# 4

1.2K 91 2
                                    

"Jam 5  nanti akan ada perias untuk kamu. Jam 7 saya tunggu di lobby."

Begitulah pesan Aldebran tadi begitu mereka sampai di hotel yang dituju. Arabela hanya bisa mengangguk dan menuruti apa yang pria itu katakan. Saat ini Arabela tengah memilih gaun yang cocok untuk dirinya.

Aldebran benar-benar niat. Pria itu menugaskan karyawan salon untuk membawa begitu banyak pilihan gaun dari warna A sampai Z tersedia. Bahkan saking banyaknya Arabela sampai bingung sendiri memilih gaun yang mana untuk dipakai malam nanti.

"Bagaimana? Sudah dapat?"

Arabela melihat dari cermin full body yang berada di kamar hotelnya. Imerelda, wanita cantik selalu pemilik salon langsung yang menangani penampilan Arabela malam ini. Arabela menghela napas kemudian menggeleng.

"Gaun di salonmu bagus-bagus. Dan aku susah memilih karena terlalu banyak pilihan." keluh Arabela.

Imerelda tersenyum. Ia melirik gaun-gaun yang berada di atas kasur dan memenuhi kasur yang berukuran besar itu. Matanya memicing, memindai gaun yang cocok untuk kliennya. Kemudian pandangannya tertuju pada satu gaun, dengan sentuhan kerlap-kerlip yang berada di bagian pinggir, bentuk gaun yang jatuh membuat aksen elegan menguat. Imerelda mengambil gaun berwarna biru langit, kemudian menghampiri Arabela.

Arabela melirik dari cermin, gaun yang Imerelda bawa merupakan salah satu dari pilihannya. Arabela tersenyum, gaun itu sangat indah. Sederhana tetapi elegan, sesuai dengan apa yang Arabela mau.

"Bagaimana?" tanya Imerelda.

Arabela mengangguk. "Aku pilih gaun itu."

Imerelda memberikan gaun tersebut pada Arabela yang langsung berganti di kamar mandi dengan senyum terpatri di wajahnya. Arabela menyukai gaunnya, sangat. Ia akan tampil bak putri di negeri dongeng malam ini. Bersama pangeran pura-puranya yang entah akan seperti apa penampilannya malam ini.

*****

"Terimakasih." ucap Arabela tulus pada Imerelda yang sudah mengubahnya menjadi angsa cantik dan mengantarnya hingga ke lobby.

Imerelda pamit, kemudian Arabela beranjak mencari Aldebran yang katanya sudah menunggu. Pandangannya mengedar, mencari keberadaan Aldebran. Dan pria itu berada di sana, di kursi tunggu depan pintu lobby dengan ponsel yang sedang dimainkannya.

Arabela menahan nafasnya, pria itu walau sedang duduk tetapi bisa dirasakan betapa tampannya pria itu. Dengan jas berwarna navy dan dasi yang senada serta rambutnya yang memang sudah rapi kini ditambah aksen mengkilap hingga terlihat sehat. Arabela menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh jatuh pada pesona pria itu. Apapun yang terjadi, Arabela harus menahan dirinya agar tidak terperangkap pada pesona pria diktaktor itu.

Setelah membuang nafasnya, Arabela melangkahkan kakinya yang dibalut oleh sepasang heels berukuran 3cm dengan model yang melilit betis mulusnya. Gaun yang hanya sepanjang dengkulnya itu membuat kaki Arabela terekspos hingga ia memilih sepatu yang memiliki model melilit ke atas.

Rambut Arabela yang digerai dengan dua bagian depan diikat menjadi satu ke belakang setelah dikepang kecil-kecil terkena angin yang masuk ketika pintu lobby terbuka saat Imerelda keluar dari hotel. Dan ketika Aldebran menoleh padanya, selama beberapa detik mereka terdiam. Saling memandang dengan rasa kagum yang berusaha mereka tutupi.

Dehaman Aldebran membuat Arabela mengerjap, tersadar dari apa yang barusan dilakukannya; memandangi Aldebran tanpa berkedip. Astaga!

INTO YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang