#13

925 66 0
                                    

Pancaran sinar matahari telah terik. Arabela membuka matanya perlahan, kemudian ia melirik jam yang berada di dinding. Pukul 9 pagi.

2 menit untuk Arabela tersadar jika dirinya benar-benar kesiangan! Arabela langsung terduduk, ia mengucak matanya untuk membuat matanya terbuka sempurna. Otak Arabela baru memproses jika dirinya berada di Apartemen Aldebran dan pria itu tengah sakit. Arabela bangun dari kasurnya kemudian ia beranjak dengan segera keluar kamar.

Begitu Arabela keluar dari kamar, Arabela langsung disuguhi pemandangan Aldebran yang tengah memainkan tabletnya di ruang tengah. Pria itu memakai celana pendek serta kaos polos, terlihat sangat santai. Arabela menghembuskan napas lega, Arabela kira ia harus mengeluarkan emosinya lagi jika tidak melihat Aldebran di sekitarnya dan malah jika pria itu nekat berangkat kerja.

Arabela melangkahkan kakinya menuju Aldebran seraya berkata, "Bagaimana kondisimu?" Tanya Arabela.

Aldebran pun menoleh, melihat Arabela duduk di sofa sebrangnya. Aldebran menaruh tabletnya kemudian menatap Arabela kembali. "Sudah lebih baik." Jawab Aldebran.

Arabela mengangguk. Dapat dilihat dari wajah Aldebran bahwa pria itu sudah lebih baik dari kemarin. Wajahnya sudah tidak begitu pucat dan sudah sedikit segar.

Karena rasa kantuk yang belum hilang, Arabela menguap kemudian ia meregangkan tubuhnya. Entah mengapa ia benar-benar merasa ngantuk. Padahal biasanya jika ia tidur terlambat pun tetap bangun pagi dan tidak merasa ngantuk setelahnya. Apa dikarenakan kasur yang ia tiduri terlalu empuk dan nyaman jadi ia merasa tidak rela untuk bangun dari sana?

"Kamu masih punya waktu untuk tidur." Ucap Aldebran.

Arabela menatapnya. "Emang ada apa?"

"Nanti sore saya mau belanjakan barang kebutuhan kamu." Ujar Aldebran.

Mata Arabela melotot. "Untuk apa?!" Tanyanya langsung.

Alis Aldebran terangkat. "Ya untuk kamu?"

"Kamu nggak nyuruh saya tinggal di sini kan?"

"Kamu mau?" Tanya Aldebran.

Dengan cepat Arabela menggeleng. "Ya nggak lah! Pake nanya!"

Sudut bibir Aldebran berkedut. "Yaudah."

"Terus itu belanjain saya buat apa?" Tanya Arabela lagi.

"Sebagai rasa terimakasih saya."

Arabela mengangguk-anggukan kepalanya. Pasalnya Arabela sudah berperasangka buruk terlebih dahulu. Hanya karena ia merawat Aldebran semalam ia kira Aldebran langsung memintanya untuk tinggal di sini dan posisi ia sebagai asisten pribadi berubah menjadi perawatnya Aldebran. Arabela bergidik ngeri, tidak terbayang jika ia benar tinggal satu atap bersama pria di hadapannya itu.

"Sarapan dulu terus silakan tidur lagi. Nanti jam 2 saya bangunkan." Ujar Aldebran.

Arabela menggeleng. "Nggak usah. Saya mau pulang aja. Kamu gak perlu repot-repot belanjain saya."

Alis Aldebran terangkat. "Yakin? Apapun yang kamu mau saya belikan."

Bulu kuduk Arabela meremang. Ia serasa tengah dihadapkan dengan sugar daddy-nya. Arabela mengangguk. "Lagian saya ngerawat kamu pure karena saya asisten kamu. Jadi wajib menjamin kesehatan bosnya."

INTO YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang