Bucin 24: Meet Up with Sahabat Ibu-ibu

36 8 0
                                    

BERES berbelanja pakaian bayi, aku, Lintang, juga Alisha segera menuju tempat makan yang Deandra, Faya, Faro, dan … aku panggil apa ya ke suami Deandra? Dia kan suaminya Deandra sekaligus om dari Lintang. Tidak mungkin aku memanggilnya kak dan om.
Terus dipanggil apa, ya?

Hash! Sudahlah, yang penting bisa kumpul dulu dengan Deandra dan Faya di tempat yang sudah disepakati. Sekeluarnya saja nanti, kalau mau panggil om, panggil om, panggil kak, pangil kak. Jangan dipaksa kak kalau bisanya om. Toh, aku ke sana ingin bersua dengan sahabatku, bukan dengan pasangan mereka, jadi santai saja.

“Hai,” sapaku ketika sudah menemukan mereka di ujung tempat makan. Cepat Deandra dan Faya menyambut hangat kepadaku dengan ciuman pipi kanan dan kiri. Kangen? Banget. Ini adalah pertemuan pertama setelah kejadian Naila sakit.

Assalamualaikum, Naila. Alisha bring something for you,” kataku menyerahkan segera bingkisan yang dibeli beberapa saat sebelum ke sini. Bayi yang sedari sekarang sudah diarahkan Deandra berbahasa asing itu ternyata sudah tumbuh cantik dan lucu, aku suka sih menonton pertumbuhannya di balik video kiriman Deandra, tapi feel melihatnya secara langsung lebih mengharukan dengan segala kesulitan kita dulu menenangkannya di rumah sakit.

“Buat Faya junior, nanti ya, tunggu Mamanya lahiran, jadi mesti sehat supaya insya Allah bisa temenan sama Kak Alisha dan Kak Naila,” lanjutku mengelus perut Faya yang sudah lumayan menonjol.

“Wah, thank you so much, Kak Alisha,” Deandra mewakili Naila menerima bingkisannya, kita jadi ikut-ikutan seperti roleplay anak-anak jadinya, hahah.

“Duduk, Na!” Faya ikut mengajakku duduk di kursi yang kurasa mereka sengaja mengaturnya berpasang-pasangan begini. Lintang cuek saja menapakkan bokongnya habis berkeliling ke sana kemari sebelum ke tempat ini. Kuambil tempat dudukku juga berdampingan dengannya, tidak mungkin aku duduk di dekat suami Deandra ataupun suami Faya.

Tebak bagaimana ekspresi Lintang sekarang?! Dia jadi tidak seaktif biasanya, mungkin karena canggung luar biasa berhadapan bukan karena Deandra dan Faya cantik, melainkan suami Deandra yang tidak asing.

“Ini loh, Mas, temenku yang dulu bantuin aku jaman masih berdua sama Naila. Namanya Ana,” Suara Deandra berhasil mengalihkan suasana awkward ini dikarenakan tidak lagi mengobrol antar perempuan, kita sudah ketambahan personil. Deandra dengan sangat antusiasnya menunjukku kepada suaminya.

“Ana, ini suamiku,”

“Ana,” Aku ikut memberikan identitas singkatku kepadanya sembari tersenyum. Aku memang tidak berkesempatan datang di pernikahan Deandra maupun Faya dulu. Biasa, anak-anak ujian pekanan.

“Lintang perlu dikenalin juga nggak nih, Na?” celetuk Deandra lanjut menggodaku, namun bukan malah aku yang malu, Lintang yang jadi senyum-senyum tidak jelas harus apa di hadapan om sendiri dan tante barunya.

“Ini pacar kamu Lintang?” sahut suami Deandra, dia sukses mengundang seluruh mata menghadap ke arah Lintang sekarang. Bayangkan apa yang harus Lintang jawab!

“Om, udah bisa gendong anak belum? Jangan bilang belum? Kalah berarti sama calon saya,” kata Lintang membalas asal bicara. Aku sampai bingung harus mengancamnya dengan apa selain memelototi saja, aku takut keceplosan memanggil namanya yang harus bersanding dengan panggilan ‘mas’.

Kupikir malunya sudah tertahan sedikit, ternyata sama saja!

“Emang calonnya yang mana?” kata suami Deandra lagi.

Oh Tuhan. Cepat kupijat pura-pura keningku menahan malu kalau Lintang sampai nekad menunjukku.

“Nanti lah, Om, masa dikenalin sekarang sih,” balas Lintang sedikit melegakan.

Nggak Mau Pacaran LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang