#23

742 56 6
                                    

"Aku lagi mau ngambil sprei yang baru. Tadi habis ngepel sama bersih-bersih dapur." ucap Arabela dengan ponsel yang sudah selama lima belas menit nangkring di telinganya.

"Kamu gak pakai jasa cleaning service? Aku panggilin, mau?"

Arabela mendecak. "Dasar sultan manja! Ngebersihin Apartemen kecil begini ngapain pake jasa gituan?"

Terdengar kekehan di seberang sana. "Ini kan hari libur, Ara. Harusnya kamu istirahat."

Benar, ini adalah hari Sabtu yang mana merupakan weekend hari pertama. Sebenarnya Aldebran mengajaknya untuk jalan-jalan tetapi mengingat keduanya sudah jalan-jalan ke pantai kemarin membuat Arabela menolaknya. Ia juga ingin merapikan Apartemennya yang terlihat berantakan tersebut.

"Ini kan hari libur, Aldebran. Harusnya kamu istirahat bukannya ngerjain pekerjaan kantor." sindir Arabela balik.

Lagi, Aldebran terkekeh. "Aku lagi ngerjain kerjaan yang sempet tertunda karena nemenin kamu di Pantai kemarin."

Arabela melotot. "Kok jadi aku?! Kan kamu yang nyulik?!" serunya.

"Kamu yang paling menikmati."

Arabela mengibas sprei baru yang hendak ia pasangkan pada tempat tidurnya. Kemudian ia mendengus. "Terserah."

"Liburan ke mana lagi ya enaknya?"

Gila. Arabela tidak mengerti dengan Aldebran. Apakah pria itu siap menjadi gelandangan dan pengangguran karena sibuk liburan?

"Gak usah aneh-aneh. Kamu mau jadi pengangguran?"

"Bukan ide buruk. Ayahku punya banyak perusahaan. Yang satu bangkrut, masih ada yang lain."

Arabela bergidik ngeri. Tidak bisa membayangkan bagaimana jika perusahaan besar yang dikelola Aldebran itu bangkrut. "Amit-amit!"

"Kenapa? Kamu gak mau sama aku kalau aku miskin?"

Arabela mengerutkan keningnya. "Emang sekarang aku mau sama kamu?"

Terdengar tawa ringan Aldebran. "Kangen. Aku ke Apartemen kamu ya?"

Sial. Rasanya Arabela masih asing dengan Aldebran yang mode seperti ini. Arabela tahu semenjak di Pantai kemarin Aldebran mulai menunjukkan sisi flirty nya pada Arabela dan tanpa sungkan mengutarakan perasaannya. Tetapi jujur saja Arabela masih merasa aneh dan.... janggal?

Mencoba menyingkirkan Morana dari pikirannya, Arabela menggeleng. Ia kemudian berdeham.

"Baru aku beresin masa mau kamu berantakin lagi?" jawab Arabela.

"Yaudah. Kamu ke Apartemen aku aja gimana? Damian jemput."

Arabela terkekeh. "Maksa banget sih? Nggak ah, aku mau me time."

Aldebran mendengus di seberang sana membuat Arabela tersenyum. "Aku temenin."

"Me time masa ditemenin, sih? Kalau ditemenin namanya bukan me time."

"Serius nih nggak mau ketemu?"

Arabela tertawa kecil. "Sampe ketemu hari senin, Al. Gak bosen apa seminggu ini sama aku terus?"

Terdengar helaan napas Aldebran. "Yaudah. Tapi standby handphone terus ya? Sepuluh menit gak ada kabar aku samperin ke Apartemen. No excuse."

Belum sempat Arabela menjawab, Aldebran sudah mematikan ponselnya. Arabela kemudian terduduk di kasur, ia mencengkram erat ponselnya lalu menggigit bibir dalamnya. Perasaan senang membuncah membuat dirinya tidak tahan untuk tidak tersenyum! Kini tanpa mau Arabela cegah, ia membiarkan hatinya menghangat seiring dengan jantung yang berdebar kencang. Tidak ingin mengelak lagi, ia membiarkan perlahan Aldebran masuk ke dalam hatinya.

INTO YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang