HAPPY READING
No Plagiat
Wajib follow dan vote.................
"Sekarang!"
Fu tiba-tiba berhenti dan menjatuhkan dirinya, secara bersamaan Fei Wei mengeluarkan semua bom ke angkasa.
Fu berbalik arah lalu terjun bebas diikuti oleh bom yang meledak dibelakang mereka.
Satu persatu bom tersebut meledak dan seakan mengejar Fu dan Fei Wei.
"Bertahanlah Fei!"
Fei Wei mengeratkan pegangannya pada Fu yang masih berusaha untuk menjauh dari ledakan tersebut.
Fu mengerahkan kekuatan anginnya untuk menghindar, namun serpihan bom tersebut menggores bahu Fei Wei yang membuat Fei Wei kehilangan kesadarannya. Ia terlepas dari Fu dan terjatuh.
Fu yang menyadari hal itu, menyusul Fei Wei dan menghalau setiap bom yang mendekati mereka.
Fu membawa Fei Wei ke istana dalam wujud elangnya. Setelah meletakkan Fei Wei di sebuah kursi panjang di taman istana, Fu menghadang beberapa pelayan yang memang sedang berjalan disana. Ia mengatakan bahwa Fei Wei sedang terluka dan membutuhkan pertolongan segera.
Para pelayan lalu memanggil beberapa pengawal untuk membawa Fei Wei ke kamar dan juga memberitahukan berita itu kepada raja dan permainsuri.
Setelah memastikan Fei Wei mendapat pertolongan, Fu terbang mendatangi Xio Xia, Qwen, serta rombongan Rei. Ia memberitahu bahwa Fei Wei sekarang ada di istana.
Mereka bergegas ke istana, nampak sekali raut khawatir di wajah mereka.
Saat sampai, ternyata Fei Wei sudah ditangani oleh beberapa tabib istana. Disana ada permainsuri yang sangat khawatir dengan keadaan Fei Wei, ia bersandar di dada bidang raja yang sedari tadi mencoba untuk menenangkan wanita yang sangat dicintainya itu.
"Bagaimana keadaannya tabib?"
"Nona Fei Wei sudah tidak apa permainsuri, ia hanya kelelahan karena kehilangan banyak energi. Hamba telah memberikan obat agar luka nona bisa cepat sembuh,"
"Syukurlah kalau begitu,"
"Jika sudah tidak ada lagi, hamba izin pamit," tabib dan beberapa bawahannya keluar dari rusngan tersebut. Xio Xia yang sedari tadi hanya diam bersama Qwen, kini mendekat ke arah Fei Wei.
"Sudahlah permainsuri, lebih baik sekarang kita kembali. Biarkan mereka yang menjaga Fei Wei,"
"Benar yang diucapkan ayahanda, ibu. Lebih baik sekarang kalian beristirahat,"
"Kami akan menjaga Fei Wei disini permainsuri, raja, jadi kalian tidak perlu cemas," tambah Lee meyakinkan kedua orang tua sahabatnya yang juga sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri.
"Baiklah, kami akan kembali, kalian jangan terlalu memaksakan diri, istirahatlah jika kalian merasa kelelahan," ucap permainsuri lalu pergi bersama dengan raja.
Tersisa mereka berempat yang tetap menjaga Fei Wei diruangan itu.
"Lebih baik klian juga beristirahat, pasti kalian lelah hari ini, dan juga kau Qwen, besok kau harus kembali ke akademi."
Benar yang dikatakan Lee, mereka terlihat sangat kelelahan.
"Pergilah Lee, antarkan mereka ke kamar kosong, kau juga istirahatlah setelah itu. Biar aku saja yang menjaga Fei Wei," Lee menganggukkan kepala lalu keluar bersama dengan Xio Xia dan Qwen.
Rei berjalan semakin mendekat kearah Fei Wei yang sedang terbaring lemah. Dengan lembut, dielusnya rambut panjang Fei Wei sambil terus menatapnya. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Rei. Hanya keheningan yang menemaninya hingga ia tertidur disamping Fei Wei.
.....
Fei Wei membuka matanya. Hal pertama yang ia liat adalah, Rei yang sedang duduk sambil tertidur disampingnya.
Sepertinya ia tak sadarkan diri setelah kejadian kemarin. Lengannya sudah diperban tapi ia tidak merasa kesakitan.
"Yang apa yang terjadi padaku?"
"Kau tak sadarkan diri setelah berusaha meledakkan bom itu ke langit Fei. Fu membawamu ke istana untuk segera di obati dan hal itu membuat seisi istana gempar. Bahkan permainsuri dan raja ikut mengkhawatirkanmu semalam. Putra mahkota seperti yang kau lihat, ia menjagamu semalaman,"
"Padahal aku tak ingin merepotkan siapapun, huft sudahlah,"
"Dimana Xio Xia dan Qwen? Ada yang harus ku bicarakan dengan mereka,"
"Mereka berada di sebelah kamarmu Fei,"
Baru saja ia ingin duduk, pergerakannya itu seketika ditahan oleh Rei yang baru saja terbangun.
"Kau masih butuh istirahat,"
"Aku sudah sehat Rei, lihat aku bahkan bisa menggerakkan lenganku," ucap Fei Wei sambil menggerakkan lengannya yang diperban di depan Rei.
"Tidak Fei,"
"Aku hanya ingin ke sebelah menemui Xio Xia dan Qwen, ada yang ingin ku bicarakan dengan mereka,"
"Aku akan memanggil mereka kesini, dan kau tetaplah beristirahat,"
Rei berdiri lalu menghilang dari balik pintu. Tak lama kemudian Xio Xia dan Qwen datang menghampirinya.
"Fei, apakah kau sudah tidak apa-apa?"
"Mana yang sakit Fei?"
"Kau pasti kelelahan karena kejadian kemarin,"
"Apakah lenganmu masih sakit?"
"Aduuuuh, kalian ini membuat kepalaku pusing saja dengan pertanyaan-pertanyaan kalian itu!"
"Aku baik-baik saja sekarang," Fei Wei berusaha untuk menenangkan dirinya.
"Syukurlah kalau begitu, kami hanya mencemaskanmu," ucap Xio Xia tulus.
"Hmm dengarkan aku, Qwen kau harus kembali ke akademi, akan kuminta Fu untuk mengantarmu. Sedangan Xio Xia, kau ikut aku bertemu dengan anak-anak, sudah lama sekali kita tidak bertemu dengan mereka,"
"Baiklah Fei,"
Tanpa diminta, Fu yang ternyata memang sedang menjaga Fei Wei disebuah pohon dekat jendela tiba-tiba berubah menjadi elang. Ia mengantar Qwen agar sesegera mungkin kembali ke akademi.
"Aah aku tidak sabar ingin kembali pulang, sepertinya kita harus membersihkan tikus-tikus yang ada dirumah dulu sebelum benar-benar bersantai,"
Tanpa Fei Wei jelaskan, Xio Xia sudah mengerti maksud dari perkataannya itu. Xio Xia juga tak sabar ingin melihat keajaiban apa lagi yang akan dilakulan oleh nonanya itu.
.
.
.
Tbc.......Sorry pendek, next......
Terima kasih buat yang udah follow aku, udah 102 nih hehehe
Terus readersnya juga udah 99k, bentar lagi 100k seneng bangeeetIni aku langsung up 2 part ya guys heheh, kalau selesai, aku up 3 part tpi gak janji.
Oh iya, aku mau nanya nih, menurut kalian Yan Xi sma Ibunya kita usir dari kediaman jendral Lu, atau kita apain guys? Komen ya.....
Bye See you baga bashi.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi
FantasyFollow dulu baru baca Jangan lupa kasih vote oke Cerita ini adalah karangan asli yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku. Cerita yang sangat umum di jumpai dengan tema yang sama. ***** Sejak kecil Lu Fei Wei anak dari Jendral Lu selalu ditindas o...