Run Away

548 45 4
                                    

Sejujurnya Junkyu gak pernah suka datang ke acara seperti ini. Pesta pernikahan. Kalau saja pengantin yang baru saja menikah itu bukan sanak saudaranya Junkyu tidak akan mau berada di sini.

Terjebak bersama belasan sanak saudaranya.

Harusnya momen seperti ini menjadi momen penting dimana semua sanak saudara berkumpul, tapi satu hal yang Junkyu tidak sukai.

"Nak Junkyu kapan mau nyusul?"

"Kamu kapan, Kyu mau nikah juga?"

"Udah ada calon kan?"

Dan berbagai pertanyaan lainnya yang bikin kepala Junkyu pusing, makin berat kepalanya sampai rasanya hampir mau pecah. Dan kalau sudah dipancing dengan pertanyaan seperti itu kedua orang tuanya pasti selalu bereaksi sama, hal yang sangat amat menyebalkan buat Junkyu.

Sang ibu akan terus mengomel tanpa rasa lelah dan sang ayah juga ikut-ikutan memojokkan dirinya.

Tahun ini umurnya memang akan genap tiga puluh tahun, terbilang sangat matang untuk segera menikah. Tapi apalah daya kalau calon saja Junkyu tidak punya.

Masa sih?

Hm... sebenarnya ada banyak di luar sana yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan padanya tapi Junkyu belum menemukan yang pas. Belum menemukan yang pas atau karena alasan lain hm???

"Mau nyari yang gimana lagi sih, bro?" tanya Seunghun.

Junkyu mengangkat bahu tak tahu. "Ya gitu..."

"Ck, kebanyakan milih juga gak bagus kali, Kyu." sahut Seunghun mencermahi. "Emangnya lo mau jadi bujangan tua?"

"Gak malu tuh sama muka ganteng lu?" ejek Seunghun kemudian.

Emang temen sekaligus sepupu terbangsat ya Seunghun doang, awalnya menceramahi tapi ujungnya pasti ngejek juga.

"Yaelah gua masih ngurus karir—"

"Halah tai. Usaha lu udah sukses gitu mau lu gimanain lagi hah?"

Junkyu mendelik, Seunghun masih mengoceh ini dan itu makanya dia lebih baik segera beranjak dari sana.

"Mau kemana—"

"Jauh-jauh dari lu! Pusing kepala gue denger lu ngoceh terus!" sahut Junkyu.

Lelaki itu akhirnya berkeliling aula, sesekali mampir ke meja prasmanan untuk mengambil beberapa kue kecil. Atensinya kemudian terfokus pada panggung dimana sepasang pengantin baru itu tengah menyalami satu per satu tamu undangan.

Sampai akhirnya satu orang di ujung sana menarik perhatiannya. Seorang pria dengan kemeja putih polos berbalutkan tuxedo berwarna cream, rambut terlihat rapi, dengan senyum lebar tersungging rupawan itu tengah menyalami pengantin.

Itu kan...

Kedua kakinya bergerak, mendekati panggung pengantin dengan perasaan harap-harap cemas. Bahkan Junkyu tidak sadar kalau bibirnya sudah menarik senyum tipis.

Di sini lah Junkyu berdiri di depan tangga panggung altar pengantin, menunggu pria itu turun.

Tidak sampai semenit pria yang ditunggunya muncul, mulai menuruni satu per satu anak tangga. Senyum pria itu masih terlihat merekah dan otomatis senyum Junkyu juga ikut melebar.

Tapi senyum pria itu hilang kala tubuhnya oleng sebab alas sepatu pantofel miliknya tidak menapak pada permukaan anak tangga dengan sempurna. Dia hampir jatuh kalau saja Junkyu tidak segera meraih tubuhnya—tepatnya menahan pundak dan memegang erat sebelah lengannya.

Terimakasih pada refleks bagus Junkyu, berkat itu si pria dengan tuxedo cream itu tidak jadi terjatuh dari atas tangga.

Meski harus berakhir dalam jarak yang sangat dekat dengan Junkyu.

Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang