Cerita ini merupakan asli karanganku sendiri, bila ada kesamaan latar tempat, nama, cerita, dan lain hal, itu bukanlah sebuah unsur kesengajaan. Cerita ini adalah cerita yang sangat umum di dapatkan. Hanya karya yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku saja.
***
HAPPY READING
***
Setelah Fei Wei menunjukkan wajahnya kepada Chan Li, ia mengajaknya untuk berjalan-jalan ke pasar.Chan Li dengan senang hati menemani Fei Wei dan Xio Xia berjalan-jalan di pasar. Ia juga tak henti-hentinya selalu bertanya banyak hal kepada Fei Wei.
"Kak Fei, bagaimana mungkin wajah kakak terlihat lebih cerah dan sangat cantik? Aku juga ingin wajahku seperti itu,"
Xio Xia dan Fei Wei tersenyum melihat tingkah menggemaskan Chan Li.
"Nanti akan ku buatkan beberapa krim wajah untukmu,"
"Wah benarkah? Terima kasih kak Fei, kakak memang yang terbaik,"
"Nona Chan Li tidak perlu khawatir, nonaku ini pasti akan memberikannya untukmu, aku saja selalu diberikan barang olehnya,"
"Kak Xia, kau ini lebih tua dariku, jangan memanggilku nona, panggil namaku saja. Kalau tidak aku akan marah,"
"Dia benar Xio Xia, kau tidak perlu memanggil kami dengan sebutan nona. Mulai sekarang aku akan memanggilmu Xia, dan kau memanggilku Fei saja,"
"Tapi nona..."
"Tidak ada bantahan, Ayo Chan Li kita kesana," Fei Wei mengalihkan pembicaraan mereka.
Mereka menuju ke toko penjual aksesoris yang tadi ia tunjuk. Banyak sekali jenis aksesoris yang terlihat lucu disana.
Fei Wei, Chan Li dan Xio Xia membeli beberapa barang yang terlihat bagus untuk mereka.
Pasar yang berada di dekat laut itu memang tidak seramai pasar yang ada di kota Shichang. Namun Fei Wei dan Xio Xia merasa lebih bahagia disana.
Mereka kembali setelah 3 jam berkeliling di pasar dan daerah sekitar kediaman jendral Wei.
Fei Wei dan Xio Xia sekarang berada di kamar mereka, sedangkan Chan Li sudah kembali ke kamarnya.
"Xia aku akan pergi ke suatu tempat sekarang. Jika ada yang menanyakanku, bilang saja aku sedang beristirahat,"
"Nona ingin kemana tengah hari seperti ini?" tanya Xio Xia.
"ada sesuatu yang harus ku urus, dan hei sudah ku bilang panggil aku Fei saja mulai sekarang, kau harus terbiasa dengan itu,"
"Baiklah, non..Fei aku akan melaksanakan perintahmu,"
Fei Wei kembali keluar dari kediaman jendral Wei. Tapi kali ini ia keluar melewati tembok pembatas. Cukup mudah untuknya karena kultivasinya yang sudah lumayan tinggi.
Sebenarnya ketika mereka berjalan-jalan tadi, ia juga menggalih beberapa info tentang gunung berapi dan burung pheonix yang ada disana. Dan memang benar ada beast spirit disana.
Namun tak ada satupun orang yang berani datang ke puncak gunung tersebut karena takut dengan burung pheonix yang berada disana.
"Yang, apakah kau tahu beberapa info tentang burung pheonix itu?" tanya Fei Wei sambil terus melompati beberapa pohon yang ada di hutan yang ia lalui.
"Berdasarkan info yang ku tahu, burung pheonix ini sudah ada berabad-abad yang lalu. Ia sangat menjaga pedang pheonix yang kau incar itu. Burung ini sangat kuat, hanya ada satu orang yang mampu menaklukannya berabad-abad yang lalu. Tetapi orang itu tidak menjalin kontrak darah dengannya, menurutnya ada seseorang yang akan mampu menjadi tuan dari burung pheonix ini suatu hari nanti,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi
FantasyFollow dulu baru baca Jangan lupa kasih vote oke Cerita ini adalah karangan asli yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku. Cerita yang sangat umum di jumpai dengan tema yang sama. ***** Sejak kecil Lu Fei Wei anak dari Jendral Lu selalu ditindas o...