🍁Chapter 4 🍁

925 135 5
                                    

____ | Your Smile | ____

(Name) menghela nafas berat. Hatinya dipenuhi kegelisahan semenjak selesai makan siang tadi. Apa yang akan dilakukan Gojo pada dirinya nanti?

Menunggu kedatangan makhluk aneh itu di depan gerbang. (Name) memainkan ponsel, mengirim pesan pada sang Ayah kalau dia akan pulang sedikit telat.

"Sudah menunggu lama??"

(Name) menoleh. Mendapati wajah Gojo dari balik gerbang yang berjarak beberapa senti saja dengan wajahnya. (Name) mengambil satu langkah mundur, menjaga jarak.

"Um, jadi ... kenapa menyuruhku menunggu?" (Name) bertanya, menatap wajah Gojo karena matanya tertutupi kacamata.

Senyuman dilebarkan.
"Kamu ikut kerumahku, ya?? Aku lagi butuh teman, nih," Gojo berucap penuh harap.

(Name) mengerjab polos. Memiringkan kepala sedikit.
"Bukankah kamu punya banyak teman? Kenapa tidak ajak mereka?" Tanya (Name).

Gojo memajukan bibir.
"Aku sudah bosan melihat wajah mereka, tau," -melipat kedua tangan didada, Gojo melanjutkan-, "dan juga, mereka itu tidak punya adab kalo diajak. Menguras uangku sampai habis."

"Bukannya kamu kaya, ya?"

Gojo menjentikkan jari.
"Meski begitu! Aku tetap harus berhemat!!"

Berjalan melewati (Name), setelah jaraknya sedikit jauh, Gojo berhenti berjalan.

"Kamu ikut, ya??? Aku lagi malas masak dan aku kelaparan. Masakin makanan, ya? Ya? Ya?"

(Name) menghela nafas. Dia ingin pulang dan kabur dari Gojo sekarang.

"Ayolah~ (Name)? (Nameee)?? Kau dengar aku?" Gojo berjalan mendekat. Memajukan wajahnya ke depan wajah (Name).

"Ne, ayo kerumahku! Hora~? Hora~ hora~, (Nameee) ayooo! Hora~ hora~," memasang tampang aneh. Gojo mengibaskan tangan besarnya di depan (Name).

"Tidak mau,"

"Eeeh," menegakkan tubuh. Tangan merogoh saku, mengambil surat itu.

"Yasudah, suratmu ku umumkan pake mikrofon kepala sekolah, ya?" Gojo berjalan melewati (Name) lagi, hendak masuk ke area sekolah.

"Eh? Baiklah!!" (Name) memegang lengan Gojo. Menghentikan langkah pria itu.

"Ayoo!!" Gojo menarik tangan (Name). Menggenggamnya. Lalu berjalan pulang kerumah.

.

.

Perjalan mereka diisi keheningan. (Name) pasrah ditarik Gojo. Ini masih lebih baik daripada dia malu melihat orang-orang disekolah--terutama Geto-- jika Gojo mengumukan surat pribadinya. Manusia satu ini selalu seenaknya.

"Kamu bisa buat kue, nggak?" Gojo bertanya tanpa menatap (Name) yang jalan di belakangnya.

"Bisa,"

"Wah~," genggaman pada tangan (Name) mengerat.

"Nama keluargamu ... Kurage 'kan?" Tanya Gojo.

"Iya."

"Yosh!," - mengangkat satu tangan ke atas, Gojo tersenyum senang-, "mulai sekarang, aku akan memanggilmu, ubur-ubur!!"

"Eeh? Kenapa?"

"Arti nama Kurage itu ubur-ubur 'kan?" Gojo berhenti berjalan. Membalikkan sedikit badannya, melirik (Name) dari balik kacamata hitam. Satu tangannya-- yang tidak menggenggam--terkepal menaikkan jari telunjuk.

"Itu panggilan dariku untukmu mulai sekarang. Yoroshiku, ne, ubur-ubur~~,"

Mata indahnya tanpa sengaja melihat gantungan tas milik (Name). Gantungan berbentuk ubur-ubur dan kucing yang lucu.

"Kamu bahkan suka makluk air itu," Gojo mengulurkan tangan menyentuh gantungan tas (Name).

"Um, watashi wa suki dayo,"

Gojo dengan cepat melihat (Name). Gadis itu tersenyum tipis. Menatap gantungan ubur-uburnya.

"Ha?! Apanya?!" Suaranya tanpa sadar sedikit membentak. Pipi bersemu merah.

"Hm? Gantungan ubur-ubur ini. Aku sangat menyukainya," berkata dengan nada polos. (Name) memiringkan kepalanya.

"Ooooohh," Gojo melepas gantungan itu dari tas (Name) dengan mudah. (Name) menatapnya tidak percaya.

"Kenapa dilepas?! Berikan padaku!!" Tangan terulur keatas ingin mengambil gantungannya dari tangan Gojo.

"Tidak boleh. Kamu pasti punya banyak 'kan dirumah? Berikan ini padaku," berkata dengan santai. Gojo memasukkan gantungan itu ke dalam sakunya.

"Ayo," kembali menarik tangan (Name) yang sedari tadi belum dilepas. Melanjutkan langkah.

Orang-orang yang ramai berlalu-lalang melihat interaksi mereka. Ada yang berbisik dan hanya melirik. Gojo dengan bibir yang selalu membentuk senyum berjalan dengan percaya diri. Tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya.

Berbeda dengan (Name) yang menunduk malu. Dia baru sadar jika tempat ini banyak orang. Atensi-nya tadi sepenuhnya ada pada Gojo, hingga melupakan keadaan sekitar.

"Waah!!"

(Name) merasa tertarik keras. Dia ikut berlari saat Gojo menariknya ke salah satu toko yang menjual makanan manis.

Tidak berhenti disitu. Gojo terus menariknya kesana kemari saat pandangan matanya menangkap sesuatu yang menarik. (Name) hanya pasrah. Apalagi sekarang dia tengah membawa belanjaan Gojo yang semuanya makanan manis.

Genggaman di tangan dilepas. (Name) tidak bisa membawa kantong belanjaan ini dengan satu tangan. Gojo menoleh ke belakang saat merasakan tangannya dingin. Melihat kearah (Name) yang sedikit kesusahan membawa barang-barangnya.

Gojo hanya memperhatikan. Rasa kecewa terbesit di hati karena genggamannya dilepas. Dia tidak membantu (Name), lagipula sekarang (Name) adalah babu-nya.

Kembali melangkah, jaraknya dengan (Name) sedikit jauh karena gadis itu jalan dengan lambat.

"Jalan yang cepat, dong," Gojo berujar. Tanpa melihat kebelakang. Kedua tangan ada di saku. Tidak ada senyum diwajahnya. Mungkin karena rasa kecewa di hatinya.

Lagipula dia yang membuat (Name) melepaskan genggamannya.

Tidak mendapat respon dari (Name), Gojo mengerutkan kening. Membalikkan badannya kearah belakang, dia terkejut melihat (Name) yang di goda tiga pria.

Tangan terkepal dari dalam saku. Rasa terbakar membuat emosinya terpancing. Langkahnya diperlebar hampir berlari, Gojo membelah jarak dua lelaki yang menghalanginya melihat (Name).

"Kalian sedang apa, ya?" Senyum kembali terpasang. Bertanya dengan nada jenaka.

Melihat (Name) yang sedikit gemetar. Gojo menghilangkan senyumnya, menatap tiga lelaki dari balik kacamata hitamnya.

"Apa yang kalian lakukan padanya?" Bertanya dengan nada suara rendah. Tangan Gojo di dalam saku semakin terkepal erat.

Ketiga lelaki itu merinding. Saling menatap satu sama lain lalu beranjak pergi. Setelah kepergian mereka, Gojo mendekati (Name). Tangan terangkat naik, mengelus surai hitam (Name).

"Mereka sudah pergi," ucap Gojo.

"G-gojo-san ...,"

Mendengar namanya disebut dengan gemetar. Gojo membungkukkan badan.
"Ada apa?"

(Name) menatap Gojo dengan pupil bergetar. Dia menggigit bibir bawahnya.
"Barang belanjaanmu ... berat," ucapnya.

Gojo menegakkan tubuh. Satu jarinya terangkat.
"Kamu harus membawanya sampai kerumahku!" Membalikkan badannya, melanjutkan langkah. Seolah tidak ada yang terjadi barusan.

(Name) menghela nafas. Tangannya terasa mau patah. Kata Gojo harus berhemat, tapi belanja sampai tujuh kantong berisi makanan manis termasuk berhemat? (Name) bingung dengan pikiran Gojo.

(Name) berlari mengejar Gojo dan menyamai jalannya.

"Dasar ubur-ubur! Makanya kalau jalan jangan melamun!"

"Aku tidak melamun, tau!"

______

Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang