kali kita sekelas, Lintang suka update Instastory-nya setiap bertemu denganku, dan masih banyak kejanggalan yang membuat seisi kelas penasaran.
Ketika itu aku belum siap mengakui, pernyataan mereka selalu kutepis dengan mengatakan kami sudah berteman sejak SMP. Sampai di kelas dua, baru deh terbongkar, itu juga terbongkarnya karena sudah hampir putus. Namanya aku baru pertama kali menjalin hubungan senekad itu, dirahasiakan di tengah Lintang banyak yang mengejar, bayangkan makan hatiku setiap hari seperti apa?! Akhirnya kuakali saja untuk mengakhiri semuanya dengan alasan aku tidak nyaman dengan persepsi orang-orang.
Sayang, yang kupikir akan menjadi akhir, malah berbalik jadi cikal bakal semua tahu yang sebenarnya terjadi.
Lintang tidak mau pisah pokoknya sampai janjinya mau menikah beres SMA pun lancang diucapkan. Iya sih, beres SMA, bodohnya aku tak tahu makna beres SMA itu durasinya panjang loh, bisa saja maksudnya beres SMA kalau sudah usia 30 tahun, itu juga masih terhitung beres SMA. Jadi tambah makin makan hati kan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nggak Mau Pacaran Lagi
Teen FictionIni hanya kisah perbucinanku yang begitu mencintai Lintang, meski ... dengan jalan yang salah :) -Ana 🎀 Aku yang terbekali dengan keluarga berlatar religius serta pendidikan kedokteran membuatku merasa dibentuk menjadi pribadi yang harus siap dala...