41

728 142 26
                                    

Memang, seberapa sering Jiho ke makamnya Hyunbin rindunya itu tidak akan hilang. Sudah lama juga ketika dia menatap wajah Hyunbin, kala itu mereka masih berusia 18 atau 19 tahun dan tragisnya hari di mana kecelakaan itu terjadi, hari ketika Hyunbin menghembuskan napas terakhir Jiho tidak berada di sisi sahabatnya.

Jiho juga mengerti kalau orang meninggal tidak akan pernah kembali dan kita temui, sejak saat itulah hampir setiap hari Jiho selalu mengunjungi makam Hyunbin.

Telapak tangannya mengelus ngelus nisan bertuliskan nama Hyunbin. Jiho tersenyum sendiri dan langsung menaruh bucket bunga besar di atas makam Hyunbin.

"Selamat ulang tahun Hyunbin.." tepat hari ini adalah hari kelahiran Hyunbin, hari di mana cowok itu diberi kehidupan oleh tuhan. Meskipun usia Hyunbin tidak lama di dunia, Jiho selalu berdoa jika di surga Hyunbin baik baik saja dan selalu bahagia.

Berbekal dengan kue ulang tahun mini, dengan rasa coklat kesukaan Hyunbin gadis itu mulai menyanyikan lagu ulang tahun sendiri sambil terus tersenyum ke arah makam pemuda itu. Jiho juga tak lupa berpura pura meniup lilin yang dan tepuk tangan bahagia seolah Hyunbin hadir di perayaan kecil ini.

"Hyunbin pokoknya harus bahagia ya di surga, Jiho disini juga berusaha buat bahagia terus," Jiho tersenyum, "Hyunbin pasti tau kan kalau Jiho sayang Hyunbin ?"

"Jiho sayang banget sama Hyunbin sama Hyunjae, tapi kayaknya tuhan lebih sayang sama Hyunbin," ia menunduk, menarik napas dalam dalam, "Kamu masih inget gak tentang cerita yang pernah aku kasih tau ke kamu ? Tentang perjodohan aku sama anak temen Papa ?" Jiho kembali menarik napas panjang. "Aku jadi sama dia Hyunbin, maafin aku ya."

"Semoga kamu di surga bisa ngelihat hari bahagiaku sama Jaehyun nanti ya. Pokoknya kamu juga harus seneng pas di hari bahagiaku, ya meskipun pernikahanku ini cuman sebatas pernikahan politik aja tapi kamu harus lihat dari surga, harus." Jiho tersenyum kembali mengelus ngelus nisan Hyunbin.

Wajah Jiho menengadah saat merasakan seseorang berdiri di sampingnya. Jaehyun yang siang itu memang pergi bersama Jiho menghampiri gadis itu yang duduk lama di sebelah makam Hyunbin.

Jaehyun ikut berjongkok di sebelah Jiho, merangkul pundak Jiho yang saat itu langsung menoleh kaget oleh sikap Jaehyun barusan.

"Gue, gue calonnya Jiho. Gue udah denger banyak tentang lo dari dia sama Hyunjae," ucap Jaehyun ke arah nisan Hyunbin, "gue emang nggak bisa janji apa apa untuk saat ini ke lo, tapi semoga gue nggak akan pernah ngecewain Jiho, gue juga bakal terus berusaha buat melihat dia sebagai seorang cewek ke depannya, lo nggak perlu khawatir di sana, tugas lo buat jaga Jiho udah selesai sekarang gue yang bakal gantiin itu."

Jiho masih menatap tepat ke arah mata Jaehyun, gadis itu tak menyangka kalau cowok di sampingnya ini akan berkata demikian. Jiho sampai tertegun sebentar dan salah tingkah.

"Gue sama Jiho pamit pulang dulu ya, gue bakalan sering mampir ke sini setelah ini, " Jaehyun menarik tangan di pundak Jiho, mengelus ngelus batu nisan itu sebelum akhirnya mengajak gadis di sebelahnya itu untuk pulang.

Jaehyun mengulurkan tangannya, berniat membantu Jiho untuk berdiri. Gadis itu melirik sekilas kemudian kembali menatap ke arah batu nisan Hyunbin, "aku pamit ya Hyunbin, nanti aku ke sini lagi." Jiho menghela napas panjang, memindahkan kue tart kecil ke tangan kirinya, sedang tangan kanannya menjulur ke arah tangan Jaehyun.

Jiho pikir cowok itu hanya membantunya berdiri, tetapi tangan Jaehyun masih terus menggengam jemari jemari kecil Jiho. Menuntun gadis itu untuk berjalan melewati makam makam di depannya, sesekali Jaehyun menoleh memastikan bahwa langkah kaki gadis di belakangnya itu tepat.

Jiho yang mengekor di belakang Jaehyun mengigit bibir bawahnya, menatap genggaman tangan mereka.

"Hati hati Ji, kuenya mau gue bawah aja ?" Tanya Jaehyun ketika mereka sudah sampai di jalanan setapak.

BUJANG PAPAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang