#22

767 57 3
                                    

Aldebran kira sesi diam-diaman di antara Arabela dan dirinya akan berakhir begitu mereka tiba di gedung pencakar langit AD's Company ini. Ternyata hingga keduanya menaiki lift khusus petinggi perusahaan pun tidak ada obrolan yang keluar. Arabela hanya mengikuti Aldebran dalam diam. Bukannya Aldebran tidak mencoba untuk menbuka obrolan hanya saja ekspresi dan aura Arabela membuat Aldebran sungkan untuk mengajak bicara.

Keheningan di dalam lift membuat Aldebran gusar. Sekali lagi ia menatap Arabela yang masih diam dan enggan menatapnya. Aldebran mendecak. "Enough with the silence. Kamu kenapa, Ara?" tanya Aldebran karena merasa jengah dengan Arabela yang diam saja.

Arabela menoleh dan mendapati Aldebran menatapnya dengan kesal. Alis Arabela terangkat. "Apa?"

Aldebran mendengus. Ia kemudian meraih bahu Arabela dan memaksa wanita itu untuk menghadapnya. "Did i do something wrong?" belum sempat Arabela menjawab, Aldebran kembali berkata. "Aku gak terima jawaban gak tau."

Mata Arabela membulat sebelum akhirnya ia menunduk. Tadi selama perjalanan menuju kantor ini, Arabela teringat dengan perlakuan Aldebran beberapa akhir ini yang cukup membuat Arabela berpikir yang tidak-tidak. Jangan lupakan 'sosoran' Aldebran yang semakin membuat Arabela salah paham. Apakah Arabela terlalu berpikir jauh atau memang perlakuan Aldebran kepada dirinya sudah melebihi batas yang seharusnya? Atau mungkin hubungan di antara keduanya sudah berada di tahap yang lainnya? Lalu bagaimana dengan Morana?

"Ara." panggil Aldebran.

Arabela mendongak. "You kissed me twice. You even hugged me all night. I just wondering what relation that we have right now."

Pengakuan Arabela diluar dugaan Aldebran. Aldebran pikir ada sesuatu hal besar yang menganggu pemikiran wanita itu. Aldebran pun terkekeh, bahu yang semula tegak itu perlahan meluruh. "Kirain kenapa."

Jawaban Aldebran membuat Arabela mendelik tidak suka. Apakah bagi lelaki itu hal tersebut merupakan hal normal?! Arabela kemudian kembali menghadapkan tubuhnya pada pintu lift. Arabela bersyukur liftnya sudah sampai di lantai yang dituju. Tetapi saat pintu lift terbuka, Aldebran justru menekan tombol hingga pintu lift kembali tertutup. Saat menyadari Aldebran menekan kembali lantai basement, Arabela mendesah kasar.

"Kenapa turun lagi?!" tanyanya dengan galak.

Aldebran tertawa kecil. Ia menikmati mimik wajah Arabela yang terlihat tidak bersahabat itu. "Kan udah aku bilang nikmati aja, Ara. Kenapa harus dipikirkan?"

Tatapan Arabela kian tajam. Nikmati aja katanya? Aldebran pikir Arabela mau disentuh kalau tidak ada hubungan pasti antar keduanya? Sesaat Arabela terdiam. Hubungan pasti? Emang hubungan apa yang Arabela harapkan? Sebelum menjalani hubungan, apakah Arabela sudah memiliki perasaan pada Aldebran?

Tangan Aldebran terangkat dan ia mengusap kerutan di dahi Arabela membuat Arabela menatap Aldebran. Pria itu tersenyum, senyum hangat yang baru Arabela sadari senyum itu tidak sering muncul.

"Apakah dengan pernyataan kalau aku tertarik denganmu bisa membuat kerutan ini hilang?" ucap Aldebran dengan mata lurus menatap Arabela. Arabela seakan terhipnotis dengan tatapan mata Aldebran yang seakan memuja Arabela. Tatapan teduh dan juga senyum hangat tidak pernah Arabela bayangkan akan ia dapatkan dari sosok seperti Aldebran.

Aldebran kemudian menyampirkan rambut Arabela ke belakang telinganya sebelum ia menangkup wajah Arabela dengan kedua tangannya. "I'm trying to fall for you. Wait for me, Ara." lirihnya kemudian Aldebran mendekatkan wajahnya hingga kecupan dalam Arabela terima di bibirnya.

Perlahan tapi pasti, degupan jantung dan rona merah di wajahnya menjadi saksi bahwa hari ini Arabela terpesona dengan Aldebran.

***

INTO YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang