Siang itu Jihoon sedang berkutat dengan komputernya ketika tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar.
"Jihoon-ssi?"
"Apa?" sahut Jihoon tanpa menoleh.
"Boleh aku masuk?"
"Masuk saja, pintunya tidak dikunci."
Pintu kamar terbuka, Jihoon melirik sekilas, Junkyu tanpa ragu berjalan mendekatinya. "Sedang apa?"
"Bekerja." jawab Jihoon seadanya. "Jangan mengangguku."
Junkyu melihat ke arah layar komputer. Laki-laki Park tampak sibuk berkutat dengan aplikasi edit video. "Potongannya tidak natural," sahut Junkyu.
Jihoon menoleh. "Apa?"
Junkyu menatap Jihoon sekilas lalu pandangannya kembali jatuh pada layar komputer, dia menunjuk salah satu layer video. "Potongannya terlalu memaksa, tidak natural."
"Memang seharusnya bagaimana?" tanya Jihoon balik.
Tanpa meminta ijin lebih dulu Junkyu merebut mouse di tangan Jihoon, tangan kanan pria itu bergerak begitu lincah dan cepat.
Jihoon tercengang. Dia tidak tahu kalau ternyata Junkyu cukup pandai mengunakan aplikasi edit video seperti ini.
"Sekarang lihat," tangan kiri Junkyu menekan tombol space di atas keyboard lalu video terputar. "Potongannya lebih natural kan?"
Alih-alih menjawab Jihoon justru mendongak menatap Junkyu, yang ditatap lantas menunduk sedikit dan pandangan mereka bertemu.
"Kau bisa mengaplikasikan ini?" tanya Jihoon yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Junkyu. "Dulu aku sempat kursus,"
"Oh," Jihoon mengangguk singkat lalu teringat sesuatu. "Ada apa mencariku? Kau mau pamit pergi?"
Junkyu tersenyum canggung. Pria itu kembali menegakkan punggungnya, "tidak, soal itu aku belum bisa menghubungi siapapun."
"Lalu?"
"Kau bisa perbaiki ponselku?" Junkyu menyodorkan ponselnya pada Jihoon. "Entah kenapa kartu perdana yang kau belikan tidak bisa terbaca."
"Berikan padaku," Jihoon menerima ponsel itu lalu mengotak-atiknya. "Kau mungkin belum mengaktifkan kartunya."
"Mungkin." sambil menunggu Jihoon, Junkyu sengaja duduk di pinggiran kasur king size milik Jihoon.
Junkyu memperhatikan seisi kamar. Ternyata untuk ukuran seorang laki-laki Jihoon cukup rapi dan bersih, buktinya kamar laki-laki itu tidak berantakan sama sekali.
"Ini," suara Jihoon membuat Junkyu mengalihkan atensinya. Ternyata ponselnya telah selesai diperbaiki. "Aktifkan dulu kartunya sebelum digunakan, dasar bodoh."
"Terimakasih."
"Kemarin aku bertemu dengan Lee Byunggon." ujar Jihoon tiba-tiba. "Laki-laki itu sepertinya mencarimu di rumahmu."
"Itu sudah pasti," Junkyu menunduk, dia mencoba membuka beberapa aplikasi chat untuk menghubungi kenalannya. "Laki-laki seperti Lee Byunggon tidak akan melepaskanku dengan mudah."
"Sebenarnya apa hubungan kalian?"
Satu pertanyaan dari Jihoon sukses membuat jari tangan Junkyu berhenti bergerak. Pria itu menggigit bibirnya sendiri, "aku pria simpanannya."
Jihoon terdiam. Ada perasaan bersalah karena bertanya seperti itu, tapi mau sampai kapan pria itu menutupi hal seperti itu darinya? Toh secara tidak langsung ketika Jihoon bersandirawa sebagai kekasihnya bukan kah itu artinya dia sudah ikut campur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Recyle : Jikyu
أدب الهواةtrash of Jikyu fict, from senofyou - penggalan kisah yang tak lengkap. - random fic