[Mini Series] Blue 1

1.7K 205 28
                                    

Setelah tiga alarm yang berbunyi nyaring Park Jihoon akhirnya membuka matanya. Laki-laki itu duduk sebentar di pinggiran kasur untuk mengumpulkan nyawa, lalu sambil mengusap-usap wajah dia melangkah keluar kamar.

Kedua kakinya melangkah pasti menuju dapur untuk mengambil air minum. Kebiasaan Jihoon setelah bangun tidur adalah minum dua gelas air.

"Kau sudah bangun?"

Jihoon nyaris melempar gelas yang dipegangnya, mata sipitnya itu terbelalak lebar saat melihat sosok pria—yang hanya mengenakan kemeja putih berukuran besar serta boxer ketat setengah paha—sedang menjamah dapurnya.

"Oh astaga." Jihoon mengusap dadanya, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tadi sempat ingin melompat keluar. "Kau mengagetkan saja!"

Sepertinya Jihoon sempat lupa kalau sekarang ada orang lain yang juga tinggal di sini.

"Apa sih, aku kan sejak tadi di sini." sahut Junkyu. "Kau saja yang tidak melihatku."

"Apa yang kau lakukan sih?" tanya Jihoon, dia menaruh gelas kosongnya ke atas meja dapur. "Jangan membuat dapurku berantakan."

"Membuat makan siang," pria Kim itu menyahut acuh. Sepertinya dia terlalu sibuk untuk meladeni Jihoon.

"Memangnya kau bisa masak?" tanya Jihoon lagi. Laki-laki itu mengusak rambutnya dengan pandangan yang tak lepas dari punggung Junkyu yang sibuk.

"Tidak begitu mahir sih," Junkyu meletakkan piring kotor ke dalam wastafel lalu kembali mendekati kompor. "Tapi aku tahu bagaimana caranya membuat makanan yang layak makan."

Jihoon tak lagi menyahut, dia hanya diam sambil memperhatikan si pria Kim. Semakin diperhatikan Jihoon mulai menyadari satu hal. Akibat lampu dapur yang terlalu terang atau karena bahan kemeja putih pria itu yang terlalu tipis, tanpa sengaja kulit putih mulus itu terpapar samar.

Plak!

Tangan Jihoon refleks menampar pipinya sendiri, dia buru-buru mengalihkan pandangan ke sembarang arah. "Sial, apasih yang kulihat??"

"Coba rasakan ini," tiba-tiba yang sejak tadi diperhatikan kini berdiri di depan Jihoon, menyodorkan sendok berisi kuah sup.

"Apa?" tanya Jihoon bingung.

"Rasakan," Junkyu mendorong sendok itu ke depan mulut Jihoon, si laki-laki tidak punya pilihan selain membuka mulutnya. "Bagaimana?"

Sambil mencecap rasa di mulutnya Jihoon menunduk, niatnya mau melihat ekspresi Junkyu tapi sesuatu yang lain ia lihat dari balik dua kancing kemeja yang terbuka itu membuat Jihoon salah fokus.

Jihoon menelan salivanya. "Sedikit asin,"

"Masa sih?" tidak percaya dengan apa yang Jihoon katakan, Junkyu ikut mencecap sendok di tangannya. "Kupikir sudah pas."

"Tambahkan sedikit gula, agar asinnya berkurang." Jihoon mendorong pria itu menjauh lalu melengos pergi.

Junkyu mendelik. Tapi akhirnya dia menuang sedikit gula ke dalam supnya. "Sebentar lagi makananya siap, aku tunggu di meja makan ya!"

Jihoon tidak menyahut tapi punggungnya hilang dibalik pintu kamar yang tertutup rapat.




•°•




Rasanya baru tiga hari Junkyu menumpang di hunian Jihoon, pria itu bertingkah layaknya seorang teman yang sudah saling mengenal dalam waktu yang lama.

Tidak terlihat canggung sama sekali.

Berbanding terbalik dengan Jihoon yang terkadang masih canggung dan kaku. Wajar, selama ini Jihoon tidak pernah benar-benar berinteraksi dengan pria asing.

Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang