Despair.

493 48 6
                                    


cw // harsh & frontal words. mention of alcohol, cigarettes, violence and death. kisses. up to 2800 words.


...oOo...


Dave Bas.

where are u? |

| why?

wanna try night drive? |

| sure
| plase pick me up

the ordinary? |

|  yes. 




...oOo...





Pikir Jun, dirinya akan disambut dengan bau alkohol yang menyengat menguar dari badan Dave. Kebiasaan buruk Dave kalau sudah menghabiskan waktu di dalam kelab malam tentu tidak jauh dari kata mabuk-mabukan, tapi alih-alih disambut dengan penampilan acak-acakan Dave, yang didapat Jun justru wangi buah segar menguar dari pakaian santai yang Dave gunakan.

"Gue kira lo bakal setengah sadar waktu gue jemput," kata Jun sembari memastikan Dave menggunakan seatbelt nya dengan benar ia kembali mengoceh. "But you smells like five years old boy."

Gara-gara ocehan Jun, Dave membaui kaus juga jaket jeans yang dia pakai. Keningnya mengernyit, "tadi gue sempet tengkar bentar sama Samy—maksa pake toilet bartender buat mandi plus ngerampok minyak wanginya yang murahan."

"Murahan tapi ujungnya lo semprot juga tuh minyak wangi sampe seluruh badan,"

"Ya daripada gue ketemu lo bau miras? Yang ada gue ditendang sebelum masuk ke mobil."

Jun tertawa. "Lagian, kapan sih lo mau berhenti nyari penyakit?" sepasang mata sipit melirik lewat ekor mata, hanya bertahan sekian detik karena lenggangnya jalanan adalah fokus utama. "Udah waktunya buat lo berhenti lari, Dave."

"Emang gak capek ya, lari-larian terus dari kenyataan—"

"Gue bakal berhenti, kalau lo kasih janji bersedia jadi patner hidup gue sampai mati." Dave mendesis, lantas menyerigai kala lawan bicaranya memilih mengatupkan mulut rapat-rapat. Tangan kanan itu bergerak merogoh kantung celana pendek, mencari sekotak rokok bersama pasangan setianya, korek api. "Lagian, apa yang melekat di diri gue yang sekarang, 50% nya karena lo sendiri."

"Salah lo adalah ngajarin gue banyak hal tapi gak ngajarin gue gimana caranya buat berhenti."

Kaca jendela diturunkan bersamaan dengan kepulan asap yang menyerbak keluar mengikuti arah angin. Sesekali Dave menggerakkan tangan, menghalau kepulan asap yang mencoba bertahan lama di dalam mobil. Dave paham betul bahwa seseorang yang duduk di balik kemudi faktanya membenci asap rokok.

"Gue bakal dipaksa turun gak sih, kalau ngebul di dalem mobil?" tanya Dave, iseng sebenarnya. Dia tak yakin pertanyaan retoris itu akan direspon, tapi di luar dugaan Jun memberi respon mengagetkan.

"Nyalain satu lagi, buat gue."

Masih sedikit gak percaya seorang Jun meminta sebatang rokok padanya, Dave dengan kepala menatap figur wajah Jun dari samping, mulai menarik batang rokok lain keluar dari bungkusnya. Terlalu malas menggunakan korek—tepatnya agak malas meraih korek yang ada di ujung dashboard—dia memaksa Jun menoleh dan mengigit batang rokok di antara belah bibirnya.

"Nyalain dulu—"

"Nyalain sendiri, nih."

Jun hampir mengumpat sinting begitu sadar Dave bukan menyodorkan korek api, tapi mendorong wajahnya sendiri—tepatnya menyodorkan batang rokok dengan bara api menyala yang ada di antara belah bibirnya.

Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang