Bucin 5: Sarjana Ilmu Gombalnya

97 12 5
                                    

Berhubung matahari sudah meninggi dan masih dalam masa liburan setelah ujian kemarin, aku langsung membereskan rumah dan mengambil alih tugas menjaga Alisha menggantikan posisi Ibu. Hehe, enak ya kalau ujian selesai, rasanya sudah paling merdeka dari prodi-prodi lain yang masih belajar. Semangat!

Tak terkecuali prodi Lintang yang kutahu dia adalah bagian dari kampus swasta, bukan perihal swastanya sih, bagiku tak ada bedanya antara negeri dan swasta, keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, hanya persoalan di prodi-prodinya saja yang mungkin menerapkan sistem yang berbeda. Jadi hari ini Lintang pasti masih kuliah karena tak ada istilah blok-blokan dalam prodinya.

Ah iya, mau kuceritakan sedikit tentang keluargaku? Baik. Aku pernah mendengar bahwa Ayah dan Ibuku dulunya bertemu pertama kalinya di sebuah sekolah berbasis sekolah keislaman, alias pesantren, hehe. Lulus dari pesantren mereka ternyata melanjutkan pendidikan di kampus yang sama dan karena memang jodoh Ibu kerap bertemu Ayah di masjid kampus.

Setahuku pun Ayah dan Ibu menikah di usia-usia mahasiswa sepertiku sekarang dan Alhamdulillah mereka makannya bukan kertas laporan dan sejenisnya kok. Hehe, lupakan omongan siapa itu?! Berusaha membudayakan untuk tidak berburuk sangka, mungkin dia yang takut makan kertas laporan itu hanya terlalu khawatir saja, toh memberi nafkah kan tanggung jawabnya juga kalau sudah benar-benar jadi nanti.

Oke, back to topic, aku punya satu orang kakak lelaki, panggil saja Bang Harun. Dulu sih dia juga suka iseng seperti Lintang kepada Dinda, tapi setelah adikku, Alisha, lahir, dia lebih sadar untuk tidak mengisengiku sebagai anak yang paling berperan di rumah.

Bayangkan mulai dari urusan dapur hingga menimang Alisha menjadi tugasku semua, jika Ibu sudah benar-benar sangat capek. kalau Ibu masih kuat tidak habis begadang, aku akan menyisihkan waktu menyicil belajar untuk persiapan ujian-ujian per pekanku. Tapi, sekarang sudah mulai melonggar kok, Alisha kan sudah menuju dua tahun, jadi Ibu tidak sesering dulu lagi begadang.

Terus Bang Harun tugasnya apa?

Sejatinya Bang Harun  punya hati yang baik, dia kadang minta diajarkan bagaimana membersihkan kamarnya yang super mengidentikkan kamar lelaki, berantakan maksudnya, atau kalau diminta mencuci piring atau pekerjaan apa pun dia tidak pernah menolak. Mungkin kasihan, haha.

Waktu Bang Harun juga tidak begitu longgar, liburnya hanya setiap weekend dengan durasi kerja hampir sepuluh jam sehari, belum lagi kalau lembur, bisa lebih lama dia di kantor. Hari liburnya tidak dihabiskan sepertiku, dia punya tempat mengaji tetap yang selalu menjadi alasannya setiap Sabtu harus dijadikan jam kerjanya menggantikan hari kerjanya yang diliburkan di hari Kamis, lalu Ahad dia baru full di rumah.

Biasa dia juga mengajakku ke Bekasi mengikuti acara pengajiannya, tapi karena punya Lintang, aku jadi beralih jadwal untuk mengunjungi dia dan Tante Yuni terlebih dahulu, ikut Bang Harun kadang-kadang saja. Setahuku Bang Harun betah tempat pengajian di Bekasi sana karena di sanalah kali pertama dia bertemu Kak Alma, seorang perawat yang berparas cantik luar dalam.

Menurutku pertemuan mereka lumayan langka di dunia jaman sebebas ini, mereka tidak pernah bertemu secara intens atau berduaan, Bang Harun harus mengajak seseorang yang dapat dipercaya mampu mengalahkan godaan setan di antara orang yang berduaan. Kadang akulah yang kerap dijadian lawan setan yang sepadan tersebut.

Dua bulan lalu Ayah sudah sempat ke rumah Kak Alma, menemani Bang Harun membicarakan hal serius, tapi sampai sekarang belum ada kejelesan kapan Bang Harun mau melanjutkan langkahnya, disebabkan pekerjaan yang memumetkan kepala itu. Lamarannya sebenarnya sudah jadi, lebaran bulan lalu juga Kak Alma datang ke rumah dengan adiknya. Tahu bagaimana reaksi Bang Harun dikunjungi gadis cantik itu? Dia kacir lari ke kamar macam habis melihat hantu. Aku sampai ketawa besar menonton muka salah tingkahnya yang membuka pintu rumah tiba-tiba di depannya langsung wajah dari sosok yang mengisi doanya.

Nggak Mau Pacaran LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang