||1|| Awal Mula ✔️

6.9K 548 12
                                    

Bintangnya dulu yuk

Happy Reading

Langit malam ini begitu cerah gemerlap bintang di atas sana menambah kesan indah pada langit, seorang gadis cantik duduk di balkon kamarnya, manik matanya tak henti-henti menatap bintang yang begitu cantik, entah sudah berapa lama ia memandangi bintang itu, seakan jika dia mengalihkan pandangannya walau hanya sebentar saja ia akan kehilangan bintang itu.

Baiklah ini sudah cukup malam, udara malam ini juga terasa sangat dingin tidak baik jika ia terus-menerus menatap dan mengagumi indahnya langit malam tanpa menghiraukan kesehatannya, dia bisa sakit jika masih berada di sini dan itu akan sangat merepotkan ayahnya.

Valerie, gadis itu bangkit dari duduknya meninggalkan balkon kamarnya, langkahnya perlahan ter ayun menuju meja naskah, ia mengambil teko bening yang sengaja diletakkan di situ oleh pengasuhnya, namun sayangnya teko bening itu tidak terisi air sedikitpun padahal niatnya ingin minum sebelum ia pergi tidur.

Valerie membawa teko bening itu, ia akan pergi ke dapur untuk mengisi air, siapa tau saat tengah malam nanti dia akan kehausan dan ujung ujungnya juga akan ke dapur kan?, kenapa dia tidak meminta pengasuhnya saja yang kesini dan menyuruhnya mengisi air? Jawabannya karena pengasuhnya sedang pulang kampung, anaknya sedang sakit baru sore ini beliau izin untuk pulang, mungkin dua hari lagi dia akan kembali.

Kaki jenjang itu melangkah perlahan menuruni anak tangga kemudian berjalan menuju dapur, namun sebelum ia sampai ke dapur ia melihat sang ayah yang tertidur pulas di sofa ruang tamu dengan berkas yang berserakan di mana-mana, niatnya untuk menuju ke dapur mengisi persediaan airnya pun terhenti.

Kini ia berjalan menghampiri ayahnya meletakkan teko yang tadi ia pegang di lantai, dengan hati-hati ia merapikan berkas-berkas itu agar lebih terlihat rapi namun tanpa sengaja cankir yang masih berisi setengah kopi milik ayahnya tersenggol sehingga semua isinya tumpah ke arah berkas itu.

Panik? Tentu saja, siapa yang tidak panik berada di kondisi seperti ini, Valerie mencoba untuk membersihkan berkas itu dengan hati hati tetapi gerakanya itu membuat sang ayah yang tadinya tertidur pulas membuka matanya, betapa terkejutnya Valerie saat mendengar teriakan dari ayahnya.

"APA-APAAN INI HAH, KENAPA KAMU MENUMPAHKAN KOPI KE BERKAS YANG PENTING INI, APA KAMU TIDAK TAU SAYA SUDAH MEMBUATNYA SEJAK TADI, DAN KAMU..... DASAR ANAK TIDAK TAU DI UNTUNG"air mata Valerie lolos begitu saja membasahi pipinya, demi apapun dia tidak sengaja, niatnya hanya ingin merapikan bukan menghancurkan.

"Vale t-tidak sengaja a-ayah" Ucapnya terbata, dengan isakan kecil yang keluar dari bibir ranumnya. Masih dengan posisi terduduk dilantai sang ayah dengan tega menendang Valerie, sedangkan sang korban hanya menerima tanpa membalas sedikitpun.

"Sudah cukup saya muak lihat wajah kamu, kenapa tidak kamu saja yang mati, kenapa malah istri saya. Dasar PEMBUNUH, KELUAR KAMU DARI RUMAH SAYA" tangan sang ayah menjambak kasar rambut valerie memaksanya  untuk segera keluar dari rumahnya, sedangkan valerie ia hanya pasrah dengan apa yang dilakukan ayahnya, hanya satu yang terbesit dalam pikirannya apakah berkas itu lebih penting daripada dirinya?

"JANGAN PERNAH MENGINJAKKAN KAKIMU DI RUMAH SAYA LAGI"pintu besar itu di tutup dengan keras menimbulkan suara yang cukup menyakitkan telinga, valerie menatap pintu kediaman william tempatnya tumbuh besar, apakah kesalahannya sudah sangat besar sehingga ayahnya tega mengusir dan berbuat kekerasan? , rasanya sakit ya tuhan rambutnya seperti dipaksa lepas dari kepalanya, kepalanya pusing, hasil dari tendangan bruntal sang ayahnya membuat lebam dibeberapa tubuhnya, tubuhnya seakan remuk.

Valerie diam, ia bangkit dari duduknya berjalan dengan langkah terseok-seok meninggalkan kediaman william, pertanyaannya dia harus kemana? raya dan fifi? Sudah cukup Valerie merepotkan kedua sahabatnya.

Bukan antagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang