Over the Moon

779 49 5
                                    

Kedatanganmu tidak diminta, tapi mampu membuatku nyaman.

Mengantarkanku kembali pada euforia gemelitik jatuh cinta.





..oOo...



Pukul dua siang dimana matahari bersinar paling terik, di tengah hiruk pikuk keramaian warga lokal, aku terdiam di pinggiran jalan.

Bagai layang-layang tanpa tuan, aku kehilangan arah, tersesat di daerah antah berantah.

Aku menunduk. Menemukan barang yang seharusnya ada di dalam tas kini berceceran di tanah tanpa rerumputan, melirik ke samping sedikit dan menemukan tas ransel warna hitam tergolek begitu saja. Robekan besar di dasarnya membuatku diam-diam meringis. Memang hari yang sial.

Tidak hanya tersesat di daerah antah berantah, tas ransel yang robek besarㅡhingga tidak lagi bisa dipakaiㅡpun satu-satunya alat yang bisa diandalkan mati total karena kehabisan daya.

Sial, sial, sial.

Baru dua hari menginjakkan kaki di negeri maritim kesialan selalu saja datang menghampiri.

Sempat berpikir untuk bertanya pada warga lokal yang sejak tadi berlalu-lalangㅡnamun urung, aku harus bertanya bagaimana kalau bahasa mereka saja aku tidak bisa.

Kenapa tidak mencoba bertanya dengan bahasa inggris?

Percuma, daerah ini termasuk pemukiman kecil yang kurasa warganya tidak lebih dari lulusan sekolah dasar. Dan sejauh mata memandang, tidak ada remaja atau orang dewasa yang sekiranya punya pendidikan tinggi.

Puas mengusap wajah dengan frustasi, aku segera memasukkan barang-barang milikku ke dalam tas lalu terpaksa menutup robek besar itu dengan tangan.

Aku tidak boleh diam saja, keajaiban tidak datang dengan sendirinya, setidaknya aku harus keluar dari keadaan sial ini.

Tungkai kakiku bergerak menyusuri jalan raya yang tampak sepi kendaraan, sebelah tangan yang bebas merogoh saku celanaㅡberharap menemukan uang recehan di sana.

Dapat.

Satu lembar uang dua puluh ribu. Uang kertas berwarna hijau dengan gambar tokoh, mungkin tokoh pahlawan? Entahlah aku tidak yakin, tampak kusut dengan lipatan di beberapa sisi. Tidak apa. Selama tidak sobek uang ini masih berlaku kan?

Kepalaku menoleh kanan kiri, akhirnya menemukan sebuah warung di seberang jalan, yang kalau kulihat dari jauh di atasnya tertulis spanduk 'Warung Kopi Bu Ijah'

Tanpa pikir panjang tungkai kakiku berbelok, menyebrangi jalananㅡ

TIINNNNN!!!!

"Awas!"

Dengan bola mata membulat aku melangkah mundurㅡtapi mungkin gerak kakiku akan kalah cepat dari motor yang melaju cepat.

BRUK!

Badanku terhempas. Merasakan sakit pada area bokong karena mendarat langsung ke tanah yang tidak rata.

"Liat-liat dong kalau jalan!!"

Pengendara motor yang melintas sempat memaki, syukurnya aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Tapi jelas sekali teriakan keras itu bukan lah kalimat baikㅡpasti menghardik.

"Are you okay?"

Menangkap suara asing itu aku lekas menoleh, melihat seorang pria berdiri tidak jauh dari tempatku terjatuh.

"Are you okay?" suaranya kembali terdengar, bahkan dia sekarang berjongkok di depanku, menatap dengan tatapan iba.

"O-okay," jawaban yang keluar dari mulutku terdengar gagap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang