5. Bertemu dengannya lagi

145 32 11
                                    

Beberapa tahun yang lalu...





Tara berdiri di depan pintu rumahnya. Dari depan pagar dia udah bisa mendengar suara bising pertengkaran ayah dan ibunya di dalam rumah. Terdengar juga suara piring melamin jatuh seperti ada yang sengaja melemparnya ke lantai.

Tara diam dengan tatapan datarnya. Disampingnya ada teman kecilnya sekaligus tetangganya yang biasa dia panggil mas Arga.

"Tar, kamu nggak di rumah aku aja dulu?" tanya Arga

"Aku pulang aja mas, gapapa"

"Tapi orang tua kamu-"

"Kan aku udah biasa, mas. Oh iya, makasih ya udah nganterin Tara. Tolong bilangin ke tante juga, makasih udah mau ambilin rapot Tara"

Tara menguncir rambutnya dan membereskan rok birunya. Tangan kirinya mengenggam map berisi rapot dan kumpulan sertifikat yang udah dia dapat selama duduk di bangku SMP, dan tangan kanannya bersiap membuka pintu rumahnya.

"Tara pulang.."

Tara berkata lirih dengan raut wajah yang datar.

"Sayang, udah pulang? Kok cepet?"

Orang tuanya yang tadi lagi adu mulut tiba-tiba diam ketika mereka melihat anak samata wayang mereka pulang.

Tara mengepalkan tangannya karna kesal. Hari ini dia lulus SMP dan orang tuanya bahkan nggak tau??

"Apa itu sayang?" tanya ayah Tara yang melihat Tara membawa map besar

"Tara? Hari ini kamu ambil rapot terakhir dan kamu nggak kasih tau ibu sama ayah??" kata ayahnya sedikit membentak Tara

"Yampun sayang, kamu kenapa ga bilang ibu sama ayah?" giliran ibunya yang bertanya

Jujur, Tara gerah melihat orang tuanya yang seakan baik-baik saja di depannya tapi selalu bertengkar dan saling adu mulut di belakang Tara. Tara sama sekali nggak bodoh dan dia masih punya telinga yang berfungsi dengan baik. Dia selalu mendengar orang tuanya bertengkar.

"Gak perlu. Ada mama sama papanya mas Arga yang ambilin rapot Tara" jawabnya agak ketus

"Tara, kamu ini masih punya orang tua! Ayah dan ibu bisa ambilin rapot buat kamu!!" bentak ayahnya

Tara sama sekali nggak takut dengan bentakan ayahnya. Dia malah membalas menatap mata ayahnya dengan sedikit tatapan tajam.

"Kalian aja nggak tau kalo aku udah mau lulus SMP" bantah Tara

"Tara, itu karna ayah kamu ga-"

"Udah cukup ibu, ayah. Tara capek. Tara mau istirahat"

Tara berjalan dan masuk ke dalam kamarnya. Sebelum dia membuka pintu kamarnya, dia berkata kepada ayah ibunya tanpa menengok ke arah mereka.

"Lanjutin aja berantemnya"

Tara mengatakannya dengan nada yang datar lalu langsung masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dengan cepat.

Tara mendudukan tubuhnya di kursi meja belajarnya. Gak lama kemudian terdengar lagi suara orang tuanya yang melanjutkan pertengkarannya. Kali ini Tara dengan jelas mendengar kalau mereka saling menyalahkan satu sama lain perkara mereka yang nggak tau kalau Tara lulus dari bangku SMP.

Tara menumpahkan air matanya dan membenamkan kepalanya di meja belajarnya. Selalu seperti ini, dia harus menangis sendirian lagi.

¤¤


Tara duduk di taman yang ada di tengah-tengah kompleks kampusnya. Tiba-tiba dia teringat dengan cerita masa lalunya, dimana orang tuanya sibuk dengan urusan masing-masing dan selalu menyalahkan satu sama lain. Dia kerap menangis setiap mengingat masa kecilnya yang hampir nggak pernah merasakan kebahagiaan bersama orang tuanya.

Dopamin and Serotonin (Choi Beomgyu) ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang