🍁Chapter 1 : ❝ The Letter ❞

1.5K 157 15
                                    

(*****) = Reader Pov.

********

Aku berjalan menelusuri lorong sekolah menuju loker. Sebuah amplop berisi surat untuk kuberikan pada seseorang kupegang erat. Menarik nafas beberapa kali lalu hembuskan, berusaha menenangkan jantungku yang berpacu dengan cepat.

Aku sudah menyukainya semenjak SMP. Dia selalu sekelas denganku selama tiga tahun. Meski begitu, kami tidak dekat. Hanya bertegur sapa sebentar lalu saling mengabaikan. Karena masih ingin melihatnya, aku rela masuk ke sekolah yang sama dengannya. Dan sebuah keberuntungan, aku sekelas dengannya lagi.

Aku menghentikan langkah di depan sebuah loker. Menyelipkan suratku lewat celah-celah kecil dan mendorongnya dengan hati-hati masuk ke dalam. Aku tersenyum tipis dan bertepuk tangan sebentar. Rencanaku berhasil, suratku sudah ada di dalam loker Geto Suguru.

°.☆°.☆°.☆°.

(Name) melangkah menjauh menuju kelasnya. Karena terlalu sibuk memikirkan surat cinta yang akan diberikan pada Geto Suguru, dirinya lupa membawa tas sekolah. (Name) menepuk jidatnya sebanyak dua kali, merutuki betapa cerobohnya dia.

Pintu digeser dengan kasar hingga mengeluarkan suara yang cukup keras. (Name) hendak melangkah masuk tapi terhenti ketika matanya menangkap satu manusia berkacamata hitam tidur di dalam kelas.

"Eh?" (Name) bingung melihat kehadiran Gojo Satoru yang tidur nyenyak. Gojo tidak masuk pelajaran terakhir dengan alasan bosan hingga akhirnya bolos. (Name) pikir dia sudah pulang semenjak pelajaran terakhir dimulai.

"Mungkin dia kelelahan," (Name) bergumam kecil, berpikir positif. Melanjutkan langkahnya mengambil tas yang menggantung disisi meja dan segera keluar dari sana.

Setelah kepergian (Name), Gojo membuka matanya. Mengerjab beberapa kali lalu merengganggkan badannya.

"Satoru?"

Gojo menoleh. Mendapati Geto Suguru yang menatapnya dari pintu.

"Apa?"

"Ayo pulang,"

Gojo berdiri. Melangkah dengan malas keluar dari kelas diikuti Geto. Keduanya lalu berjalan berdampingan, menelusuri lorong sekolah.

"Aku tadi melihatnya," Gojo bersuara. Kedua lengan berada di belakang kepalanya.

"Siapa?"

"Dia."

Mengetahui siapa orang yang dimaksud Gojo. Geto mengangguk.

"Lalu apa yang terjadi?" Tanya Geto.

Gojo mendengus. Memasang wajah sedikit jengkel. "Dia hanya mengambil tasnya lalu keluar kelas," ucapnya dengan nada kesal kekanak-kanakan.

Geto tersenyum.
"Memangnya apa yang kau harapkan?"

"Elusan di kepala mungkin?"

"Kamu bukan siapa-siapanya, tau,"

"Belum ...," ucap Gojo mengoreksi perkataan Geto.

Keduanya sampai di depan loker. Berjalan kearah lemari penyimpanan sepatu mereka yang bersebelahan pintu kemudian membukanya.

"Waw."

Gojo menaikkan satu alisnya. Tangan besarnya mengambil sesuatu dari dalam lemarinya.

"Ada apa?" Geto bertanya.

"Aku dapat surat."

Geto mendekat. Ikut melihat kearah surat yang dipegang Gojo.

"Surat apa ini?" Gojo membolak-balikkan amplop itu.

"Surat cinta mungkin?"

"Mana ada surat cinta pake amplop hitam!" Gojo protes.

"Iya, iya. Mungki surat kematian," jawab Geto asal.

"Suguru, kamu ngajak ribut, ya?"

"Ada apa ini??"

Gojo dan Geto menoleh kebelakang. Mendapati Mahito menatap mereka dengan senyuman khasnya.

"Sejak kapan kamu disitu?" Tanya Geto.

"Baru saja. Jadi?" Mahito melihat surat yang dipegang Gojo.

"Itu ... surat kematian, ya?" Tanya Mahito.

"Kalian berdua sama saja!" Gojo kesal. Melangkah kearah tong sampah terdekat, hendak membuang surat itu.

"Tadi aku lihat (Name) berdiri di depan loker kalian,"

Ucapan dari Mahito membuat Gojo berhenti melangkah. Dia dengan cepat menoleh kearah mereka.

"Apa yang dia lakukan?" Tanya Gojo.

Mahito mengetuk dagunya dengan satu tangan.
"Dia hanya berdiri dan keliatannya memegang sesuatu ... entah apa yang dia pegang," -Mahito menatap Geto dan Gojo bergantian-," Lalu saat aku kembali melihat kearah (Name), dia sudah pergi," lanjutnya.

"Satoru ...," Geto menatap kearah Gojo.

"Yah ... mungkin saja," Gojo menatap surat yang ada di genggamannya. Melihat dengan teliti surat itu ... mungkin saja dia dapat nama pengirimnya.

"Hmm," Gojo bergumam. Tidak ada nama pengirim. Dia melipat keci surat itu lalu memasukkannya ke dalam saku celananya.

"Ayo pulang! Aku lapar, nih!"

_________

Gojo merebahkan tubuh besarnya di atas ranjang. Tangan kanannya memegang surat ber-amplop hitam. Menarik nafas sebentar, dia membuka surat yang membuatnya penasaran.

Membaca nama temannya tertulis di isi surat itu, Gojo memasang wajah aneh. Matanya bergulir ke kalimat selanjutnya. Hanya satu kalimat, tapi berhasil membuat humor Gojo meledak.

"HAHHAHAHAHAAHHA!!!" Tertawa keras, perutnya terasa tergelitik, hingga tanpa sadar berguling ke sisi ranjang dan jatuh.

"Aduh!" Mengelus punggungya, seharusnya jatuh dari ranjang bukan apa-apa bagi orang terkuat sepertinya. Gojo melanjutkan tawanya.

Dia mengusap air mata yang keluar akibat ngakak. Mata ocean miliknya bergulir kearah nama sang pengirim. Raut wajah Gojo berubah drastis, tidak ada tanda-tanda dirinya habis tertawa. Matanya menajam, rasa terbakar menjalar di dalam dadanya.

"Oh, jadi dia bisa terus terang seperti ini, ya?" Tanya Gojo entah pada siapa. Tanpa sadar, tangan yang menggenggam surat diremas keras hingga kertas yang awalnya rapi menjadi berantakan.

Gojo berdiri dari lantai. Berjalan kearah tempat sampah di kamarnya, mengulurkan tangan hendak membuang surat yang isinya berhasil memancing emosinya. Tangannya terhenti di udara, dirinya menimbang-nimbang. Apakah ada untungnya dia menyimpan surat ini? Sebelum benar-benar masuk ke tempat sampah.

Dia menarik tangannya kembali lalu memasukkan dengan perasaan tidak ikhlas surat itu ke dalam tas sekolahnya. Gojo berbalik pergi dari luar kamar.

"Cih!" Emosi masih menguasainya. Gojo menutup kasar pintu kamarnya, tidak peduli akan rusak atau tidak.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Untuk Geto Suguru.

_____________

Aku menyukaimu.
______________

Kurage (Name)

Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang