38. Enggak apa-apa

145 30 93
                                    

¡¡¡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¡¡¡

Alana, Disty, dan Azura sekarang sedang berjalan di lorong kelas, mereka baru saja dari kantin. Masih banyak anak-anak yang berlalu lalang meskipun sebentar lagi waktu istirahat akan berakhir.

Ada juga yang bermain di kelasnya seperti sapu mereka jadikan sebagai mikrofon untuk bernyanyi dan naik di atas meja seperti sedang konser. Indahnya masa-masa SMA.

"Eh kalian duluan aja, gue mau ke toilet dulu." ujar Alana menghentikan langkahnya tiba-tiba

"Hobi banget lo kebelet pas mau masuk," timpal Azura

"Udah kalian duluan aja, gue ngga lama kok. Lagian pasti bu Endang telat masuknya."

Belum Azura dan Disty mengiyakan perkataan Alana, gadis yang rambutnya ia cepol itu sudah berlari menuju ke arah toilet di ujung lorong sana.

Alana buru-buru masuk ke salah satu toilet perempuan yang kosong dan beberapa menit kemudian keluar dengan menghela nafasnya, ia langsung mencuci tangannya di wastafel.

Seorang gadis dengan rambut ikalnya memperhatikan Alana dari atas sampai bawah. Ia baru saja keluar dari toilet dan berdiri di samping Alana sambil mencuci tangannya juga. Hanya mereka berdua yang ada di sana karena bel masuk sudah berbunyi dari tadi.

"Lo pacarnya Renan kan?" tanyanya tanpa aba-aba

Alana yang merasa di ajak bicara beralih menatap gadis itu kemudian menunjuk dirinya sendiri, "Lo ngomong sama gue?"

"Ya iyalah!" sergah gadis itu sembari mengibaskan rambutnya ke belakang

"Oh iya, gue pacarnya"

"Lo inget gue pernah replay story instagram lo?"

Alana terlihat sedikit mengingat kapan kejadian itu dan kemudian mengangguk. Ternyata gadis ini adalah mantannya Renan, tapi entah lah itu hanya persepsi Alana sendiri.

"Iya terus?"

"Gue cinta pertamanya Renan." ucapnya sambil mengulurkan tangannya

"Emang Renan pernah bilang kalo lo cinta pertamanya?" tukas Alana tidak memperdulikan tangan yang terulur padanya dan membuat gadis bernama Naya itu terbungkam

"Ya engga pernah.. tapi gue yakin kok," jawabnya terdengar ragu

Alana hanya tersenyum hampir seperti meledek, ia menarik tisu yang ada di sampingnya dan mengeringkan tangannya dengan tisu itu.

"Cuma modal yakin doang mah ngga cukup mba," ujar Alana masih dengan nada tenang

"Berani banget lo ya!"

Alana lagi-lagi menoleh ke arah Naya yang sudah tersulut emosi, "Tujuan lo ngomong kayak tadi apa sih?"

Dan Alana masih terlihat tenang, ia sebenarnya malas untuk adu mulut seperti ini. Cuma karena Renan ia rela jika harus beradu argumen dengan siapa pun.

Struggle, Love, and Bipolar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang