pergi

80 2 0
                                    

Tolong katakan padaku jika semua ini adalah kebohongan?

Tolong.... Katakan padaku jika semua ini hanyalah sebuah iseng semata darinya? Itu salah satu sifatnya.

Tolong... Katakan padaku jika ini hanya bercandaan dia.

Kumohon, rasanya hatiku seperti tertusuk ribuan jarum saat membaca surat ini di setiap hurufnya. Setiap kalimat yang ada di kertas itu seolah menghantam kepala ku, hingga rasa pusing itu datang.

Tapi dari surat ini, tulisannya saja aku sudah bisa mengenalnya begitu pasti.

Ini tulisan Ryota....

Rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin, kenapa orang yang paling ku sayangi harus pergi begitu cepat?

Kenapa?

Tuhan selalu bertindak adil, tapi kenapa aku merasa tidak adil?

Kemarin Amira, sekarang Ryota?

Rasional ku rasanya menghilang begitu saja, aku tanpa sadar berteriak kencang dan bahkan menutup telingaku sembari menangis. Menggelengkan kepalaku sekuatnya, seolah menentang untuk percaya pada diriku sendiri tentang surat itu beserta isinya.

"RYOTA!!!"

Rasanya aku sudah tak bisa mengendalikan diri, pun menekankan diriku sendiri agar tetap tenang. Karena saat ini aku sudah hampir menggila dibuatnya, hampir membuat ranjang itu berantakan dibuatnya. Jika bukan karena pelukan erat dan keras yang berusaha menahan gerakan tubuhku yang menggila, Eiji begitu erat sembari menangis. Walau aku sendiri tak mendengarnya begitu jelas, karna rasionalitasku menghilang, aku tak bisa mendengar apapun yang ada disekitarku dengan jelas.

Rasanya nyawaku dicabut secara perlahan, aku hanya bisa menangis kencang di pelukan Eiji. Meremas kaus pasien nya begitu kuat, melampiaskan rasa sakit yang kurasakan.

Lagi-lagi, duka itu kembali dirasakan oleh kami. Setelah dua bulan lamanya berusaha untuk melupakan duka yang sama yang terjadi sebelumnya.

Aku hanya bisa menangis, berteriak begitu kencang tuk mewakili rasa sakit yang kurasakan.

--Eiji POV--

Kami bersalah....

Kami terluka....

Dan kami dilukai oleh luka yang sama dengan orang yang sama, tidak seperti dulu.

Dimana aku dilukai oleh kakakku sendiri, dan ditinggalkan oleh kedua orangtua ku untuk selamanya, sama seperti Rena. Hanya saja gadis itu masih memiliki sang kakak disampingnya.

Dan kali ini, luka yang sama kembali dirasakan. Dengan Ryota lah pelakunya.

Si brengsek itu mulai bertindak keren....

Dan sialnya aku merasa begitu bersalah.

Bukankah seharusnya aku lah yang tiada?

Dan Ryota, definisi cintamu benar-benar jauh diatasku. Kau lebih pantas mendapatkan Rena daripada aku yang hanya seorang pecundang, Tapi kenapa? Bukankah lebih baik aku pergi?

Kenapa....

"Sialan dia!" Aku hanya bisa mengepalkan tanganku, rasanya ingin meninju sesuatu. Tapi aku tersentak merasakan gerakan yang begitu cepat, Rena mulai mengamuk. Dan satu-satu nya yang harus bertindak waras adalah aku, aku harus menghentikannya.

Kekuatan Rena benar-benar diluar dugaan ku, rontaan nya membuatku kewalahan. Aku tahu Rena, aku juga sama sakit nya sepertimu. Kita terluka, tapi jeritan mu semakin membuatku dilanda rasa bersalah. Kumohon Rena, tenanglah....

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang