20. Rahasia

141 38 1
                                    

¡¡¡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¡¡¡

Alana sudah masuk ke kamarnya sejak tadi sedangkan Renan dan Dipta masih duduk di ruang tamu. Yang lain juga sudah langsung pulang karena sudah kelelahan setelah mencoba berbagai macam wahana di taman bermain tadi.

"Makasih ya Nan, udah nganterin Alana balik," ucap Dipta, ia sedikit khawatir melihat keadaan Alana yang akhir-akhir ini terlihat sedih

"Iya bang, emang udah tanggung jawab gue," balas Renan sambil sesekali melihat ke atas, ke arah kamar Alana

"Lo engga apa-apa jam segini masih di sini?" tanya Dipta

Renan melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam, "Lo ngusir gue bang?"

"Anjir ngga gitu..,"

"Serem banget nih orang" gumam Dipta, tentu saja di dalam hati

"Alana ada masalah ya bang?" lanjut Renan

Dipta kemudian mencoba berpikir, "Ngga ada kok, di rumah perasaan ngga ada masalah apa-apa," jelasnya

Renan hanya mengangguk tetapi ia masih tidak mengerti dengan perubahan mood Alana yang sangat ekstrim. Bagaimana bisa seseorang seminggu yang lalu terlihat sangat bahagia dan beberapa hari kemudian menjadi sangat sedih?

"Mungkin lagi kangen sama ibunya," tambah lelaki yang lebih tua

Renan langsung mengalihkan pandangannya kepada Dipta, "Kalo boleh tau beliau meninggal karena apa?" tanya Renan dengan hati-hati

Dipta menghela nafas, lelaki di depannya ini hanya mengetahui perihal ibu Alana yang sudah tiada tanpa tahu apa penyebabnya. Bahkan begitu juga dengan semua teman-teman Alana.

Alana benar-benar tidak ingin menceritakannya, Dipta sangat tau itu.

"Bang?" panggilan Renan membuyarkan lamunan Dipta

"Maaf kalo pertanyaan gue bikin lo sedih bang," ujar Renan yang merasa bersalah

Dipta menggeleng dan merangkul pundak tegap milik Renan, "Gue kayaknya harus cerita ini ke lo"

Renan bersiap mendengarkan apapun yang akan Dipta katakan.

"Bunda meninggal itu pas Alana masih umur 10 tahun.."

"Jadi pada saat itu kita berempat lagi jalan-jalan santai di dekat danau sentarum, yah bisa di bilang itu piknik keluarga."

"Gue sama ayah Javier pergi sebentar buat beli minuman yang tempatnya ngga jauh dari danau"

Dipta memberi jeda sebentar, ia menghirup udara dalam-dalam.

"Pas kita berdua balik, gue lihat Alana udah nangis-nangis di depan danau dengan keadaan basah kuyup. Udah banyak orang berkumpul di sana"

Renan terdiam.

"Kita berdua panik banget terus lihat bunda ternyata udah ngga sadarkan diri karena nyelamatin Alana yang hampir tenggelam"

"Denyut nadi bunda pada saat itu masih ada dan langsung dibawa ke rumah sakit, tapi pada saat kita sampai di rumah sakit kata dokter bunda udah ngga ada." jelas Dipta panjang lebar, dapat dilihat raut wajah lelaki itu masih sedih mengingat mendiang ibunya

"Kenapa Alana bisa selamat bang?" tanya Renan penasaran

"Kata orang sih awalnya di tengah danau mereka lihat Alana teriak dan nangis sendirian di atas rakit bambu"

"Yah.. mereka juga nemuin bunda udah tenggelam lalu mereka berdua dibawa ke tepi danau"

Renan menghela nafasnya, begitu juga Dipta ia kembali mengingat itu semua. Renan kemudian mencoba menenangkan kakak dari kekasihnya itu.

"Gue kasian sama Alana, gue tau pasti dia iri banget sama orang yang punya ibu dan ayah yang selalu ada buat dia.."

"Makanya apapun yang Alana lakukan gue selalu dukung, gue berusaha selalu ada buat dia. Tapi kadang gue selalu sibuk sama kuliah dan akhirnya Alana sendiri di rumah," sambung Dipta, matanya menatap lurus ke depan

"Bang, lo tau ngga seberapa sering Alana cerita tentang betapa dia bersyukur punya lo? Bagi dia, lo itu adalah kakak terbaik di dunia"

Mata Dipta berkaca-kaca, ia tak menyangka Alana menceritakan tentangnya seperti itu kepada Renan.

"Bantu gue jaga Alana ya?" pintanya dengan suara yang hampir serak, sepertinya Dipta sudah ingin menangis

Renan menepuk pelan pundak itu dan tersenyum, "Pasti bang, gue bakal selalu jaga Alana semampu gue," katanya dengan bersungguh-sungguh

Seorang gadis yang melihat itu kembali ke kamarnya dan menahan sesak yang ada di dadanya. Ia menutup mulut guna menahan tangisnya agar tak terdengar semua orang.

~





Struggle, Love, and Bipolar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang