27

2.3K 307 9
                                    

Cerita ini merupakan asli karanganku sendiri, bila ada kesamaan latar tempat, nama, cerita, dan lain hal, itu bukanlah sebuah unsur kesengajaan. Cerita ini adalah cerita yang sangat umum di dapatkan. Hanya karya yang ku buat untuk menuangkan imajinasiku saja.

***

Typo Bertebaran

***

HAPPY READING

***

Sudah 3 hari Fei Wei berada di akademi Ba Xian. Ia juga telah mengenal ketiga wanita yng tinggal di kediaman yang sama dengannya.

Pertama yang terkesan sombong dari awal pertemuan mereka, Guan Dian yang merupakan putri dari kerajaan kecil, yaitu kerajaan Bwa. Dia berusia 13 tahun dengan kultivasi yang sudah barada di tingkat ke 17.

Kedua ada Nan Di yang brusia 11 tahun. Postur tubuhnya yang kecil memberi kesan imut dan manis pada dirinya. Ia berasal dari kerajaan kecil, kerajaan Ja Ra. Kultivasinya kini sudah berada di tingkat 15.

Terakhir Han San yang cukup pintar menurut Fei Wei, ia berasal dari kerajaan kecil Xu Do. Kini ia berusia 12 tahun dengan tingkat kultivasi 18.

Sebenarnya mereka sangat baik, hanya saja Dian yang selalu saja berbeda dengan mereka. Sikapnya yang selalu sombong dan suka pamer sungguh tidak patut untuk di contoh.

Fei Wei beberapa kali memergoki Dian menatap ke arah Rei. Sepertinya ia menyukainya. Namun Fei Wei bersikap tidak perduli meski sebenarnya ada sepercik rasa tak suka mengetahui hal tersebut.

Lagi pula bukan hanya Dian yang secara terang-terangan sering memperhatikan Rei, murid yamg lain juga seakan terpesona dengannya.

Saat ini Fei Wei bersama dengan Nan Di dan Han San sedang berada di taman tanaman herbal yang bisa Fei Wei lihat dari balkon kamarnya. Mereka mendapat tugas utuk memetik beberapa tanaman.

"Apakah kalian pernah mendengar tentang bunga kehidupan?" tanya Han tiba-tiba sambil memetik tanaman herbal.

"Aku pernah mendengarnya, dikatakan bahwa tanaman tersebut hanya akan tumbuh 2 bunga setiap 10.000 tahun. Seluruh bagian dari bunga bisa digunakan. 1 kelopak bunganya bisa di hargai 100.000 tael emas, bayangkan saja jika kau mampu menemukannya, 13 kelopaknya bisa menghasilkan 1.300.000 tael emas," jelas Di terkesima.

"Tak cukup itu saja, serbuk sarinya mampu digunakan untuk membuat ramuan kecantikan, batangnya adalah obat yang sangat mujarab dan mampu mengobati segala jenis penyakit, bahkan penyakit langkah sekalipun. Sedangkan akarnya sendiri dapat digunakan untuk meningkatkan kultivasi berpuluh kali lipat lebih cepat," lanjut Han.

Fei Wei yang baru pertama kali mendengar tentang bunga tersebut hanya diam mendengarkan penjelasan mereka.

"Aku baru pertama kali ini mendengar tentang bunga kehidupan tersebut, apakah ada yang tahu pasti dimana bunga itu berada?" tanya Fei Wei penasaran.

"Tidak ada yang tahu pasti keberadaannya, namun ada sebuah petunjuk yang mengatakan bahwa satu bunga akan hidup di kegelapan menuju maut dan satu bunga lagi akan hidup bersama panasnya dunia. Belum ada yang tahu makna sebenarnya dari kata-kata tersebut," jawab Han.

"Beberapa hari lagi, kita akan melakukan ujian di kerajaan Ra Quan, tempat tinggal Fei. Tepatnya di perbatasan antara kota Qian dan kota Zhiwu karena kedua kota tersebut mmiliki hutan yang tersambung dan hanya di batasi oleh sebuah jurang yang curam nan gelap," ucap Di melanjutkan.

Mereka kembali fokus memetik tanaman, mekipun pikiran Fei Wei masih sibuk pada bunga kehidupan yang baru pertama kali ia dengar.

"Bunga kehidupan ini memang benar ada Fei, namun setiap 10.000 tahun ia akan berpindah tempat sehingga tidak ada yang tahu pasti dimana keberadaannya,"

Yang tiba-tiba berbicara kepada Fei Wei.

"Aku akan memikirkannya terlebih dahulu, ku rasa kita harus mencari tahu makna dari kalimat tersebut,"

.....

Setelah selesai memetik tanaman herbal, Fei Wei berpamitan kepada Di dan Han untuk ke perpustakaan akademi yang lebih lengkap di bandingkan dengan perpustakaan yang ada di kediamannya.

Ia mulai mencari tahu tentang bunga kehidupan, namun sudah hampir satu jam ia belum menemukan apapun.

Sebelumnya ia juga telah meminta bantuan kepada Xio Xia agar mencarikan informasi untuknya, karena mungkin saja perpustakaan di sana lebih lengkap karena berhubungan dengan tanaman.

"Aduh bagaimana ini, aku belum menemukan satupun petunjuk tentang bunga itu,"

Karena terlalu fokus mencari, Fei Wei jadi tidak memperhatikan di atasnya ada seorang pengurus perpustakaan yang sedang membereskan buku.

Tiba-tiba buku yang sedang pengurus tersebut rapikan terjatuh dan akan menimpah Fei Wei.

"NONA AWAAAAS!"

Fei Wei seakan tidak bisa menggerakkan badannya saat melihat buku-buku yang akan menimpah dirinya. Ia mulai memejamkan mata, pasrah dengan apa yang akan terjadi.

Sebuah tangan melingkar dipinggangnya dan ia merasa berada di pelukan seseorang. Wangi tubuhnya membuatnya sangat nyaman dan rasanya begitu familiar.

Saat membuka mata, Fei Wei melihat wajah Rei yang begitu serius menahan semua buku dengan kekuatannya. Setelah itu buku-buku tersebut ia kembalikan ketempat semula hanya menggunakan satu tamgan.

Ia menatap wajah Fei Wei yang sedang menatapnya juga, "Kau tak apa?" tanya Rei lembut.

Fei Wei hanya mengangguk masih di dalam dekapan Rei.

"Maafkan saya nona, karena kecerobohan saya anda hampir saja terluka," ucap sang pengurus perpustakaan cemas dan takut.

Sepertinya dia pengurus baru di perpustakaan ini, umurnya mungkin tak terlalu berbeda dengan Fei Wei.

"Tidak apa-apa, lagi pula aku tidak terluka sama sekali," ucap Fei Wei tulus berusaha agar dia tak cemas lagi.

"Kau bisa pergi," ucap Rei tak terbantahkan.

Spontan sang pengurus itu pergi yang sebelumnya sudah pamit kepada mereka.

Kini tinggal Fei Wei dan Rei saja yang ada disana menciptakan keheningan untuk beberapa saat.

"Bisa kau lepaskan tanganmu dari pinggangku?" ucap Fei Wei tak amu menatap wajah Rei.

Bukanny menurut, Rei justru semakin mempererat dekapannya pada Fei Wei membuat mereka kini seakan sedang berpelukan.

"Rei lepas, nanti ketahuan," ucap Fei Wei penuh penkanan namun dengan suara yang kecil, takut terdengar oleh murid yang lain yang mungkin saja ada di sekitar mereka.

"Biarkan saja, aku tak perduli," ucap Rei memeluk Fei Wei.

"Tap..."

"Biarkan seperti ini dulu," ucap Rei rendah.

Fei Wei yang tadinya ingin memarahi Rei, membatalkan niatnya. Sebenarnya ia merasa nyaman berada di pelukan Rei, hl yamg tak pernah ia rasakan meski di zamannya dulu.

Fei Wei mulai menempelkan kepalanya pada dada bidang Rei dan mencari posisi yang tepat.

Tak terasa ia mulai memejamkan mata, dan tertidur.

Rei hanya tersenyum sambil memberikan kenyamana pada Fei Wei.

Saat membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit yang tidak sama dengan kamarnya.

Ternyata ia tertidur di kursi panjang yang da di perpustakaan.

"Sepertinya tadi aku tertidur di pelukan Rei, kenapa aku bisa ada di sini?"

Di edarkannya pandangan mencari sosok Rei yang sudah tak ada. Langit juga sebentar lagi akan menggelap.

Saat ia berdiri, sebuah buku terjatuh dari pangkuannya.

Ketika ia membukanya, ternyata ada sebuah halaman yang sidah di tandai, dan halaman yang di tandai itu berisi informasi mengenai bunga kehidulan yang ia cari sedari tadi.

Seulas senyum tergambar di wajah cantiknya meski tak ada yang bisa melihatnya.

Dengan hati gembira, Fei Wei kembali ke kediamannya. Rasanya ia juga sudah sangant lapar karena belum makan dari pagi.
.
.
.
Tbc.....

Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang