"Di hadapan Tuhan, kalian telah resmi sebagai pasangan sehidup-semati. Kalian dipersilahkan untuk mencium pasangan kalian, sebagai bukti cinta kalian kepada Tuhan."
Jihoon menahan tawa ketika mendengar penuturan pendeta. Pipi bagian dalamnya sengaja digigit kuat agar gelak tawa tidak berhambur keluar.
Suasananya saat ini haruslah sakral. Tidak boleh ada tawa sedikit pun, sebab mereka sedang berhadapan langsung dengan utusan Tuhan.
Di sebelah Jihoon ada Junkyu, pasangannya yang menatap kelewat datar. Tampak menyimak penuturan pendeta, tapi sebenarnya apa yang didengar hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
"Apa yang kalian lakukan? Segera cium!" seseorang di antara para hadirin upacara sakral itu menyeru keras.
"Cium! Cium! Cium!"
Menyusul seruan heboh lainnya yang diselingi dengan siulan menggoda.
Junkyu tidak tahan untuk memutar bola mata, terpaksa ia menghadap samping, kini berhadapan dengan Jihoon; laki-laki yang sudah menjadi pasangannya sehidup-semati. Begitu sih tadi kata pendeta.
Anehnya ketika mereka saling menatap dua pasang mata itu saling melempar tatap aneh.
"Apa?" Junkyu membaca gerak bibir laki-laki di depannya.
"Dasi kupu-kupumu itu terlalu mencolok." bisik Junkyu, ia tidak tahan ketika melihat dasi kupu-kupu berwarna hitam dengan ukuran besar itu hinggap di pandangannya.
Menurut Junkyu tidak sinkron dengan motif sulur halus pada kerah tuxedo Jihoon. Mungkin akan terlihat cocok jika ukurannya tidak sebesar dua kepalan tangan orang dewasa. Duh, Junkyu ingin muntah jika berlama-lama melihat dasi kupu-kupu menyebalkan itu.
"Ck, berhenti berkomentar tentang dasi kesayanganku." dengus Jihoon. "Lebih baik lakukan sesuatu dengan sabuk tuamu itu."
Junkyu ikut melirik ke arah sabuk yang sudah ia gunakan sejak masa putih abu-abu. Sabuk hitam yang sudah agak rapuh, warnanya pun tidak lagi hitam tapi Junkyu sangat menyayangi sabuk ini. Karena itulah ia memakainya di hari penting ini.
Jihoon tertarik ke depan, Junkyu lebih dulu mencengkeram kerah tuxedo yang dia kenakan. Di belakang sana hadirin semakin heboh mendapati perlakuan manis Junkyu. Menurut orang lain, itu tampak manis dan agresif di saat yang bersamaan.
Jihoon mendecih, mereka tidak tahu saja kalau tangan Junkyu benar-benar mencengkeram kerah itu dengan keras.
"Persetan!" karena terpancing amarahnya, Junkyu menggapai bibir tebal Jihoon. Bukan mencium dengan manis sebagaimana ciuman lembut seharusnya, tapi ia menggigiti bibir suaminya.
Tidak terima, Jihoon melingkari tangannya pada pinggang Junkyu. Balas memberi cengkeraman keras di sana, dan tentu saja balas menggigit bibir Junkyu ketika si Kim lengah guna menarik napas.
Tak! Tidak peduli gigi mereka saling bertemu dan beradu, Junkyu semakin menarik Jihoon merapat. Telapak tangan naik melingkupi leher jenjang Jihoon, tak sadar kuku jarinya mulai menekan kulit halus suaminya.
Penonton semakin heboh dan histeris melihat adegan itu. Siulan makin keras, apalagi seruan yang tidak terkira lagi.
Pendeta tua yang ada di antara dua anak adam itu jadi malu sendiri. "Ekhem, sudah cukup..." dia mencicit kecil, mencoba memisahkan dua orang yang mungkin bisa berbuat lebih parah jika tidak segera dipisahkan.
Ugh, melihat pasiennya yang mulai terlibat perang lidah dan saling melahap bibir ini... ini tidak baik untuk anak-anak kecil di depan sana.
"Cukup. Sudah cukup." akhirnya si pendeta mendapatkan kembali suaranya, bahkan Jihoon ditarik menjauh dari Junkyu. "Tuhan sudah tahu kalian saling mencintai, jika ingin memperlihatkan lebih dari itu lakukan di tempat yang tertutup!"
Jihoon menarik sudut bibirnya, lantas tertawa senang; mengejek perkataan si pendeta sekaligus merasa senang dan puas mendapati bibir Junkyu yang bengkak dan sangat basah. Oh jangan lupakan wajahnya yang merah padam.
Junkyu berdesis tak suka, "persetan!" setelah menepis tangan Jihoon ia sengaja menarik lengan itu, hingga tubuh keras keduanya bertemu. Junkyu peluk Jihoon kelewat erat, lantas berbisik dengan nada suara paling rendah. "Lain kali aku tidak akan kalah!"
Dan seseorang yang berada dalam pelukan memberi respon berupa tawa lepas.
"Ya.. ya.. akan kutunggu lain kalinya."
...oOo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Park Jihoon .anti romantic 999++
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bukan apa-apa cuma tiba-tiba kepikiran gimana yg katanya 'anti romantic' atau 'platonic' saling 'benci' padahal aslinya saling sayang cuma agak aneh aja penerapannya wkwk malah menurut sudut pandang lain yg lihat mereka, duh.. romantisnya manusya dimabuk centa wkwkwk
Oiya, sekali lagi book ini kebanyakan cerita lepas ya. Kadang saling nyambung, kadang gak sama sekali... hehe.. clue-nya perhatiin aja dari judul untuk bedain ini dari universe yg sama atau gak
Untuk yg merasa familiar sama tulisan di sini, merasa pernah baca di platform lain, ya itu adminnya orang yg sama kok :) admin ryou lagi migrasi hehe... jadi jangan aneh semisal konsepnya kebanyakan republished :)