2. Dia

154 7 14
                                    

Dia....
Pria dingin...
Minim ekspresi....
Berwajah datar seperti dinding...
Walau wajahnya seperti dewa Yunani
Aku tak ingin munafik
Namun itu kenyataannya

Happy read all
---&---

"Kau?!"

pemuda itu mendengus melihat tatapan Rena yang seperti orang idiot, hingga Rena tersentak. sadar akan kelakuannya yang terlihat bodoh didepan primadona sekolahnya.

"Watanabe Eiji?!"

"Hn..." Menatap Rena dengan tatapan datarnya sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku hoodienya.

"Jadi kau yang semalam?!" Pemuda yang bernama Eiji hanya diam tak bergeming menatap Rena dengan tatapan datarnya, Rena mendengus kasar.

Sudah ia duga pria itu tak menjawabnya, secara pria bermarga Watanabe ini memang sangat irit bicara. Cukup heran mengapa gadis-gadis disekolah sangat menyukainya? Padahal pria itu sangat dingin dan irit bicara. Apa mereka sudah tidak waras?

"Hey! Aku sedang berbicara denganmu, Watanabe!" Geram Rena

Ia lihat pria itu tetap pada tatapan datarnya, membuat rasa kesalnya berada di ubun-ubun.

Mendecih kesal, "Dasar Penguin Antartika!" Ejeknya

Eiji hanya menggendikkan bahu dengan tatapan datarnya, walau dalam hati ia kesal karena disebut penguin Antartika.

"Sudahlah, aku mau pulang. Dan terimakasih karena sudah menolongku, Watanabe." Acuhnya berlalu meninggalkan Eiji.

Eiji memutar tubuhnya dan menghilang dalam sekejap, meninggalkan TKP.

"Tadaima!" Teriak Rena

"Okaerinasai, Ara.... Tumben sekali kau pulang lebih terlambat." Sapa sang ibu

Dilihatnya jam yang sudah menunjukkan pukul 6 sore lebih 20 menit, "ayolah Bu, aku hanya terlambat 20 menit. Memangnya ada apa?"

Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya, "cuci tanganmu dan mandi, kalau sudah turun bantu Kaa-san. Sebentar lagi Tou-san dan Nii-san mu akan pulang."

"Baik Bu."

"Dan satu lagi, pakai bahasa Jepang." Rena mendengus pertanda tak terima dengan persyaratan terakhir dari ibunya.
Segera ia pergi keatas tuk melakukan apa yang sang ibunda minta padanya.

"Tadaima!!" Teriak suara baritone yang sangat dikenali Rena setelah 15 menit dirinya datang. Sayangnya ia sedang berada di kamar mandi, jadi tak mungkin menyapanya.

"Okaerinasai Anata, Ryusuke."

"Kaa-san, apa makan malam sudah siap?"

"Sudah sayang, cuci tanganmu dan bersihkan badanmu. Kalau sudah ajak adikmu untuk turun, dia kalau sudah dikamar mandi pasti akan lama." Gerutu sang ibu

"AKU TIDAK SELAMA ITU, BU!!" Teriak Rena dari kamar mandi mengundang tawa cekikikan ketiganya.

"Sudahlah Ayu, jangan meledek putrimu." Kekeh sang kepala keluarga

"Aku hanya membicarakan faktanya, Makoto-kun." Adu Ayu sembari mengerucutkan bibirnya

"Baiklah Kaa-san, aku kekamar dulu." Pamit Ryusuke melenggang menuju kamarnya

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang