Sisi Lain

56 2 0
                                    

"is this a bitch you said it, Jandra?"

"Ya, dia yang mencoba membunuhmu dan kedua anakmu saat persalinan tadi, Rena." Ucap Najandra.

Rena menyeringai menatap sosok perempuan yang kini sedang terikat melayang, menatapnya dengan bengis. Sementara Eiji dengan wajah datarnya diam dibelakang Rena, entah apa yang dilakukan wanitanya itu Eiji tak akan menghentikan nya.

"Jadi.... Apa yang akan kita lakukan dengan jalang ini, hm?" Monolognya sembari memutari si tawanan yang masih dalam keadaan pingsan, senyum liciknya masih terukir disana. Entah apa niat Rena, Eiji tak mau tahu dan prioritas nya adalah Rena.

Karena wanita itu baru saja keluar dari rumah sakit dengan luka pembukaan yang masih belum tertutup sempurna, Eiji hanya khawatir kalau sesuatu terjadi pada Rena meski matanya sendiri melihat kedua kaki itu sudah seimbang. Dokter menyarankan nya untuk tetap mengawasi Rena karena jahitan itu masih bisa berpotensi terbuka.

"Bangunkan dia."

Najandra langsung menatap salah satu bawahan nya untuk melakukan apa yang diperintah Rena, pria berbadan besar itu langsung saja menarik tuas kebawah dan turunlah air dari atap yang menyirami tawanan. Rena tersenyum licik, air itu adalah air dingin ditambah dengan es batu dan dimasukkan kedalam atap langit yang memang sudah dimodifikasi agar Rena bisa menggunakannya untuk hukuman.

"D-Dimana gue? Kenapa gak bisa liat? Shit! Mana tangan keiket pula!" Tawanan itu mencoba untuk melepaskan diri, namun tak bisa.

"Hello Angel."

Angel menghentikan gerakannya, telinga nya tahu suara siapa yang berbicara barusan. "Sialan! Rena kan lo?! Mau apa Lo hah?!"

"Ssshh, santai aja, aku juga masih santai gini kok." Nadanya terdengar santai, tapi berhasil membuat Angel merinding.

Rena tersenyum, langkahnya kembali berputar mengitari angel. Mengamati setiap lekuk tubuh gadis itu yang mulai terlihat akibat air dingin barusan, sekejap sebuah ide mampir di kepalanya. Senyum nya mengembang menatap bengis Angel, ia yakin ide ini akan membuatnya puas menghukum wanita tawanan nya ini.

"Panggil semua anak buah terbaikmu, Eiji."

Eiji mengerut bingung, namun ia tetap menurut memanggil anak buahnya. Hingga datanglah ke enam pria seumurannya dengan seragam yang sama, membungkuk pada Rena. "Ada apa Nyonya memanggil kami?"

Senyum smirknya masih terukir di bibir tipis Rena, Eiji sendiri sudah mulai paham jalan pikir Rena untuk menghukum Angel. Matanya melirik Najandra memberi kode pada Najandra dan menyeret paksa pria itu keluar dari ruangan hukuman, ke depan kaca dimana ia bisa melihat tawanan nya.

"Lo kenapa sih?! Dari tadi gue diseret mulu anjir." Kesal Najandra, pasalnya ini sudah kedua kalinya Eiji menyeretnya dengan tidak elit.

"Diam dan lihat ke kaca."

Najandra mengerut bingung, ia menoleh pada kaca dimana ada ruangan yang diisi oleh angel, Rena serta 6 anak buah terbaik milik Eiji. Sebenarnya ada apa? Kenapa Eiji menariknya keluar dari ruangan itu?

Selang beberapa saat melihat Rena keluar dari ruangan itu, Najandra dikejutkan dengan tindakan salah satu anak buah Eiji yang merobek baju milik angel juga melepaskan dalaman gadis itu. Matanya membulat lebar melihat tindakan tersebut dan hendak memberhentikannya, namun Eiji lebih dulu menahan lengannya dan menggeleng tegas. Yang membuatnya geram, "Dia perempuan ji!"

"Tak ada yang namanya perempuan ataupun lelaki di dunia mafia ini, kalau mereka melakukan kejahatan maka hukumannya harus setimpal." Jelas Eiji dengan nada dingin, baru kali ini Najandra mendengar nya dan itu membuat merinding untuk sesaat.

Najandra selalu diajarkan oleh ibunya sedari dulu, bahwa sejahat-jahatnya tindakan perempuan, Mereka adalah wanita yang harus dihormati dan dijaga. Tapi ini pertama kalinya Najandra melihat bagaimana kedudukan tersebut tak berlaku di dunia Mafia ini, ia masih harus banyak belajar lagi.

"Ada beberapa perempuan dengan alasan tertentu yang masih bisa diterima beberapa pihak, tapi jika alasan seperti Angel, aku yakin mafia lain sepertiku juga tak akan menerima alasan itu dan akan menghukumnya dengan setimpal. Tak peduli itu akan menyakiti psikis nya." Jelas Eiji lagi, ia tak ingin meracuni pikiran Najandra yang menurutnya terlihat polos yang terjun ke dalam dunia Mafia ini.

Dengan memberikan beberapa hal khusus yang tak ada di dunia permukaan, Najandra pasti bisa belajar banyak dari hal ini. Mungkin bisa juga menjadi Mafia yang spesial dibanding dirinya, yang terkenal kejam.

Sementara Rena tersenyum licik, rasa puas karena telah menghukum Angel membuatnya lega dan kini merindukan dua bayinya dirumah. Tapi ia juga ingat kalau ayah angel tak akan diam dengan hal ini, mengingat tua Bangka itu juga seorang mafia saingan Eiji. Lengah tentu saja bukan pilihan yang bagus.

"Ei, aku langsung pulang ya. Kasihan Garuda sama Galang pasti rewel, aku ga mau repotin Alaric, Ayaka-nee, sama Ryusuke-nii." Pamit Rena yang diangguki Eiji, meninggalkan angel yang kini tengah menjalani hukumannya.

——&——

Rena disuguhkan dengan dua pria di ruang tamu yang sedang menggendong putranya, ketika ia membuka pintu tadi. Ryusuke dan Alaric begitu gembira dengan kedatangan dua anggota baru dan kembar, terlihat dari wajah mereka yang begitu cerah serta cara mereka menenangkan Garuda dan Galang yang baru berumur beberapa hari saja.

Setidaknya Rena lega sekarang, kedua anaknya begitu nurut pada kedua pamannya ini.

"Aku pulang!"

Ryusuke dan Alaric sontak mengalihkan atensi mereka, tersenyum kecil. "Okaeri!!!"

Alaric baru tiba beberapa jam setelah mendengar kabar dari Ryusuke bahwa Rena sudah melahirkan, rasa senang tentu menjadi alasan mengapa ia jauh-jauh datang dari Amerika demi melihat wajah sang ponakan. Apalagi mendengar bahwa Rena memiliki anak kembar, membuat rasa senangnya membuncah begitu saja dan berakhir di mansion Watanabe sekaligus menjaga ponakan karena Rena sedang ada urusan tadi. Entah urusan apa, Alaric akan mempertanyakan nya nanti.

"Eiji tak ikut bersamamu?" Tanya Ayaka, yang baru saja kembali dari pantry dengan nampan berisi dua gelas.

Rena menggeleng, ia mengambil salah satu bayinya yang dipegang oleh Ryusuke. "Dia masih ada kerjaan, nee-san." Sambil menimang anaknya, Garuda.

"Omong-omong, Galang kayaknya tenang banget sama kamu, ric." Ujar Rena, melihat Galang begitu tenang digendongan Alaric membuatnya bertanya-tanya.

"Entahlah, mungkin Galang menyukai paman nya." Ujar Alaric asal tanpa menatap Rena, wajah bayi Galang menjadi hal yang membuatnya gemas dan betah menatap nya. Bahkan ketika wajah itu berubah, ia menahan diri untuk tidak mencium pipi Galang karena begitu gemas.

Sementara Garuda sendiri sebenarnya nyaman sama Ryusuke, tapi seolah bisa merasakan keberadaan sang ibu, bayi itu terbangun dari tidurnya yang belum ada beberapa menit dan Rena langsung mengambil alih.

"Tadaima!"

"Assalamualaikum!"

Eiji langsung berlari ke Rena, memeluk istrinya seraya memberikan kecupan ke pipi Rena. Tak lupa juga memandang putra nya yang sedang berada dalam gendongan Rena, kegiatan baru nya ini akan terus ia lakukan mulai sekarang. "Anak Daddy kenapa mirip mommy hm?" Sembari menyentuh pipi mungil Garuda.

"Wa'alaikumsalam bang, lu dicari pak Cahyo katanya lu belum ngumpulin tugas."

Mata Najandra membulat seketika, menepuk dahinya. "Anjrit! Gue lupa tugas buku piutang belum dikumpulin!" Dengan panik langsung mengambil tas nya dan segera menyalakan mesin motor, "Gue ke kampus dulu!"

Semua yang ada disana kontan tertawa kencang melihat tingkah Najandra.

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang