[Mini Series] Blue 5

1.5K 197 55
                                    

"Siapa?"

Junkyu melirik Jihoon yang duduk di sampingnya, karena ponselnya berdering perhatian laki-laki Park itu jadi teralihkan dari layar TV.

"Byunggon—"

"Berikan padaku," Jihoon merebut benda kotak itu, menggeser tombol berwarna hijau. "Mulai sekarang jangan ganggu pacarku!"

"Kau siapa? Dimana Junkyu—"

"Mulai sekarang Junkyu pacarku, kau menyerah saja dan jangan ganggu pacarku lagi."

"Heh bocah sialan, jangan bicara omong kosong—"

"Tolong, selagi aku masih bicara baik-baik." Jihoon menghela napas pendek. "Dia hampir saja bunuh diri. Dia bilang dia hanya ingin mati karena hidupnya terlalu mengenaskan, kau menahannya terlalu lama."

"Seekor burung saja tidak bisa selamanya hidup di dalam sangkar, jadi tolong, biarkan dia temukan bahagianya yang baru."

Tanpa mau mendengar jawaban Jihoon segera memutus sambungan telfon. Tangannya bergerak mengeluarkan sim card dari ponsel tersebut lalu mematahkannya menjadi dua.

"Jangan mencoba untuk hubungi dia lagi." ujar Jihoon memperingati. "Kau juga tidak boleh keluar rumah kalau tidak bersamaku."

"Jihoon-ssi,"

"Jihoon," Jihoon melipat tangan di depan perut. "Jangan gunakan bahasa formal dengan pacarmu sendiri."

"Kita... sungguh pacaran?"

Jihoon mendelik. "Aku sih menganggapnya begitu, tapi terserah kau mau anggap aku bagaimana."

"Aku masih belum terbiasa," Junkyu menatap Jihoon ragu, tangannya terjulur hendak memeluk sebelah lengan Jihoon, tapi tatapan mata laki-laki itu membuatnya ragu. "Boleh aku peluk?"

Jihoon terbatuk kecil, agak terkejut dengan permintaan tiba-tiba kekasih barunya. "Terserah." jawabnya sambil lalu.

Junkyu menghela napas dan melingkarkan tangannya pada lengan Jihoon, bahkan kepalanya langsung bersandar pada pundak si laki-laki.

Belum ada sebulan mereka saling mengenal tapi anehnya Junkyu bisa merasa nyaman. Pundak Jihoon memang tidak selebar milik Byunggon, pun lengannya terlihat tidak sekokoh milik Byunggonㅡtapi setelah dipeluk begini, lengan Jihoon ternyata lebih berisi dengan otot.

Junkyu menatap ke arah jari-jari tangan kanan Jihoon, tangannya meraih telapak tangan itu lalu bermain-main dengan jari-jari tangan Jihoon.

"Kau berbeda dengan Byunggon," ucap Junkyu. Ibu jari pria itu mengusap pelan telapak tangan Jihoon, "tapi aku merasa nyaman—"

"Jadi sejak tadi kau membandingkanku dengan mantan pacarmu yang brengsek itu?" cetus Jihoon tak habis pikir, dia bahkan refleks menarik tangannya dari genggaman tangan Junkyu pun badannya bergerak memberi jarak di antara keduanya.

Junkyu terpaksa menegakkan punggung dan lehernya, lalu tersenyum canggung.

Melihat reaksi pria itu Jihoon mendengus sebal. "Wah benar-benar..." mulutnya tertutup rapat seolah kehabisan kata-kata.

Tidak mau Jihoon semakin merasa kecewa Junkyu segera memeluk laki-laki itu dari samping, dua tangannya melingkar sempurna di pinggang Jihoon dan dagunya sengaja ditaruh di atas pundak si adam.

"Maaf..." bisik Junkyu. "Itu refleks, aku tidak sengaja jadi maafkan aku—"

"Aku tidak suka dibandingkan," potong Jihoon, kepalanya menoleh dan menunduk sedikit untuk menatap sang kekasih. "Apalagi dibandingkan dengan laki-laki brengsek itu."

Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang