¡¡¡
Jam pelajaran ketiga sudah berakhir, bel istirahat juga sudah berbunyi. Semua siswa dan siswi berbondong-bondong menyerbu kantin seperti biasa. Tetapi tidak dengan Alana. Entah kenapa hari ini ia terlihat tidak bersemangat seperti hari-hari sebelumnya.
Azura dan Disty yang melihatnya merasa bingung, apakah sahabat mereka itu ada masalah? mereka berdua pun memilih menemani Alana di kelas dan tidak pergi ke kantin.
"Chan nitip bakwan ya!" seru Azura kepada Chandra yang baru saja ingin keluar kelas bersama Malvin
"Duit?"
Azura mengeluarkan uang 20 ribuan dari sakunya dan memberikannya kepada Chandra.
"Lo kenapa Lan?" tanya Chandra melihat Alana yang dari tadi hanya membaringkan kepalanya di atas meja
Bahkan dari Alana datang ke kelas, ia sudah kelihatan tidak semangat. Jika kemarin ia selalu terlihat riang gembira, maka hari ini kebalikannya. Ia bahkan tampak gelisah.
Alana menegakkan kepalanya dan menggeleng. Chandra melihat Disty dan Azura yang juga ikut menggeleng. Chandra mengulurkan tangannya untuk memeriksa dahi Alana apakah suhu tubuhnya panas, ternyata tidak juga.
"Gue panggilin Renan ya?" tawar Chandra dengan tulus
Semua yang melihat itu hanya termangu, Chandra yang tidak bisa serius bisa sangat perhatian ternyata.
"Lo mau nitip makanan ngga sama Chandra?" tanya Disty lagi-lagi dibalas gelengan oleh Alana
"Lo ngga nitip?" itu Malvin yang bertanya sambil mengalihkan pandangannya kepada Disty
"Engga."
Malvin hanya tersenyum tipis sembari mengangguk kecil, kemudian bajunya ditarik Chandra agar cepat menuju kantin.
"Kira-kira Alana kenapa ya? ngga biasanya gue liat dia lemes gitu," terang Chandra
"Ada masalah mungkin"
Chandra masih mencoba menebak-nebak. Ia sudah mengenal Alana dari kecil, jika Alana ada masalah atau apapun itu ia paling tidak suka memperlihatkannya.
Mereka berjalan di lorong dan kebetulan bertemu dengan Renan yang juga sedang menuju ke kantin.
"Eh anu!" ucap Chandra menghentikan langkah Renan
"Anu apa? oh iya Alana mana?" tanyanya yang tidak melihat keberadaan Alana dari tadi
"Alana di kelas, dia beda banget hari ini," jawab Malvin
"Beda gimana?"
"Kelihatan ngga semangat gitu," sela Chandra
"Lo sam.." belum Malvin menyelesaikan perkataannya Renan sudah buru-buru pergi ke kelas Alana
Renan sedikit mempercepat langkahnya menaiki tangga, ia merutuki dirinya sendiri kenapa tidak menemui Alana dulu sebelum ke kantin. Ia juga tidak pergi ke sekolah bersama Alana pagi ini. Alana menolak untuk pergi bersama dengan alasan ia diantar oleh supirnya.
"Alana..," Renan berlari ke arah kelas Alana dan..
"Bugh"
Dahi lelaki itu menghantam pintu yang bertuliskan 11 ipa 4. Semua orang yang lewat sontak terkejut, juga yang ada di dalam kelas termasuk Alana.
"Akh..," rintih Renan kesakitan lalu mengusap dahinya berulang kali. Ia lalu masuk ke kelas itu
Alana langsung berdiri menghampiri Renan dengan wajah khawatir, matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis. Dilihatnya dahi Renan yang sudah biru.
"Hiks..," Alana menangis sambil mengelus dahi lelaki itu dengan pelan
"Eh kok nangis?"
Renan terkejut ketika melihat Alana menjatuhkan air matanya. Ia membawa kekasihnya itu duduk di salah satu bangku yang kosong. Disty dan Azura juga sama terkejutnya.
Renan duduk di sebelah gadis itu. Dapat dilihatnya rambut Alana yang sedikit berantakan dengan wajah yang memerah karena menangis.
"Kenapa nangis?" tanyanya sambil mengelus dan merapikan rambut Alana
"Kamu pasti sakit, aku ambilin obat ya..," ucapnya dengan nada lambat
Air mata Alana masih mengalir, ia sungguh khawatir bagaimana jika Renan terkena geger otak?
Renan menggeleng pelan, "Jangan nangis saya ngga apa-apa kok"
Renan bingung harus bagaimana, ini kali pertama ia melihat Alana menangis dan terlebih lagi hanya karena kepalanya terbentur pintu.
"Kamu pasti ke sini gara-gara aku kan? ini semua salah aku." ucap Alana masih dengan nada lambat, ia bahkan memukul kepalanya sendiri berkali-kali
Renan yang melihat matanya membulat dan langsung menahan tangan kecil itu, "Ngga bukan salah kamu Lana.."
"Tenang dulu ya, saya beneran engga apa-apa," lanjutnya menenangkan Alana yang masih terisak
Disty dan Azura yang dari tadi melihat itu yakin ada yang tidak beres dengan Alana. Ia berubah menjadi Alana yang berbeda dari minggu sebelumnya.
-
Setelah bel masuk kembali berbunyi, anak-anak kelas 11 ipa 4 dikejutkan dengan ulangan mendadak. Sebagian besar dari mereka misuh-misuh bagaimana bisa guru matematika mereka itu tidak memberitahu sebelumnya jika ada ulangan.
Chandra masih memperhatikan wajah teman sebangkunya itu, matanya sembab.
"Lo habis nangis?" tanyanya
Alana menoleh, "Engga"
Chandra berdecih tanda tak percaya dengan apa yang Alana katakan.
Jian selaku ketua kelas kemudian mulai membagikan soal ulangan kepada teman-temannya satu persatu. Terdengar hembusan nafas kasar dari sebagian anak.
Alana tidak bisa berpikir dan kesulitan berkosentrasi untuk mengerjakan semua soal matematika itu. Ia kembali merebahkan kepalanya dan putus asa jika ulangannya tidak dapat nilai. Tapi dalam lubuk hatinya ia juga khawatir bagaimana jika dia tidak naik kelas?
Chandra yang melihat itu, langsung menarik kertas ulangan Alana dan menyalin semua jawabannya ke kertas gadis itu tanpa pikir panjang.
"Lan..," panggil Chandra dengan nada kecil
Tidak ada jawaban dari Alana. Ia masih dengan posisi yang sama dan membelakangi Chandra.
"Pin..,"
Malvin yang duduk di bangku seberang menoleh ke arah Chandra. Ia pun melihat Alana tertidur.
"Tidur dia," katanya memberitahu Chandra dengan bisik-bisik takut ketahuan bu Nining yang sedang duduk di depan
Mereka berdua lagi-lagi heran, baru kali ini Alana tertidur di kelas. Bahkan tidak mengerjakan satu soal pun.
~
Maaf ya kalo ga jelas hehe
Intinya ini udah masuk konflik yaa
Jangan lupa vote dan komen
Thank you !
XOXO -!
-Syfnaaa29
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle, Love, and Bipolar [END]
Fiksi RemajaAlana adalah seorang gadis yang ceria tetapi orang-orang tidak tahu bahwa Alana mempunyai penyakit yang berhubungan dengan jiwanya dan memiliki trauma. Dari hari ke hari Alana sangat kesulitan karna Bipolar terus mengganggu hidupnya tetapi dengan du...