Sejarah Hidup Joanna 3

238 8 0
                                    

Keesokan harinya di kediaman Garcia, Thomas terlihat merengek ke Orangtuanya. Thomas menangis karena tak mau bersekolah di sekolah umum dan ingin sekolah di rumah bersama Joanna.

" Oh Thomas... Boaventura itu orang kaya... Mereka bisa bayar guru dengan mudah... Sementara kita tidak, kakakmu harus kuliah, dan kita juga baru saja beli rumah baru disini... Kamu harus prihatin Thomas.... "

" Aku mau sama Joanna... Dia satu-satunya temen aku yang paling ngerti perasaanku.... "

" Ya udah kalau kamu mau Joanna, Mama sama Papa minta dia untuk sekolah bersamamu.... "

" Bener ya... Asik.... Makasih Mam.... "

" Iya... Sekarang kamu ganti popok dan pakaian, kita ke Rumah Boaventura untuk membicarakan masalah ini.... "

Kebetulan kami sekeluarga ada dirumah saat Garcia datang, nampak Thomas bersama mereka. Garcia berkunjung untuk tujuan membujuk Boaventura untuk menyekolahkan Joanna ke sekolah umum, ini dikarenakan Thomas yang tak mau sekolah kalau tidak bersama Joanna. Thomas rupanya masih trauma dengan pengalaman di bully di kota Porto, disisi lain kalau Garcia menyekolahkan anaknya di rumah alias home schooling, mereka harus keluar uang lebih banyak lagi, Garcia memang tidak sekaya Boaventura, apalagi mereka baru saja beli rumah dan harus membiayai kakak Thomas yang sebentar lagi akan kuliah.

" Aku sebenarnya keberatan Tuan Garcia, anakku ini satu-satunya aset keluarga Boaventura, lagi pula aku khawatir dia kenapa-kenapa karena aku dan istri selalu pergi meninggalkan rumah..."

" Tuan Boaventura, aku bisa jamin Joanna aman, aku siap mengurusnya juga saat anda tak ada di rumah.... "

" Aku akan mengambil keputusan besok.... " Ucap Miguel Boaventura sambil menyeruput kopi yang ada di depannya.

Karena aku dan Thomas tak mau menggangu para orangtua yang sedang ngobrol, kami pun memutuskan untuk ngobrol di kamarku.

" Joanna, kamu mau ya sekolah bareng aku.... "

" Em... Aku mau, tapi Papa.... "

" Tenang aja Joanna, Papa aku pasti ngebujuk keluarga kamu untuk mau sekolahin kamu di umum...."

" Kenapa kamu mau aku bersamamu Thomas.... "

" Karena kamu satu-satunya temanku yang peduli.... "

" Peduli karena kamu pakai popok.... " Thomas pun mengangguk.

" Ouh Thomas... Kamu jangan minder seperti itu dong.... "

" Ah... Kamu gak tau aja gimana rasanya pakai popok 24 jam seminggu... It's difficult Joanna.... "

" Apa susahnya... Cuma pakai popok doang.... "

" Ini masalah mental Joanna... Aku malu kalau tiba-tiba popokku membesar dan kelihatan orang lain...."

" Ah mungkin kamu terlalu malu aja .... "

" Nggak, aku gak pemalu.... Aku malu karena aku pakai popok.... "

" Oke Thomas... Kita challenge, aku akan ikut pakai popok selama 24 jam dalam satu bulan full dan beraktivitas seperti biasa... Kalau aku tak merasakan apa yang kamu rasakan, kamu harus ikut apa kata aku... Oke.... "

" O...oke Deal.... " Aku pun setuju untuk mengikuti tantangan dari Thomas dengan menggunakan Popok untuk satu bulan. Sebenarnya aku juga penasaran bagaimana rasanya memakai popok setelah aku lepas popok di usia lima tahun.

Thomas dan keluarga pun pulang setelah belum ada kesepakatan deal antara keluargaku dan Garcia. Selang beberapa menit kemudian, Thomas kembali ke rumah untuk memberikan beberapa paket popok yang akan ku kenakan. Popok merek star diapers itu berjumlah sepuluh lembar popok yang mungkin hanya cukup untuk lima hari.

" Aku kasih sepuluh dulu, nanti aku kasih lagi kalau popoknya Habis... Tapi kamu tau kan cara pakainya.... "

" Hmm... Aku tak tau.... "

" Oke, aku akan kasih tutorialnya.... "

Thomas pun kembali masuk ke kamarku, Mama dan papa yang melihat Thomas kembali ke rumah kami pun bingung, karena baru beberapa menit lalu Garcia pulang ke rumahnya.

" Kenapa kamu kesini lagi Thomas, bukannya tadi kamu pulang bersama orangtuamu.... "

" Ouh... Ada barang yang ketinggalan di kamar Joanna.... "

" Ouh.... Silahkan cari.... "

" Baik Tante... "

Kami pun melangkah menuju kamarku. Mama tak curiga saat aku membawa kantung berisi popok dari Thomas.

Di kamar, Thomas langsung melepaskan celananya dan melepaskan popok yang setengah penuh, terlihat baru bagian depan yang menguning dan Popoknya tidak begitu besar. Dia melepaskan emapat perekat yang mengikat popoknya hingga terlihat batang kemaluannya. Entah kenapa ketika itu urat malu kami belum malu dan bersikap biasa saja.

" Oke Joanna, lihat caraku pakai popok, nanti kamu ikuti sesuai dengan apa yang aku lakukan... "

" Kemudian Thomas menaruh kembali popoknya di kasurku, kemudian dia berbaring diatasnya, Thomas pun melipat popoknya hingga kemaluannya tertutup oleh popok, kemudian dia merapikan bagian depan hingga pinggangnya terlapisi oleh bagian samping dan akhirnya dia menempelkan kembali ke empat perekat sesuai dengan ukurannya, setelah semua terpasang, Thomas pun merapikan bagian lake guard agar tidak bocor.

" Nah, sudah... Gampang kan, kalau masih dirasa longgar, kamu bisa sesuain perekat kamu, semakin ke tengah, semakin ketat.... "

" Ouh... Oke.... "

" Coba kamu pakai.... " Aku pun mengikuti perintah Thomas. Aku mengambil satu popok dan membukanya, kemudian aku menaruh popok itu di kasur, tak lupa aku melepaskan celana pendekku hingga tak ada sehelai benangpun yang melapisi selangkanganku yang membuat kemaluanku terpampang jelas oleh Thomas, kemudian aku berbaring di atas popok dan melakukan apa yang dilakukan oleh Thomas, Aku pun kini berhasil memaki popok. Aku begitu terkesan karena popok itu sangat pas di tubuhku. Rasanya nyaman dan sedikit memberikan sensasi mengganjal di bagian selangkangan. Aku pun tak hentinya memandangi selangkanganku yang kini di hiasi oleh popok.

" Wah... Kamu cantik kalau pakai popok.... " Sanjung Thomas.

" Kamu juga tampan kalau pake Popok.... " Ucapku sambil memandang Thomas yang masih belum menggunakan celana.

" Gimana rasanya, enak kan... "

" Iya... Pantesan kamu betah pakai popok.... "

" Iya... Tapi aku malu kalau pakai ini ke tempat umum... Everyone looking me.... "

" Bagus dong, kamu seperti artis kalau di perhatikan oleh orang.... "

" Ah... Kamu baru pertama kali pakai popok, dan belum pernah merasakan popok basah di tempat umum.... "

" Ah... Aku tak sabar merasakannya... "

" Ah sudah lah, aku mau pulang.... Besok kita ke Mall, dan jangan lupa dengan kesepakatan kita.... "

" Oke, I can wear it every day.... "

" Oke... Aku pegang perkatanmu.... "

Aku pun mengenakan celana kembali untuk mengantar Thomas ke depan. Ketika aku berjalan, aku merasa aneh karena ini baru pertama kalinya aku pakai popok di usia seperti ini, rasanya aneh namun membuat aku bahagia. Apalagi sensasi unik ketika berjalan yang tak ada di pakaian lain, ketika duduk pun aku nampak merasa aneh sekaligus nyaman, pakai popok membuat duduk semakin nyaman karena empuk, aku pun semakin tak sabar merasakan sensasi pipis di dalam popok dan tentunya aku selama sebulan ini tak perlu repot-repot ke toilet untuk pipis, apalagi saat aku bermain game atau sedang belajar.

" Ah... Ternyata enak juga pakai popok.... "

.
.
.
.
.
Bersambung

Nicky 3 | Camping with Me | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang