33. Beberapa Hari Sebelumnya

64 2 16
                                    

Kepastian.....
Satu kata.....
9 huruf....
Memiliki makna paling dalam.....
Yang mampu menggetarkan hati semua manusia....
Hal yang mudah untuk diucapkan....
Tapi sulit untuk dilakukan....
Sepele memang....
Tapi dampaknya begitu besar....
Manusia pastinya butuh kepastian.....
Entah kepastian waktu....
Hukum....
Bahkan cinta pun membutuhkan kepastian......










Happy


Read


All







——Satu——

"Nii-chan, kau membuat anggota klan bingung akan sikapmu."

Berita tentang bangunnya Ryota gempar diseluruh penjuru sekolah, tak terkecuali Ryusuke. Pria itu bahkan membuat pesta kecil-kecilan untuk klan nya yang membuat anggota klan kebingungan. Namun memilih untuk diam dan mensyukurinya, walau dalam benak mereka terus bertanya-tanya.

Ryusuke yang tersenyum kini menatap Rena fokus, perhatian nya tertuju pada adiknya. Tangannya terulur pada jidat Rena lalu menyentilnya, sambil tersenyum jahil. "Apa kau sedang mengatai kakakmu ini gila, hm?"

Memutar bola matanya jengah, "Memang itu yang kulihat." Dengus Rena.

"Dasar!"

Raut wajah Rena kembali seperti semula, kali ini menatap Ryusuke tajam yang membuat sang empu kebingungan. "Apa anggota klan sudah tahu kalau kau menaikkan gaji karena Ryota?" Maafkan dirinya yang selalu to the point.

"Tidak."

"Ya Tuhan...." Menepuk jidatnya, "dengar ya kak, jangan panggil aku kalau sampai kau berdebat dengan anggota klan mu sendiri." Peringatnya sebelum berlalu meninggalkan rumah menuju sekolah.

Sementara Ryusuke hanya bisa tertawa, tentu saja ia akan memberitahu anggota klan nya. Tapi tidak sekarang, karena ia yakin anggota klan nya itu akan memilih kontra begitu ia memberitahukan nya sekarang.

Keadaan nya yang sudah pulih dan juga sudah diizinkan pulang oleh sang dokter membuat Rena sempat berdebat dengan sang kakak perihal sekolah, Rena yang bersikeras sekolah sementara Ryusuke melarang adik kecilnya ini.

Dua-duanya sama-sama keras kepala dan tak ingin mengalah, hingga menimbulkan perdebatan setiap detiknya, para maid hanya bisa menggelengkan kepala sambil fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Tak ayal senyum pun terbit di bibir para maid mendengar keributan dari Nakamura bersaudara tersebut.

Ryusuke memilih mengalah, membiarkan Rena pergi ke sekolah. Dengan syarat Eiji akan mengawasi Rena, tentu hanya Ryusuke dan Eiji yang tahu tentang syarat ini.

Bicara soal Ryota, pria itu masih berada dirumah sakit ditemani oleh Shinji, Mamoru, Renji, dan Hiro. Di ruangan yang sama menunggu Akashi sadar.

Ke empatnya yang tengah bermain kartu di ruang tengah dikejutkan dengan kedatangan Ryusuke, semua atensi spontan teralih pada ketua klan tersebut yang didapati senyuman lebar.

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang