# 5

1.2K 85 1
                                    

"Saya kira akan ada pesta besar jadi saya harus berpenampilan seheboh ini." keluh Arabela.

Aldebran yang sedang memakan kue buatan bundanya itu menoleh. Kini mereka berada di pinggir kolam renang. Makan malam berjalan dengan lancar dengan beberapa guyonan keluarga yang untungnya dapat Arabela mengerti.

"Kamu tidak lihat bagaimana busana keluarga saya?" ucap Aldebran.

"Fancy. Ah, yang di depan saya tadi, apa dia memang seperti itu?" tanya Arabela.

"Seperti apa maksudnya?"

Arabela kembali mengingat tatapan adiknya Aldebran yang duduk berhadapan dengannya. "Uhm.. Tatapan tidak suka? Entahlah, dia yang sepertinya tidak suka dengan kehadiran saya."

"Ya. Dia memang seperti itu. Tidak perlu dipikirkan."

Arabela mengangguk. "Tapi dia menatapmu sangat lembut. Lemme guess, alasan kamu bawa saya ke sini adalah dia. Benar?"

Aldebran terkekeh, ia menatap Arabela lalu menggeleng-geleng. "Mulai tertarik dengan saya, nona?"

Arabela membelalakan matanya. "Apa? Tidak! Saya hanya bertanya."

"Benarkah? Kamu penasaran?" tanya Aldebran.

Arabela mendengus. "Tidak. Tidak penting dan bukan urusan saya."

Aldebran tersenyum kecil kemudian kembali memakan kuenya. Ia melirik Arabela dari sudut matanya, wanita itu seperti ingin bertanya lagi tetapi kembali diam dengan bibir memberenggut. Ingin rasanya Aldebran tertawa namun tidak bisa, ada seseorang yang memerhatikannya dari jendela yang tembus pandang pada kolam. Di sana, Morana menatap Aldebran dan Arabela dengan tajam hingga rasanya Aldebran dapat merasakan tatapan Morana. Aldebran menghela napasnya, semoga semua cepat berakhir.

*****

"Kalian menginap saja. Bagaimana?" ucap Keisha membuat Arabela nyaris melotot. Ia menatap Aldebran dengan tajam.

Aldebran melirik Arabela kemudian tersenyum, ia kembali menatap Keisha. "Baiklah. Lagipula sudah larut. Ara pasti kelelahan."

Arabela membelalakan matanya. Ia menatap Aldebran dengan kesal. Mendekat ke arahnya, Arabela berbisik. "Saya tidak lelah! Jangan menginap!" bisik Arabela.

"Baiklah. Pelayan sudah membereskan kamar kamu, Al. Kalian bisa tidur di sana." ujar Keisha.

Lagi, mata Arabela melebar. "SATU KAMAR?!" ujarnya dengan nada tinggi membuat Keisha terlonjak kaget.

Keisha mengerjap. "A-apa itu salah?" tanyanya bingung.

Aldebran menggaruk tengkuk belakangnya. "Bun, kamar tamu tidak tersedia?"

Keisha menggeleng. "Pendingin ruangannya rusak baru akan diganti besok pagi. Hanya kamar kamu yang tersedia, Le. Bukankah kalian terbiasa satu kamar?"

"Tante, saya dan Aldebran sebenarnya—" belum Arabela melanjutkan ucapannya, Aldebran mengenggam erat tangannya dan mencengkram dengan cukup keras membuat Arabela menutup kembali mulutnya.

"Baiklah. Kami naik duluan ya, bun? Selamat malam." kata Aldebran memotong ucapan Arabela.

Arabela mendesis, ia menatap Keisha yang tersenyum kepadanya membuat Arabela menghela napasnya lalu menyunggingkan senyumnya. Keisha mempersilakan Arabela dan Aldebran untuk beristirahat. Aldebran menggiring Arabela ke kamarnya dengan tangan yang masih bertautan.

INTO YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang