¡¡¡
Teman-teman Alana yang lain sudah datang, mereka sangat rusuh sampai-sampai Dipta pusing di buatnya. Walaupun Dipta sudah biasa ketika mereka datang ke rumah. Tapi kali ini dua kali lipat lebih rusuh.
Contohnya Alana yang duduk bersandar di kepala ranjangnya dengan Disty dan Azura yang duduk di kedua sisinya. Alana dan Disty mendengarkan berbagai macam celotehan dari mulut Azura.
Chandra dan Nathan yang mempermasalahkan bumi itu bulat atau datar sedangkan Malvin dan Javas menonton bola di televisi. Mereka berteriak kegirangan jika salah satu klub bola favoritnya mencetak gol. Sedangkan Renan dan Dipta hanya sibuk memperhatikan mereka semua.
"Untung ini ruang VVIP kedap suara, jadi ngga kedengaran kalo ni ruangan ributnya kayak pasar." ujar Dipta kepada Renan
"Pasar ngga rusuh begini bang..," sahutnya dengan gelak tawa
Renan dari tadi juga memperhatikan Alana yang sibuk berbicara dengan kedua temannya. Sesekali mata mereka bertemu dan Renan yang memutuskan duluan. Renan tidak sanggup jantungnya selalu berpacu dengan cepat.
"Bumi itu bulat."
"Datar lah anjir!" protes Nathan tidak terima
"Lah kepala lo kali yang datar," balas Chandra dengan tawa terbahak-bahak
Nathan langsung memasukkan sebuah roti ke mulut Chandra. Sontak lelaki itu langsung mengunyah roti itu dan menelannya.
"Enak juga ya roti mahal..," celetuknya
"GOBL*KK"
Di satu sisi Javas dan Malvin tengah duduk di lantai fokus melihat ke arah benda persegi panjang itu.
"Real madrid pasti menang"
"Kalo barcelona menang mau apa lo?"
"Lo mau apa?"
"Putusin cewe lo yang sekarang." Malvin menaik-turunkan kedua alisnya
"Halah gitu doang kecil," lelaki yang mempunyai eye smile itu menjentikkan kedua jarinya
"Terima Azura"
Tak berselang lama sebuah bantal sofa mendarat di kepala Malvin. Lelaki itu pun langsung mengaduh kesakitan.
"Jangan bawa-bawa Azura bro, serem" Nathan menimpali
Ternyata debat tentang bentuk bumi sudah selesai, Chandra dan Nathan sepakat tidak ada yang menang setelah diberi pencahayaan oleh Dipta.
"Lo mau gue lempar juga!?"
Nathan hanya menyengir ke arah gadis yang rambutnya diikat satu itu, "Ampun.."
Javas yang memperhatikan gadis itu hanya mengulas senyum tipis,
"Lo baik Ra, gue yang kek bajingan ini mana pantes sama lo."
-
Para laki-laki sekarang sedang membeli makanan dan minuman di luar rumah sakit. Tersisa Alana bersama Disty dan Azura yang ada di ruangan besar itu.
"Alana lo benar udah engga apa-apa? mana yang sakit?" tanya Azura dengan wajah khawatirnya
Alana tersenyum dan menggeleng, "Gue baik-baik aja kok," ia lalu melihat Disty yang hanya diam dari tadi
"Lo kenapa diem aja?"
"Kenapa lo selalu bilang semua baik-baik aja?"
Azura dan Alana kini mendadak mematung, baru kali ini mereka melihat raut wajah Disty sangat serius seperti ini.
"Lo anggap kita apa sih Lan?"
"Disty lo kenapa?" sahut Azura bingung
"Yang harus lo tanya itu dia," jarinya menunjuk ke arah Alana
"Kenapa dia selalu menyimpan semuanya sendiri?"
Alana masih terdiam, ia tak bisa mengelak karena semua yang di katakan Disty memang benar.
"Jawab Lan!" ujar gadis berambut pendek itu sedikit membentak
"Gue minta maaf.."
Disty memalingkan wajahnya ke arah lain, ia mendongak menahan air matanya agar tidak turun.
Azura menghampiri Disty dan mengelus pundaknya, "Ngomong baik-baik.."
Alana juga ikut menangis, entah sudah berapa kali ia menangis hari ini. Azura jadi bingung sendiri ingin menenangkan keduanya.
"Lo tau ngga seberapa khawatirnya kita semua pas lo hilang? lo tau ngga gimana mati-matian kita semua berusaha berpikir positif tentang lo? berharap lo baik-baik aja"
Disty ingin mengeluarkan semua yang ada di benaknya saat ini, ia kemarin hampir jantungan ketika mendengar kabar bahwa Alana sempat tenggelam.
"Disty..," Alana langsung memeluk sahabatnya
Kini air mata Disty sudah tak bisa di bendung lagi, ia membalas pelukan Alana dengan erat. Azura tersenyum melihat keduanya lalu ikut berpelukan.
"Maafin gue.."
Disty melepas pelukan mereka, "Gue mohon jangan gini lagi ya?"
Alana tersenyum kecil lalu mengangguk.
"Banyak yang sayang sama lo Lan, termasuk Renan, gue, Disty, dan yang lain sayang banget sama lo..," ujar Azura
"Kalo ada apa-apa lo boleh cerita sama kita, tapi jangan di pendam sendiri." lanjutnya, dibalas anggukan setuju oleh Disty.
Disty menghapus air matanya yang tak berhenti mengalir dari tadi. Ia bukan gadis tomboy yang tak punya hati. Ia juga bisa menangis seperti yang lain.
Alana benar-benar terharu, ia memang manusia yang tak pandai bersyukur. Ternyata banyak yang sayang padanya. Alana salah jika beranggapan bahwa ia hanya beban bagi orang-orang. Kini ia bisa melihat ketulusan pada orang di sekitarnya.
Seseorang tiba-tiba membuka pintu dan terkejut melihat mata Alana dan Disty yang sudah sembab karena menangis.
"Gue ngerusak suasana ya?" katanya dengan tampang polos
Ketiga gadis itu hanya tertawa, "Engga kok, yang lain mana?" tanya Alana
"Lagi ngantri beli chatime"
Renan berjalan ke arah sofa ruangan itu dan duduk dengan nyaman di sana.
"Kamu kenapa pulang duluan? takut aku kenapa-kenapa ya?"
"Iya"
"Eh?"
~
Menuju ending nih, jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk menghargai ya
See you !
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle, Love, and Bipolar [END]
Teen FictionAlana adalah seorang gadis yang ceria tetapi orang-orang tidak tahu bahwa Alana mempunyai penyakit yang berhubungan dengan jiwanya dan memiliki trauma. Dari hari ke hari Alana sangat kesulitan karna Bipolar terus mengganggu hidupnya tetapi dengan du...