Cerita ini merupakan asli karanganku sendiri, bila ada kesamaan latar tempat, nama, cerita, dan lain hal, itu bukanlah sebuah unsur kesengajaan. Cerita ini adalah cerita yang sangat umum di dapatkan. Hanya karya yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku saja.
***
Typo Bertebaran
***
HAPPY READING
***
Fei Wei sedang bermain bersama dengan Chan Li di taman belakang kediaman jendral Wei.
Untuk urusan mengumpulkan batu es dan juga daun pohon laut biru telah ia serahkan kepada Fu yang pastinya lebih tahu tentang hal itu.
Sedangkan ia akan fokus untuk mendekatkan diri kepada keluarga dari kakak mendiang ibunya itu.
"Kak Fei, kapan kita akan membuat krim yang kakak maksud?" tanya Chan Li tiba-tiba.
"Baiklah hari ini kita akan membuat krim wajah yang sangat ajaib,"
Fei Wei mengajak Chan Li dan Xio Xia untuk membeli bahan-bahan yang mereka butuhkan.
Setelah berkeliling di pasar sekitar 30 menitan, mereka memutuskan untuk kembali.
Sebenarnya ada beberapa bahan yang tidak ia temukan di pasar itu, namun Fei Wei justru menemukan bahan yang lebih baik untuk menggantikan bahan-bahan tersebut.
"Kalau begitu mari kita mulai membuat krim wajahnya sekarang!"
Mereka mulai membuat dari tahap awal seperti menghaluskan beras sampai menjadi tepung sebagai dasar dari krim yang akan mereka buat, membuat air mawar yang bagus untuk wajah, dan lain-lain.
Bahkan Fei Wei membuat masker alami yang terbuat dari rumput laut yang ia beli tadi. Beberapa bahan perairan juga ia campurkan ke dalam krim yang ia buat.
Butuh waktu 2 jam sampai mereka berhasil membuat 8 krim wajah, dan 10 masker alami. Sedangkan untuk air mawarnya membutuhkan waktu satu hari agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
"Chan Li, sekarang kau sudah tahu bagaimana cara membuat krim, masker dan air mawar ini. Di kemudian hari buatlah lagi jika persediaanmu habis, krim-krim ini akan bertahan kurang lebih 1 tahun jadi kau tak usah khawatir. Sedangkan masker ini akan bertahan selama 3 bulan saja, gunakanlah masker ini seminggu sekali dan diamkan 10-15 menit saja, tidak boleh lebih,"
"Yang terakhir adalah air mawar ini yang akan bertahan selama 10 tahun. Karena bahan dasarnya adalah air, maka ia juga mampu bertahan lama untuk disimpan,"
"Wah bagus sekali kak, aku pasti akan memakainya terus dan menyimpan resep rahasia kakak,"
Saat mereka asyik berbincang, Huan Zu dan Li Mou datang menghampiri mereka.
"Kak Zu, lihat apa yang kak Fei dan kak Xia buatkan untukku,"
Dengan antusias Chan Li memperlihatkan semua yang ada di meja tempat mereka menaruh barang-barang tersebut.
"Kau dan Fei itu seumuran, tapi entah mengapa kau lebih kekanakan dibanding dirinya," Li Mou memulai aksi mengejeknya yang memancing kemarahan Chan Li.
"Kak Li kenapa sih, biar saja aku seperti anak kecil, dari pada kakak yang seperti orang tua!"
"Sudahlah, kalian tidak malu di lihat oleh Fei dan Xia?" tegur Huan Zu dengan nada dinginnya.
Mereka dengan sekejab berhenti karena takut kepada kakak kesayangan mereka jika sudah mengeluarkan aura dingin seperti itu.
"Nona, aku telah berhasil mengumpulkan batu es sebanyak mungkin dan juga memetik 30 lembar daun dari pohon laut biru,"
Fei Wei mendengar suara dari Fu yang sedang bertelepati dengannya.
"Bagus, tunggulah aku di dekat hutan, aku akan segera kesana,"
Fei Wei memutuskan telepati diantara mereka. Ia menatap Chan Li dan Li Mou yang masih diam karena diawasi oleh kakak pertama mereka.
"Chan Li lebih baik sekarang kita istirahat, aku akan kembali ke kamarku bersama Xia,"
"Ah, iya kak aku juga akan kembali ke kamar bersama dengan barang-barang yang telah kakak buat ini,"
Setelah mengatakan itu, Chan Li buru-buru kembali. Sepertinya ia masih takut dengan tatapan dingin kakaknya itu.
"Kalau begitu kami akan pergi juga," ucap Huan Zu berlalu diikuti oleh Li Mou yang mengekor di belakang kakaknya.
"Xia, ikut aku ke hutan sekarang,"
"Baiklah,"
Mereka melewati gerbang belakang dengan melompat. Lalu berlari dengan kecepatan penuh.
Saat sampai di hutan, Fu telah menunggu. Xio Xia yang baru pertama kali melihat Fu langsung menghadang Fei Wei dan melindunginya.
"Awas Fei!"
"Hahahahaha," seketika tawa Fei Wei pecah dibalik cadarnya.
"Kenapa kau tertawa, burung ini sangat berbahaya!"
"Hahaha, tenanglah Xia, ini adalah Fu burung pheonix yang mendiami puncak gunung berapi. Sekarang dia telah menjalin kontrak darah denganku,"
Xio Xia nampak belum percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Fu, tunjukkan barang yang aku minta,"
Fu mengeluarkan semua yang ia kumpulkan. Terdapat 30 lembar daun pohon laut biru, 100 batu es merah, 120 es batu biru. 110 es batu putih, 105 batu es kuning, dan 100 batu es hijau.
"Bagus, dengan terkumpulnya semua ini, kita dapat membuat 20 AK. Sekarang tinggal satu bahan yang harus di kumpulkan, angin panas dingin,"
"Kapan angin ini akan muncul Fei?"
"Tiga hari lagi, tepatnya malam sebelum kita kembali ke kota Shichang," jelas Fei Wei.
"Fu, apakah kau bisa berubah wujud menjadi burung kecil?"
"Aku bisa menjadi burung sekecil pipit dan elang nona, tergantung bagaimana nona ingin aku berubah wujud saja,"
"Bagus kalau begitu, itu dapat mempermudah dirimu untuk bisa ikut denganku. Untuk saat ini kembalilah dulu ke tempatmu, malam saat angin panas dingin datang, kita akan menangkapnya,"
"Baik nona," Setelah mengatakan itu, Fu kembali ke puncak gunug berapi.
Fei Wei memasukkan semua barang itu ke dalam gelang ruangnya.
"Fei Sepertinya kita juga harus pergi sekarang sebelum ada yang curiga dengan kepergian kita,"
"Kau benar Xia, ayo kita kembali,"
Mereka kembali ke kediaman jendral Wei dengan cara yang sama saat mereka pergi. Beruntung tidak ada yang curiga dengan kepergian mereka.
Setelah sampai di kamar, Fei Wei dan Xia memutuskan bergantian untuk membersihkan diri.
"Fei, apa yang ingin kau buat dengan bahan-bahan tersebut?" saat ini mereka sedang bersantai di kamar setelah membersihkan diri.
"Aku akan membuat sesuatu yang sangat di inginkan oleh orang lain, dan mungkin kau hanya pernah mendengar ceritanya saja sama seperti burung pheonix itu,"
"Huft kau memang selalu saja penuh kejutan. Aku senang dengan perubahanmu ini, dibandingkan dengan dulu kau hanya mampu menerima dan diam saat ada yang menyiksamu, serta jarang sekali ingin berbicara,"
Fei Wei yang mendengar itu tersenyum dibalik cadarnya.
"Anggaplah diriku yang dulu sudah mati dan digantikan dengan diriku yang baru. Mulai sekarang ku pastikan tidak akan ada yang bisa menyiksaku, siapapun itu yang memulai perang denganku, maka bersiaplah untuk menghadapi kehancuranmu sendiri,"
.
.
.
Tbc.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi
FantasyFollow dulu baru baca Jangan lupa kasih vote oke Cerita ini adalah karangan asli yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku. Cerita yang sangat umum di jumpai dengan tema yang sama. ***** Sejak kecil Lu Fei Wei anak dari Jendral Lu selalu ditindas o...