🍁 Chapter 2 : ❝ Maid ❞

1K 144 21
                                    

____________

"Jadi? Surat itu dari siapa?"

Gojo dan Geto duduk melantai dengan meja sebagai pembatas diantara mereka. Mochi dan segelas teh tersedia di atas meja bundar. Berkumpul dan mengobrol seperti ini menjadi kebiasaan bagi mereka berdua. Tempatnya di dalam kamar Gojo yang luas.

"Dari (Name)," jawab Gojo malas.

"Isi suratnya apa?"

"Ambil aja di dalam tasku. Suratnya ada disitu," Gojo menjawab tanpa niat.

Geto berdiri lalu mengambil tas Gojo yang berada di atas meja dengan kaki tinggi. Membuka tasnya, lalu merogoh isinya. Saat surat yang sudah kusut di dapatnya, Geto menatap Satoru dengan alis terangkat naik.

"Kau menghancurkan suratnya?"

"Aku sedang kesal tau!"

Geto menggeleng. Membaca isi surat yang untungnya masih bisa dilihat matanya. Beberapa detik dia terdiam setelah membaca isi surat, lalu tertawa.

"Jadi ini alasan mood mu buruk, Satoru?" Tanya Geto. Gojo tidak menjawab, dia sibuk menikmati makanan manisnya.

Geto melangkah kearah meja. Duduk di tempatnya semula dan meminum teh-nya.
"Lalu ... kenapa kamu tidak membuang suratnya?" Tanya Geto.

"Aku punya sebuah ide yang sangaaaaaaat baguuuus," jawab Gojo.

"Jangan-jangan kamu mau menjahilinya, ya?"

"Hehe~,"

"Moodmu langsung naik kalau begini. Jangan terlalu berlebihan, loh," ucap Geto memperingati.

"Kenapa? Kamu peduli padanya?!" Tanya Gojo dengan alis menukik. Matanya menatap tajam Geto.

"Tidak. Tapi jika kamu berbuat, aku juga yang kena,"

"Apa maksud?!"

"Oh ya," Geto menghentikan aksi protes yang akan dilayangkan Gojo.

"Apa?"

"Untuk mulusnya rencanamu. Aku akan berpura-pura tidak membaca surat darinya," ucap Geto. Gojo menggaruk kepalanya.

"Baiklah,"

_______________

(Name) gugup untuk kesekolah. Dia berkali-kali berhenti melangkah untuk mengatur detak jantungnya juga wajahnya yang memerah. Memikirkan segala kemungkinan saat surat cinta-nya kemarin telah sampai di tangan Geto. Bagaimana reaksinya? Apa dia akan menerima perasaannya?

Tak terasa, dirinya sudah sampai di depan gerbang sekolah. Lagi-lagi dia berhenti, mempersiapkan dirinya untuk bertemu Geto di area sekolah.

"Ohayo!! (Nameee)!!!!"

(Name) kaget, refleks ia mundur kebelakang. Wajah Gojo tiba-tiba muncul dari balik gerbang sekolah dan menyapanya. Memberikannya senyuman secerah mentari pagi, membuat (Name) sedikit iri padanya. Gadis dengan wajah pokerface sepertinya jarang tersenyum, tapi tidak menunjukkan wajah dingin dan suram.

"O-ohayo ...," (Name) mengerjab beberapa kali. Bingung dengan situasi. Ini kali pertamanya dia berinteraksi dengan Gojo. Pertama kalinya juga Gojo menyapanya.

Gojo masih tersenyum lebar. Sangat jelas kalau mood-nya lagi naik. Dia berjalan mendekat ke arah (Name), lalu membungkukkan badannya untuk menyamai wajahnya dengan (Name). Wajahnya perlahan mendekat, membuat (Name) dapat merasakan hembusan nafasnya.

"Baiklah!! Mulai saat ini, kamu jadi babuku!! Yeay!!!" Gojo berteriak, menegakkan kembali badannya lalu mengangkat kedua tangannya keatas.

(Name) memasang wajah bingung. Babu? Kenapa dia jadi babu-nya Gojo Satoru?

Saat hendak melayangkan pertanyaan. Gojo sudah menghilang dari pandangan. (Name) dengan cepat berlari masuk ke dalam area sekolah. Dan mendapati Gojo berlari masuk ke dalam gedung kelas dua.

"Apa ... maksudnya itu ...?" Ucap (Name) bingung. Sangat bingung.

(Name) menggelengkan kepalanya. Melanjutkan langkah masuk ke dalam gedung kelas dua. Dia akan menanyakan ini pada Gojo saat sampai di kelas nanti.

(Name) menggeser pintu kelas. Mengedarkan pandangan berharap mendapati surai putih satu-satunya di kelas ini. Tidak ada. Dia tidak melihat Gojo di dalam kelas. (Name) menghela nafas, berjalan masuk ke dalam kelas.

"(Namee)," suara perempuan dari arah samping membuatnya menoleh. Mendapati teman kelasnya, Ieri Shoko, menuju arahnya.

"Ada apa?" Tanya (Name).

"Bagaimana kemarin?" Tanya Shoko penasaran. Dia satu-satunya orang yang tahu perasaan (Name) pada Geto.

(Name) seketika teringat. Wajahnya kembali memerah. Karena sapaan Gojo padanya tadi membuatnya lupa akan kejadian kemarin.

"Berjalan lancar, kok ... kuharap," jawab (Name) dengan suara mengecil di kalimat terakhir.

Shoko tersenyum.
"Semangat!!"

Suara pintu digeser mengalihkan pandangan (Name) kearah pintu. Mendapati Geto dan Mahito masuk ke dalam kelas. Wajah (Name) semakin memerah.

"Ohayo, (Name), Shoko," Geto menyapa. Dibalas sapaan juga oleh kedua gadis itu. Jantung (Name) berdetak tambah kencang.

Geto berjalan melewati (Name), tanpa mengatakan apapun diikuti Mahito. (Name) jadi bingung, apa dia belum membaca suratnya? Shoko pun sama bingungnya. Dia melihat kearah (Name) yang terlihat sedikit kecewa.

"Mungkin dia belum membaca suratnya. Jangan terlalu dipikirin, ya?" Ucap Shoko. (Name) mengangguk.

"Oh iya, Gojo-san dimana?" Tanya (Name) duduk di kursinya. Shoko duduk di samping (Name).

"Hm? Tumben cari Gojo? Kenapa?" Tanya Shoko bertopang dagu.

"Tadi saat di depan gerbang. Aku bertemu dengannya dan dia menyapaku lalu mengatakan sesuatu yang membuatku bingung. Makanya aku mencarinya," jelas (Name).

"Dia bilang apa memangnya?"

"Dia bilang, 'mulai saat ini kamu jadi babuku,' aku tidak tahu apa maksudnya."

"Dasar Gojo aneh. Anak itu emang nggak jelas, sih. Tidak usah dipikirin, palingan dia cuma bercanda 'kan?"

"Um, mungkin ...."

Shoko menatap (Name) dari samping. (Name) tipe yang banyak pikir dan orang yang pendiam. Tidak memulai interaksi dengan orang lain, pasti orang lain yang duluan mengobrol dengannya. Dia juga orangnya tertutup, sebelumnya, tidak ada teman sekelasnya yang tahu rumah (Name). Tapi, saat Shoko perlahan dekat dengan (Name), dia jadi tahu rumahnya dimana juga tentang (Name), meski harus sedikit memaksa.

"Kamu nggak perlu memikirkannya terlalu dalam, lho. Nanti rambutmu juga ikut ubanan kayak dia. Dan kamu juga tahu 'kan gimana sifatnya Gojo?" Tanya Shoko setelah menyadari (Name) memikirkan perkataan Gojo.

"Eh? Baiklah," (Name) tersenyum tipis.

Shoko melebarkan senyum.
"Kamu tahu nggak? Kamu kalo senyum itu cantik, lho. Banyak-banyakin senyum mulai dari sekarang dong!!"

"Akan kucoba,"

__________

Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang