17

3.1K 361 3
                                    

Cerita ini merupakan asli karanganku sendiri, bila ada kesamaan latar tempat, nama, cerita, dan lain hal, itu bukanlah sebuah unsur kesengajaan. Cerita ini adalah cerita yang sangat umum di dapatkan. Hanya karya yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku saja.

***

HAPPY READING

***

"Fei Wei!"

Laki-laki itu yang mereka yakini adalah jendral Wei mendekati Fei Wei. Ia memeluknya begitu erat.

"Mengapa kau baru sampai sekarang ha, kau tahu pamanmu ini sangat khawatir mendengar bahwa kau sudah berangkat sejak kemarin pagi,"

Bukannya marah, ternyata jendral Wei mengkhawatirkan Fei Wei. Fei Wei hanya diam sambil bermain mata dengan Xio Xia yang nampak kaget juga. Ia kira mereka akan dimarahi.

"Maaf paman, kemarin ada sedikit masalah di jalan sehingga kami baru bisa sampai sekarang," ucap Fei Wei setelah pelukan mereka terlepas.

"Paman sangat marah karena tidak ada yang menjagamu sampai bisa seperti ini kejadiannya. Tapi baguslah jika sekarang kau sudah disini, setidaknya kau akan aman sekarang Fei'er,"

"Ayo kalian ikut paman, bibimu juga sudah menunggumu,"

Mereka mengikuti jendral Wei yang berjalan lebih dulu. Tempat yang mereka tujuh adalah aula perjamuan yang telah disiapkan khusus untuk menyambut kedatangan mereka.

"Lihatlah Lin'er siapa yang akhirnya datang," Jendral Wei nampak senang mengumumkan kedatangan Fei Wei di kediamannya.

Wei Ain Lin, istri jendral Wei yang sangat keibuan itu langsung tersenyum melihat sang suami datang bersama Fei Wei dan Xio Xia.

"Akhirnya kalian datang juga, bibi sunggu mencemaskan kalian yang tidak kunjung datang. Kesinilah, kalian pasti lelah karena perjalanan panjang,"

Mereka duduk di depan meja yang telah disiapkan. Berbagai jenis makanan laut tersaji disana, sungguh membuat perut meronta-ronta untuk segera diisi dengan makanan lezat itu.

"Ketika pertama mendapat kabar bahwa kalian akan kesini lagi setelah sekian lama, bibi sangat bahagia, bahkan pamanmu yang biasanya terlihat tegas seketika berubah bagaikan anak kecil yang baru saja mendapatkan barang kesukaannya," jelas bibi Lin sambil tersenyum.

Ketika mereka sedang berbincang, ketiga anak dari jendral Wei datang menghampiri mereka.

Wei Huan Zu putra pertama dari jendral Wei, umurnya baru menginjak 15 tahun namun kultivasi yang ia miliki telah berada di tingkat 20.

Kemudian putra kedua jendral Wei yang bernama Wei Li Mou berumur 14 tahun. Ia tidak kalah dengan kakaknya, sekarang kultivasinya telah berada di tingkat 18.

Dan yang terakhir adalah putri satu-satunya yang bernama Wei Chan Li. Umurnya sama dengan Fei Wei yaitu 12 dan sekarang kultivasinya telah mencapai tingkat 15 karena ia suka berlatih dengan kakak pertamanya.

"Kak Fei, aku sangat merindukanmu," tiba-tiba saja Chan Li memeluk Fei Wei yang membuat mereka hampir saja terjatuh karena Fei Wei yang belum siap.

"Dasar anak kecil, lihatlah Fei'er hampir saja terjatuh karena ulahmu," Li Mou menyusul dengan gaya jalannya yang terlihat santai dan bebas. Sedangkan Huan Zu hanya diam berjalan dengan santai namun terlihat sopan.

Memang jika dibandingkan dengan putra pertama jendral Wei yang lebih cuek, Li Mou justru sangat santai dan terlihat ceria. Ia sering sekali kabur entah kemana dengan menyamar sebagai rakyat biasa.

"Biarkan saja, kak Li hanya tidak suka kan jika aku lebih dulu menyapa kak Fei," Memang benar Chan Li dan Li Mou sangat sering bertengkar bahkan untuk hal yang sangat kecil dan kemudian sebagai putri kesayangan di kediaman tersebut, ia akan mengaduh entah kepada ayah, ibu, atau kakak pertamanya.

"Untuk apa berebut dengan anak kecil sepertimu,"

'Tak'

Li Mou menyentil kepala Chan Li yang berada di dekatnya.

"Ayah lihat kak Li!" aduh Chan Li.

"Sudah-sudah, kalian ini setiap hari bertengkar terus, lihat Fei Wei baru saja sampai kalian sudah begini. Dan untukmu Li, jangan sering mengganggunya," bibi Lin mengambil alih dan menasehati mereka.

Senakal-nakalnya Li Mou, ia akan menuruti perkataan dari ibu yang sangat ia cintai.

Mereka kembali tenang dan menikmati perjamuan kecil-kecilan tersebut.

Setelah acara perjamuan selesai, Chan Li mengajak Fei Wei menuju ke kamar yang sudah di persiapkan untuknya. Kamar yang selalu menjadi miliknya di kediaman tersebut.

Tidak ada yang berubah kecuali perabotan yang selalu di ganti dengan yang baru dan di bersihkan. Tempatnya yang lebih bersih dan sangat nyaman untuk di tempati.

"Kak Fei, ini adalah kamar kakak. Kak Fei masih ingatkan, dulu kita sering bermain di taman itu bersama," ucap Chan Li sambil menunjuk taman yang cukup asri.

Fei Wei mengingat sedikit kenangan dari pemilik tubuh yang asli. Ia dapat merasakan perasaan senang, damai, dan aman di tempat ini. Rasanya sangat akrab sekali suasana di tempat tersebut.

"Ya, aku ingat ketika kalian selalu mengajakku bermain meskipun aku hanya diam saja dan selalu murung, kalian dapat membuatku tersenyum dan tertawa kembali,"

"Karen kak Fei terlihat cantik saat tertawa meski banyak bekas luka di wajah kakak. Oh iya, apa sekarang wajah kak Fei sudah sembuh? Aku ingin sekali melihat wajah kak Fei lagi tanpa adanya cadar itu," Chan Li nampak sedikit sedih melihat cadar yang menutupi wajah Fei Wei.

"Sebenarnya aku masih dalam tahap penyembuhan, namun sekarang wajahku sudah baik-baik saja. Akan tetapi aku harus tetap memakai penutup wajah ini agar tidak ada yang melihatnya,"

"Padahal aku ingin sekali melihat wajah kak Fei,"

Fei Wei nampak berpikir sejenak, ia tidak tega melihat wajah sedih Chan Li. Meski umur mereka sama, namun Chan Li terlihat lebih imut dari dirinya. Mata besar, pipi cubby, hidung kecil dan bibir pink, sungguh tipe wanita imut yang banyak disukai orang.

"Baiklah, tapi aku akan membukanya di kamar agar tidak ada yang melihat," Chan Li bersorak gembira mendengar perkataan Fei Wei.

Mereka masuk ke dalam kamar Fei Wei di ikuti Xio Xia yang menutup pintu agar tidak ada orang lain yang masuk.

Di sisi lain pangeran Sung dan Lee baru saja tiba di kediaman jendral Lu. Mereka disambut baik di kediaman tersebut.

"Mengapa pangeran baru datang ke kediaman hamba, hamba bisa saja membantu pangeran untuk menjalankan misi itu,"

Jendral Lu, pangeran Sung dan Lee sedang berbincang di aula yang sebelumnya telah diisi makanan untuk menjamu kedatangan mereka.

"Tidak perlu merepotkan jendral Lu, kami hanya mengurus masalah kecil saja," ucap Lee dengan sopan.

"Tentu saja jika seorang penjahat yang merampas milik orang lain seperti mereka pasti akan bisa ditaklukan dengan mudah oleh pangeran dan Lee hahaha,"

Mereka tertawa bersama sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan.

"Oh iya, dimana putri Anda jendral Lu, tadi kami hanya melihat nyonya Yan dan putri kedua anda Yan Xi?" tanya Lee sambil sesekali melirik pangeran Sung yang juga menatapnya.

Ia ingin menjahili pangeran Sung yang terkenal dingin itu.

"Ah sayang sekali, baru kemarin putri pertamaku pergi mengunjungi pamannya, jendral Wei di kota Shui. Mungkin pagi ini ia sudah sampai,"

"Sayang sekali, padahal aku sangat penasaran ingin melihat putri anda, apa lagi pangeran yang dari dulu menyukai putri anda. Benar kan pangeran?"

"Ekhm, aku rasa tidak apa jika bertemu,"

Lee berusaha menahan tawanya yang ingin pecah melihat ekspresi pangeran. Namun sepertinya ia harus menjaga lehernya nanti agar tidak lepas karena amarah pangeran.

Terlihat jelas dari tatapan membunuhnya yang membut Lee membeku.
.
.
.
Tbc.....

Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang