#11

891 66 1
                                    

Hari sudah gelap. Matahari telah menghilang.

Arabela menghela napas, suhu tubuh pria yang tengah tertidur di atas sofa itu belum juga menurun. Sejak Arabela menyeret Aldebran ke sofa untuk istirahat, pria itu belum bangun. Masih tertidur dengan dengkuran halusnya.

Arabela mengangkat kain yang digunakan sebagai kompres di dahi Aldebran kemudian membasahinya kembali dengan air hangat. Setelah diperas, Arabela kembali menempelkan kain tersebut ke dahi Aldebran.

Sedaritadi yang Arabela lakukan adalah memantau kondisi Aldebran. Arabela telah memberitahu Priska untuk menghubungi dokter pribadi Aldebran tetapi karena Priska orang baru jadi ia masih harus mencari nomornya.

Arabela menempelkan kembali punggung tangannya ke pipi Aldebran.

"Masih panas." Gumam Arabela pada dirinya sendiri.

Namun saat Arabela hendak menurunkan tangannya, tangan Arabela ditahan oleh Aldebran. Mata pria itu perlahan mulai terbuka.

Mata Arabela terus menatap Aldebran yang dengan mata sayunya menatap Arabela.

"Gimana? Udah enakan? Apa makin parah?" Tanya Arabela langsung.

Aldebran menggeleng. "I'm ok." Ujarnya singkat kemudian melepas tangan Arabela.

"Badan kamu masih panas. Tolong bukain ponsel kamu, saya telepon dokter kamu." Ujar Arabela.

Aldebran menggeleng, ia bangkit dari tidurnya secara perlahan. Begitu tubuhnya terduduk sempurna, Aldebran meringis.

"Tuh kan! Kamu masih pusing! Udah tiduran lagi aja." Ucap Arabela.

Aldebran menggeleng. "Gapapa."

Arabela mendecak. "Kamu ini gapapa gapapa terus! Liat tuh muka kamu pucet!"

"Jam berapa ini?" Tanya Aldebran tanpa memperdulikan perkataan Arabela.

"10." Jawab Arabela langsung.

"Kenapa kamu belum pulang?" Tanya Aldebran.

Arabela memutar bola matanya. Pertanyaan bodoh! "Menurut kamu? Walaupun kamu menyebalkan tapi saya masih punya hati nurani untuk gak ninggalin kamu pas lagi sakit kaya gini."

"Saya baik-baik aja." Ucap Aldebran lagi.

Arabela mendengus. "Kamu ngaca sana. Masih bisa bilang baik-baik aja ngga?"

Aldebran tidak membalas perkataan Arabela melainkan ia memakai sepatunya membuat Arabela menatapnya bingung.

"Mau kemana kamu?" Tanya Arabela.

"Saya antar kamu pulang. Udah malam." Ujar Aldebran

Arabela menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mengerti dengan pikiran Aldebran.
"Kamu mau kita kecelakaan? Aldebran, please. Apa salahnya sih kalau kamu sakit? Kamu juga manusia!"

"Untuk sekedar nganter kamu saya sanggup." Ucap Aldebran.

Arabela mendecak. "Diem disitu! Kamu ini kayanya harus dipasung ya biar istirahat terus!"

Aldebran yang hendak berdiri pun mengurungkan niatnya saat Arabela justru meninggalkannya. Aldebran melirik Arabela yang tengah mengambil ponsel Aldebran di atas meja kerja kemudian kembali menghampiri Aldebran.

Arabela memberikan ponsel Aldebran ke pria itu. "Buka sandinya." Ujar Arabela.

Aldebran menatapnya bingung. "Mau ngapain?" Tanya Aldebran.

"Telepon dokter kamu."

Aldebran menggeleng. "Dia lagi studi di Amerika. Bulan depan pulang."

Arabela menghembuskan napas. "Jangan bohong."

INTO YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang