16. Bunkasai

67 2 40
                                    

Ciumannya...
Perhatiannya...
Sikapnya....
Sentuhannya...
Selalu berhasil membuatku luluh
Selalu berhasil membuatku goyah
Kenapa?
Disaat aku sudah mulai memantapkan keputusan....
Kau datang menghancurkannya...

Happy

Read

All

--SATU--

"Watanabe Akashi?!"

Pria tersebut mengukir senyum tipisnya, pria yang memiliki paras yang sama seperti Eiji. Hanya rambutnya yang membedakan, Rena langsung memasang waspada.
Ia masih ingat betul betapa menyeramkan pria yang ada dihadapannya ini, namun ia harus melindungi diri untuk sekarang.

"Tenanglah, aku bukan musuh sekarang." Celetuknya seolah paham apa yang dipikirkan Rena.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kau saja saat itu sudah sangat brutal." Geram Rena dengan bahasa Jepang, walau dalam hati ia mengumpat karena masuk ke kandang buaya.

"Tenanglah na, Kak Akashi sama aku."

Melirik Ryota, melihat kejujuran pada mata itu ia menurunkan kewaspadaannya. "Kenapa kau bisa disini?"

"Aku yang memintanya." Bukan Akashi, Ryota yang menjawabnya.

"Kau?"

Mengangguk pelan, "Dia ingin berbicara padamu sebentar, na."

Akashi mengangguk membenarkan, "Apa Eiji selama ini bertindak gila pada Rena-chan?"

Rena sontak mengigit bibir bawahnya, ingatannya berputar pada tindakan gila yang selama ini dilakukan Eiji padanya.

Sungguh ambigu hingga membuat pipinya merona merah dan kelu untuk mengatakannya, Akashi mengerti maksud dari respon Rena langsung berojigi "Maafkan aku atas tindakan nya yang senonoh, aku tahu kau pasti merasa seperti di lecehkan." Ucapnya membuat Rena tersentak dari lamunannya.

"A-akashi?"

"Maafkan aku mewakilinya, aku memang kakak yang tidak berguna."

Rena langsung memberdirikan Akashi, hatinya entah kenapa mencelos. Akashi tidak seperti yang ia lihat sebelumnya, begitu hangat dan lembut. "Bangunlah Akashi, aku baik-baik saja."

Menghembuskan nafasnya perlahan, "Kuakui aku memang merasa dilecehkan, dan aku memang tak bisa membenarkan perbuatan Eiji....."

Menjeda beberapa saat, lalu kembali melanjutkan ucapannya. ".....Tapi aku tahu Eiji melakukannya karena terpaksa, itu juga karena dia sudah tahu kalau aku memang keras kepala."

Ryota terkejut dengan pernyataan Rena tentang Eiji, "Kau bela dia?"

Rena menggeleng lemah, "Aku bukan membelanya, tapi aku yakin ia terpaksa melakukannya."

Akashi justru tersenyum melihat ekspresi Rena, ia mengerti apa arti tatapan Rena tanpa gadis itu sadari. Sebuah suka dan cinta, Psikolog manapun pasti akan sepemikiran dengan nya.

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang