36

1.5K 134 30
                                    

SeKai / HunKai FanFiction

Warn! Boys love - ide pasaran - typo(s)
.
.
.

Mata bulat itu mengerjap lucu, perlahan-lahan terbuka dan menampilkan manik karamel milik si pria cantik.

"Aw, Sehun, beraaat!" Jongin yang baru saja bangun langsung menampik lengan Sehun yang memeluk dadanya. Sehun yang mendengar suara kesayangannya itu pun langsung terbangun dengan heboh.

"Duniaku sudah bangun?"

"Jijik, hun." Jongin mendengus.

Sehun memutar bola matanya jengah, kesayangannya itu memang tidak bisa diajak romantis-romantisan, selalu aja galak. Tapi tidak apa, dia sedang rindu sekali dengan si manis yang baru siuman sejak tiga hari yang lalu ia hampir kritis saat melahirkan putra pertama mereka.

"Anakku mana?" Jongin bertanya lirih.

"Ada di ruang bayi."

"Mau liat."

"Kau belum boleh banyak gerak, sayang."

"Tapi aku mau ketemu bayiku..." Jongin memelas, sengaja membuat Sehun merasa tidak tega dan berakhir menuruti semua permintaannya.

"Ya udah, tunggu di sini. Aku ambil dulu bayinya."

"Terima kasih, Sehun."

Sehun menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan Jongin yang bersikap sopan padanya.

Setelah Sehun menghilang di balik pintu ruang rawat VIPnya, Jongin kembali menidurkan kepalanya. Sebisa mungkin ia melakukan pergerakan seminim mungkin karena masih ada sedikit rasa sakit sisa operasi beberapa hari lalu.

Jongin meraih ponsel milik Sehun di atas nakas, dengan inisiatifnya dia memberikan kabar pada keluarganya bahwa ia sudah sadar.

Pintu ruang rawatnya kembali terbuka, Sehun masuk sambil mendorong dengan pelan ranjang bayi. Perasaan Jongin tidak karuan, dia senang, tapi juga merasa takut disatu sisi.

Dengan gerakan tangannya Jongin menyuruh Sehun untuk berhenti mendekat ke arahnya. Sehun mengernyit bingung melihat wajah Jongin yang terlihat sedikit panik dan takut. "Kau kenapa?"

"Aku takut..."

"Kenapa takut?"

"A... Aku takut kalau aku tidak melahirkannya dengan sempurna." Jongin menundukkan kepalanya. Dia sama sekali belum melihat bayinya yang sudah lahir tiga hari yang lalu, ia belum melihat bagaimana kondisi bayinya dan ia merasa takut bahwa bayinya tidak lahir dengan normal. Bukankah itu hal yang wajar? Ketakutan itu bahkan sudah ada sejak kehamilannya memasuki minggu-minggu akhir.

"Dia lahir dengan sempurna, Jongin. Dia sehat, dan tidak ada kurang sedikitpun." Sehun menyakinkan sambil tersenyum. "Justru dia sangat tampan... sepertiku."

Jongin ingin melempar bantal untuk menghajar Sehun, tapi dia tidak punya tenaga.

"Tidak apa kalau belum siap, aku bawa bayi kita kembali saja ke ruangannya."

"Tidak... aku mau lihat." Jongin mendudukkan dirinya secara perlahan. Dia mendongakkan kepalanya untuk mengintip bayinya yang berada di dalam box bayi.

"Dia lagi bobo?" Tanya Jongin dengan suara berbisik.

"Iya, lucu sekali pipinya merah." Komentar Sehun yang tidak tahan ingin mencium pipi menggemaskan itu namun ia harus menahan diri agak tidur nyenyak si bayi beruang tidak terganggu.

"Jadi mau lihat adik bayi atau tidak?"

Jongin mengangguk agak ragu. "Ya sudah, bawa dia ke sini."

Sehun kembali mendorong box bayinya mendekat ke Jongin. Si tan itu tidak langsung mengambil bayinya yang tengah tertidur, dia hanya melihat sambil mencolek-colek ragu telapak tangan si kecil yang terbungkus sarung tangan.

Lovenemies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang