[Mini Series] Rose 3

886 127 24
                                    

Jihoon menggambarkan sosok Junkyu sebagai mawar merah yang memikat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihoon menggambarkan sosok Junkyu sebagai mawar merah yang memikat. Tampak luarnya cantik, pun wanginya yang harum membuat siapapun menyukainya.

Siapa sih yang tidak menyukai mawar merah, tidak ada, kecuali orang-orang tertentu yang mengidap alergi bunga. Begitu juga Jihoon, siapa yang tidak menyukai sosok periang, ramah dan cerah seperti Junkyu?

Tidak ada.

Kalau mawar merah adalah lambang romantisme, maka Junkyu adalah lambang perjuangan seorang Jihoon.

Junkyu yang terlalu memikat membuat Jihoon tanpa sadar terpukau, terobsesi untuk memiliki seutuhnya.

Tapi Jihoon lupa satu hal, mawar merah itu berduri.

Semakin ia memaksa untuk meraihnya, maka semakin dalam durinya menusuk jarimu.

"My love is like a red rose. It may be beautiful now, but my sharp thorns will hurt you." adalah kalimat peringatan yang pernah terlontar dari mulut Junkyu.

Lalu Jihoon dengan nafsu obsesinya membalas, "Even if I bleed everywhere, I wanna hold you. I want to have you, though I know I'll get pricked."

Mengesampingkan sang duri, Jihoon bersikeras menggenggam tangkainya dengan erat.

"Siang Tante, Junkyu ada?"

Siang itu Jihoon dengan jeans hitam dipadukan dengan kemeja kotak-kotak tampak rapi dan tampan, penampilan kasualnya sejenak memukau wanita paruh baya yang notabenenya ibu dari Junkyu.

"Ada, Junkyu ada di kamarnya." jawab Tante Dian. Pria berumur itu tidak berhenti tersenyum lebar ketika manik matanya bertatapan dengan manik mata Jihoon. "Rapi banget, kalian mau pergi lagi?"

Jihoon balas tersenyum tak kalah lebar. "Iya Tante, mumpung cuacanya cerah biar gampang cari spot yang bagus."

"Sini-sini masuk dulu, duduk dulu." Tante Dian menggiring pemuda itu duduk di sofa ruang tamu, lalu berteriak di depan tangga. "Junkyu! Jihoon udah datang nih!"

"Iya Ma, tunggu sebentar!"

"Jangan lama-lama!"

"5 menit!"

"Sabar ya Nak Jihoon," wanita itu melempar senyum tak enak ke arah Jihoon. "Junkyu itu paling lama kalau siap-siap, maklumin ya."

Jihoon mengusap lehernya sekilas. "Iya Tante, gak apa-apa. Saya udah biasa nunggu kok,"

"Mau minum apa?"

"Gak usah Tante, jangan repot-repot. Sebentar lagi paling Junkyu selesai."

"Haduhh..." karena menolak dibuatkan minum, Tante Dian memilih untuk duduk bersebrangan dengan Jihoon. Wanita itu tampak memijit pelipisnya. "Junkyu tuh sebentar lagi mau menikah, tapi masih aja sibuk."

Jihoon tersedak ludahnya sendiri. "Menikah?"

Tante Dian mengangguk. "Tanggal pernikahan Junkyu sama Noa udah ditetapkan, waktunya tiga bulan dari sekarang."

Bagai tersambar petir di siang hari, Jihoon tercengang, tanpa sadar sudut bibirnya tertarik sedikit. Membentuk senyum miring yang miris.

Jadi seperti ini rasa sakit akibat terkena durinya.

"Oh gitu..." Jihoon merespon seadanya. Terlalu kaget dan terlalu sakit hati saat menerima kenyataan pahit. "Persiapannya udah sejauh mana Tante?"

"50% kali ya," tidak seperti ekspresi wajah Jihoon yang masam, Tante Dian tampak berseri-seri. "Kemarin lusa baru aja selesai prewedding."

Kemarin lusa. Oh berarti alasan kenapa Junkyu sibu akhir-akhir ini karena prewedding?

Kenapa Junkyu gak pernah bilang? Kenapa Junkyu harus bohong dengan dalih pekerjaan?

"Nak Jihoon," panggil Tante Dian, menghancurkan lamunan singkat Jihoon yang sejenak membuat rahang pemuda itu mengeras.

"Ya Tante?"

"Tante boleh minta tolong?"

Kening Jihoon mendelik. "Minta tolong apa Tante?" entah kenapa merasa tidak enak.

"Tolong bujuk Junkyu supaya kurangin kesibukannya, kan sebentar lagi dia mau menikah. Tante udah sering tegur tapi gak pernah didengar, berhubung cuma kamu sepupu yang paling dekat dengan Junkyu, tolong ya. Siapa tahu anak itu jadi terbujuk, ya Nak Jihoon?"

Jihoon mungkin akan menolak keras atau bahkan melampiaskan emosinya dengan membalik meja yang ada di depannya.

Mengurangi pekerjaan Junkyu, itu sama saja mengurangi waktunya bersama Junkyu.

Meski bidang profesi Junkyu dan Jihoon sangat berbeda, Junkyu sebagai pemilik Wedding Organizer telah mengontrak Jihoon sebagai fotografer andalan setiap kali kliennya melakukan prewedding.

Dengan begitu mereka tidak perlu menutup-nutupi kedekatan berlebih, karena selain karena suadara sepupu mereka adalah rekan kerja. Jadi tidak ada yang mencurigai keduanya.

Justru di sana lah letak masalah utamanya.

Saudara sepupu.

Terlebih bukan sepupu jauh, mereka memiliki nenek yang sama.

Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang