5

2K 221 29
                                    

Penthouse milik Sehun terletak tidak jauh dari tempat pernikahan mereka diselenggarakan. Hanya berkendara selama setengah jam, kini mereka sudah tiba.

Jongin memasuki kamar yang Sehun tunjukkan. Ia meletakkan kopernya di pojok ruangan, lalu mengamati kamar tersebut sambil terkagum.

Kamar itu sangat luas, hampir tiga kali lipat dari besar kamar miliknya di rumah. Ada satu pintu yang merupakan connecting door yang menghubungkan kamar dan ruang kerja. Selain itu juga terdapat ruang pakaian yang mewah, almari kaca yang penuh dengan pakaian-pakaian dari brand ternama yang mayoritas adalah pakaian formal milik Sehun. Jongin menggangga kagum, ruang pakaiannya persis seperti yang sering Jongin lihat di dalam drama.

"Aku suka kamar ini." Ucap Jongin dengan riang. Dalam kepalanya dia sudah menyusun beberapa rencana untuk mengubah tembok kamar barunya itu dengan warna yang sedikit lebih berwarna. Paduan warna abu-abu dan hitam itu membuat kamar tersebut terlihat agak seram. Mungkin oranye atau biru langit adalah pilihan yang tepat. Selain itu Jongin juga sudah merencakam untuk mencopot foto Sehun yang terpajang di dinding. Ia tidak suka melihat wajah Sehun.

"Baguslah kalau kau suka." Kata Sehun kemudian.

"Hm... sekarang kau boleh keluar dari kamarku. Aku ingin istirahat." Jongin mengusir Sehun. Sedangkan si pucat itu sangat terkejut mendengar penuturan Jongin tersebut.

"Ini kamarku!" Balas Sehun dengan cepat. Merasa tidak terima karena Jongin mengusirnya seperti itu.

"Ini kamarmu?" Tanya Jongin, sedikit kecewa.

"Ya."

"Lalu, dimana kamarku?" Tanya Jongin dengan tidak terima karena harus merelakan kamar impiannya tersebut.

"Ini kamarmu."

"Jadi sebenarnya ini kamar milik siapa?" Jongin mulai emosi. Baru saja menikah beberapa jam tetapi Sehun sudah membuatnya kesal.

"Ini kamar kita, bodoh!"

"E-eh?"

Jongin yang semula sudah bersiap untuk beradu mulut dengan Sehun kini terbungkam. Dia terdiam, berusaha mencerna ucapan Sehun baik-baik.

"Tidak mau! Aku mau kamar yang lain. Aku tidak mau satu kamar denganmu!"

"Cepat tunjukkan dimana kamar lainnya, aku sudah lelah ingin istirahat!"

Melihat Jongin yang heboh membuat Sehun jengah. Kini Jongin berdiri di hadapannya sambil menyeret dua koper. Beruntung lima koper lainnya masih di ruang tengah, jadi tidak begitu merepotkan.

Sehun menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar saat melihat kelakuan Jongin itu. "Di sini hanya ada satu kamar!"

"Kau bodoh? Penthouse sebesar ini hanya memiliki satu kamar?"

Pria pucat itu mengangguk santai. "Sebenarnya ada satu kamar lagi, tetapi belum ada kasurnya. Silakan saja kalau kau mau tidur di sana." Sehun mengangkat kedua bahu tidak peduli.

"Jangan memulai perdebatan, aku lelah." Sambung Sehun kemudian.

Sehun malas untuk menanggapi ocehan Jongin. Kemarin semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan tentang pernikahan mereka, lalu dilanjut lagi sejak tadi pagi Sehun sudah harus bersiap dan acara terus berlanjut, ia harus meladeni obrolan-obrolan para tamu yang banyak dari mereka adalah rekan bisnisnya. Dari pagi hingga malam sama sekali tidak ada waktu untuk istirahat. Sehun benar-benar sangat lelah dan ingin segera istirahat. Lelaki itu pun beranjak masuk ke dalam kamar mandi.

Membersihkan diri lalu istirahat. Wah, kedengarannya menyenangkan sekali.

Jongin pun tidak ada bedanya dengan Sehun. Meski dia masih memiliki beberapa persen baterai untuk mengoceh dan protes, tapi sebenarnya ia juga sangat lelah. Kemarin malam Jongin juga tidak tidur, sejak tadi pagi hingga malam sama sekali tidak bisa istirahat. Tubuhnya remuk dan sudah merengek untuk segera diistirahatkan. Merasa bahwa tidak ada pilihan lain, akhirnya Jongin mulai merapihkan koper bawaannya yang masih tersisa beberapa di depan pintu masuk.

Lovenemies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang