Matahari telah terbit dengan sempurna. Sinarnya telah menerangi bumi dengan terang. Arabela tersenyum, ia baru saja selesai bersiap. Tadi saat terbangun, Arabela tidak lagi melihat Aldebran di sisinya. Mungkin pria itu sudah bangun terlebih dahulu.
Arabela melirik jam yang menempel di dinding, sudah pukul 9 pagi. Arabela merutuki Aldebran yang membuatnya bangun terlambat seperti ini. Tadi malam ia benar-benar tidak bisa tidur. Ia sibuk mengontrol degupan jantungnya. Dan sialnya pria itu malah tertidur pulas dengan cepat. Alih-alih bertanggung jawab, pria itu malah terus mengukung Arabela di dalam pelukannya. Hingga akhirnya beberapa jam kemudian Arabela merasakan kantuk dan tidur hingga bablas seperti ini.
Selesai bersiap, Arabela beranjak keluar dari kamarnya. Ia membuka sliding door dan seketika angin laut berhembus ke arahnya. Arabela menutup matanya sejenak, membiarkan angin menerpa wajahnya. Sungguh suana seperti ini hanya bisa Arabela nikmati dengan itungan jari! Kapan lagi saat membuka pintu kamar yang kamu dapatkan adalah hembusan angin yang bercampur aroma laut? sungguh menenangkan!
Kemudian Arabela membuka matanya dan mengedarkan pandangannya. Ia hendak mencari sosok Aldebran dan ternyata pria itu berada di gazebo tengah mengobrol dengan seorang wanita yang mengenakan jumpsuit berwarna maroon dengan rambut tergerai sempurna. Arabela mendecak kagum, Morana memang sangat cantik.
Alih-alih menghampiri Aldebran, Arabela justru mengarahkan langkahnya pada Damian yang tengah duduk di kursi panjang tak jauh dari gazebo. Entahlah, Arabela melihat Aldebran dan Morana tengah tenggelam dalam obrolan mereka membuat Arabela tidak enak untuk mengganggu.
Damian yang dihampiri oleh Arabela pun menunjukkan tatapan terkejutnya. Ia tidak menyangka jika Arabela menghampirinya.
Arabela tersenyum tipis. "Pagi, Damian." sapa Arabela kemudian duduk di sebelah Damian.
Damian mengangguk sekilas.
Arabela menghela napas. Damian kaku sekali! Arabela paling tidak tahan dengan orang kaku seperti Damian.
"Agenda hari ini apa, Damian? Kita akan pulang, kan?" tanya Arabela memecah keheningan.
"Tuan Aldebran berkata sehabis makan siang nanti beliau akan kembali ke kota." ujar Damian.
Arabela mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian ia menatap Damian dari atas hingga bawah. Arabela heran, kenapa asisten dari tuan kaya raya selalu tampan dan bertubuh bak model seperti Damian? Apakah ada spesifikasi khusus tentang bentukan seorang asisten dari tuan kaya raya macam Aldebran? Tidak sekali dua kali Arabela menemukan asisten yang memiliki paras dan tubuh seperti Damian. Padahal mereka bisa saja menjadi model tetapi entah mengapa mereka memilih menjadi seorang asisten.
"Nona, Tuan Aldebran melihat ke arah sini." ujar Damian membuat Arabela yang tengah memerhatikan Damian pun terkesiap. Ia mengedipkan matanya kemudian mengalihkan pandangannya pada Aldebran. Benar, pria itu kini tengah menatapnya. Walau Morana tengah berbicara, mata Pria itu terarah ke padanya. Arabela menyunggingkan senyum tipisnya pada Aldebran guna menyapa pria itu.
Arabela kemudian beralih kembali pada Damian. "Saya bukan atasan kamu, Damian. Panggil saya Arabela tanpa embel-embel."
Damian menggeleng. "Nona adalah kerabat Tuan Aldebran."
Arabela mendecak. "Nona lagi. just Arabela, oke?"
Melihat Arabela yang tak terbantahkan pun akhirnya Damian mengangguk. Hal tersebut membuat Arabela tersenyum puas.
"Kamu sudah berapa lama bekerja dengan Aldebran?" tanya Arabela.
"Sejak saya kecil saya sudah bekerja dengan keluarga Schaffranke." jawab Damian.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTO YOU [ON GOING]
Romance[SEQUEL DARI SECOND WIFE] ALDEBRAN & ARABELA ____________________________________________________________________ "Kamu pernah bilang, "I'm so into you.". Tapi satu hal yang lupa kamu jelaskan, kata "You" di kalimat kamu itu mengarah pada siapa? Aku...