m a n a g e r📋

373 90 9
                                    

"kalian belum punya manager tim?" tanya papi. Mendadak ruang tamunya yang agak sempit jadi makin sempit dan sesak. Pintu rumahnya sampai harus dibuka lebar dengan semua jendela dibuka biar ada angin yang masuk.

Mina sampe bawa kipas angin di kamarnya buat ditaruh di depan. Soalnya kipas angin di ruang tamu lagi rusak belum dibenerin ke tukang.

Semua cowok yang ada di sana pada ngeliat ke Eunwoo selaku kapten tim.

"belum pak. Waka gak ngijinin kita buat ngerekrut manager tim. Dapet pelatih dari luar sekolah aja udah untung untungan,"

Papi menarik napas panjang sambil mengangguk anggukkan kepala. Lalu tatapannya melirik Mina yang sedang duduk di depan televisi. Karena ruang tamu sama ruang keluarga terhubung satu sama lain, hanya ada gorden sebagai pembatas.

"saya punya manager tim. Dia bukan orang yang profesional dalam bidangnya tapi dia mampu jadi manager tim yang mengontrol semua kegiatan dan latihan yang bersangkutan. Dia cukup kompeten kok. Bahkan udah pengalaman. Gimana?" usul papi. Ia menatap dua belas muda mudi dalam ruangan yang sama dengannya.

Lagi lagi, mereka semua melihat ke arah Eunwoo. Meminta pendapat sang kapten sebelum memutuskan.

"gue sih oke oke aja No. Dan literally kita emang butuh orang yang bisa bantu lo ngontrol anak anak," kata Mingyu.

Kevin mengangguk setuju, "itung itung buat nambah kerja sama tim."

"gimana No? Gue terserah. Tapi gue juga tergiur pingin punya manager gimana rasanya." imbuh Dokyeom.

"lo gak iri sama timnya Jaehyun? Cuma sepak bola aja dapet manager tim dari sekolah. Semua peralatan dibiayai sama sekolah. Mau tanding juga dikasih uang saku. Boljug tuh timnya Jaehyun," dengus Yugyeom dengan muka yang masam.

"jangan iri jangan iri dengki," ledek Wooyoung.

"gue apa kata lo," kata Hyunjae.

"terserah dah kalo gue," kata Ten.

Diam diam Eunwoo sudah punya keputusan sendiri. Lagipula muka papi terlihat meyakinkan saat memberitahu tentang manager tim yang dia punya. Berkompeten.

"kalo masih ragu ragu gapapa. Bisa dipikirin kapan kapan. Bapak juga gak maksa kok, cuma menawarkan saja," kata papi.

"kalo boleh tahu, dia pernah jadi manager tim siapa aja pak? Kan katanya kompeten, seenggaknya kita harus tahu sekompeten apa dia,"

Paha Soobin auto dicubit sama Mingyu.

Cowok bergigi kelinci itu mengaduh kesakitan, menatap Mingyu kesal.

"maaf ya pak, dia emang rada rada orangnya," kata Mingyu sungkan.

Papi tersenyum maklum, "gapapa. Kalo saya jadi kalian juga pasti menanyakan hal yang sama."

"dia pernah satu tim sama Bolnari," lanjut papi.

"anjing. Bolnari?!" pekik Ong kaget. Soalnya Bolnari adalah tim volly yang maju ke liga nasional tahun lalu. Padahal masih smp dan bisa dibilang tim baru yang memberikan dobrakan paling besar dari seluruh tim olahraga yang ada.

"bangsat, bisa diem gak cangkem lo?!" bisik Mingyu tajem.

Ong ketawa canggung, "maap pak. Gak sengaja tadi ngomong anjing,"

Saat papi hendak membuka mulutnya, terdengar suara tawa dari dalam yang bikin semua orang di ruangan itu terdiam.

Giliran papi yang tertawa canggung, "aduh maaf ya. Anaknya lagi nonton kartun,"

"MAAP PI, LUPA KALO ADA TAMU," sahut Mina berteriak.

"ngomong ngomong, dia manager tim andalan saya,"

Cheer Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang