[Mini Series] Blue 8

1.5K 180 43
                                    

Junkyu merasakan sebuah kemajuan besar sejak kejadian tempo hari lalu. Bisa dikatakan hubungan yang semula canggung itu mulai terlihat intens, bahkan Jihoon tidak lagi mengomel kalau-kalau Junkyu bersikap sedikit agresif.

"Hei..." Junkyu melongokkan kepalanya dari celah pintu kamar Jihoon, bisa pria itu lihat sang empunya kamar tengah asik bermain game di komputernya.

"Jihoon..." panggil Junkyu lagi.

Yang dipanggil bergeming, bahkan tak menoleh sedikit pun.

Si pria menghela napas pendek, sudah menduga kalau suaranya pasti tidak akan terdengar karena telinga Jihoon tertutup headphone. Akhirnya tungkai kaki Junkyu berayun pelan, menghampiri hingga ke belakang kursi yang Jihoon duduki.

"Park Jihoon-ssi..." panggil Junkyu sambil menaruh kedua tangannya di atas pundak Jihoon.

Si laki-laki Park sedikit terkejut, tapi hanya melirik lewat ekor matanya. "Jangan ganggu aku, aku sedang bekerja." ujar Jihoon. "Pergi sana."

Tidak ada yang berubah dari Park Jihoon, dia tetap laki-laki bermulut tajam yang frontal. Beruntung Junkyu sudah terbiasa dengan mulut tajam itu, hingga Junkyu hanya merespon dengan senyum kecil.

"Tidak bisa jeda sebentar?" tangan Junkyu sedikit mencengkeram pundak Jihoon, sengaja guna menarik perhatian laki-laki itu. "Kau belum makan sejak tadi pagi."

"Argh!" akhirnya Jihoon tergerak, menepis tangan Junkyu dari pundaknya. "Aku akan makan nanti kalau--"

"Kau bisa sakit kalau terus menunda makan, Park Jihoon-ssi." sela Junkyu seraya mengusak puncak kepala Jihoon.

"Aish! Tapi gamenya--"

"Ayolah, aku tidak ingin makan sendirian." sadar kalau Jihoon tidak akan meninggalkan gamenya, Junkyu mulai bergelayut, sengaja memeluk laki-laki itu dari belakang. "Untuk apa punya pacar kalau aku tetap makan sendirian, hm???"

Jihoon merespon tingkah sok imut Junkyu dengan tatapan sinis yang terkesan tak suka. "Auh!"

Junkyu menggigit bibir bagian dalamnya. "Jihoon-ah, ayo makan~" ia memilih untuk membuang rasa malunya dan semakin gencar memohon.

Jihoon yang merasa terganggu mulai berdecak dan mengusir pria itu, tapi bukannya pergi kekasihnya itu justru mengeratkan pelukan pada lehernya. Jihoon sampai menahan napas begitu sadar pipinya telah menempel dengan pipi si pria.

"Ya--"

"Kali ini saja, aku hanya mengganggumu kali ini saja. Kumohon ayo pergi makan bersama." mohon Junkyu dengan sungguh-sungguh.

"Lepaskan dulu tanganmu--" mendengar suara berat itu Junkyu refleks melepaskan pelukan tangannya pada leher si laki-laki, beralih menegakkan punggung.

Tak lama kursi yang diduduki Jihoon berputar hingga keduanya saling bertatapan. Junkyu meneguk ludahnya dengan susah payah begitu Jihoon menatapnya dengan tatapan tak terbaca, tapi terkesan dingin.

Ayolah... Junkyu hanya minta makan siang bersama, kenapa Jihoon harus semarah itu????

"Lupakan saja..." Junkyu menghela napas pendek, "aku akan makan sendiri saja--"

"Kau tahu aku tidak suka siapapun mengganggu waktuku berkerja--"

"Iya, maafkan aku. Karena itu lupakan saja aku akan makan sendiri, jangan hiraukan--"

"Apa bayarannya?" tanya Jihoon, memotong ucapan Junkyu yang belum selesai.

Si pria Kim yang semula menunduk menatap lantai kini mengangkat kepala, melihat Jihoon yang sudah berdiri tegak di depannya. Wajahnya berubah bingung. "Apa? Bayaran apa?"

Recyle : JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang