Start (short)

61 2 0
                                    

Kenapa dari sekian 7 hari dalam seminggu, harus di hari Kamis? Eiji tak menyukai hari itu. Tapi vampir sialan itu memulai perangnya di hari Kamis, tepat disaat dirinya sedang bermanja ria dengan sang istri di malam hari menikmati indahnya malam. Terkutuklah hari Kamis! Eiji benci hari itu.

"Pergilah." Rena sudah tahu perihal Ryusuke yang mengabari suaminya di pagi-pagi buta begini, ada sesuatu yang membuatnya ingin menahan Eiji. Tapi logika membuatnya mengurungkan niat itu, jadilah ia mengatakan demikian. Walau hati nya ingin sekali menahan suaminya itu untuk pergi, entah kenapa perasaan nya tidak enak.

Eiji mengecup dahi Rena lebih lama, lalu turun ke hidung, pipi, hingga kemudian bibir dan bahkan melumatnya begitu lembut. "Aku akan mengantarmu dulu ke mansion Nakamura."

Sebenarnya Eiji turut merasakan apa yang menjadi sumber kekhawatiran Rena, bahkan ia sendiri pun memiliki kekhawatiran yang lebih besar dibandingkan istrinya. Meninggalkan Rena dalam keadaan hamil membuatnya ragu, apalagi perang ini memperebutkan Rena.

Yang mana hal apapun bisa terjadi pada istrinya, termasuk penculikan yang kemungkinan saja bisa terjadi untuk kedua kalinya. Satoru pria yang licik, pria itu akan melakukan apapun demi bisa mendapatkan Rena. Meski dengan cara yang sama sekalipun, karena itu kewaspadaan nya meningkat setelah kejadian penculikan menimpa Rena dulu.

Ia Trauma dengan hal itu.

Tapi kewajiban tak bisa Eiji tinggalkan, sebagai komandan pasukan nya. Demi Rena.

Eiji dan Rena kini berada dalam bathup, jika biasanya Eiji jahil kali ini pria itu diam tanpa sepatah kata pun. Keheningan kali ini entah mengapa membuat Rena semakin tercekik, tersiksa dengan keadaan yang ada.

"Eiji...." dengan sengaja Rena menaiki pusat gairah suaminya, menekannya hingga bersentuhan dengan pusat gairah milik nya sendiri. Biarkanlah ia agresif.... Kali ini saja.

"Ahh....." Lenguh Eiji tertahan, ia langsung terangsang begitu saja karna ulah sang istri yang nakal. Seringainya timbul, "hmm?"

"Kiss me and..... Fuck me, Eiji." Rena menggigit bibirnya sekuat mungkin, ini pertama kalinya ia berkata kotor dan vulgar didepan suaminya, Eiji.

"Fuck!!!" Eiji dengan segera membanting Rena di bathup, menukar posisinya yang kini berada di atas istrinya. Mengecup bahu telanjang wanitanya tersebut. "Kau mulai nakal, belajar darimana hm?"

"A-ahm.... A-Aku hanya membacanya...."

"Shit! Kau tahu aku takkan bisa berhenti dan kau memancingnya, jangan salahkan aku jika aku melakukannya dengan wujud asliku, Rena." Disertai geraman tertahannya.

Bukannya takut, Rena justru dengan berani mengalungkan tangannya di perpotongan leher Eiji sambil mendekatkan kedua tubuhnya begitu menempel. Wajahnya dibuat se sexy mungkin dengan senyumannya yang lebar. "Lakukanlah, aku ingin melihat wujud harimau mu yang sexy." Lalu dengan sengaja Rena menjilat telinga Eiji, hingga pria itu melenguh tertahan.

"As you wish......"

——&——

Mansion Nakamura dipenuhi manusia yang entah berapa jumlahnya, berlarian kesana-kemari mempersiapkan sesuatu. Rena terkejut dengan hal itu, apalagi melihat Ryusuke yang biasanya menunjukkan raut bercandanya kini begitu serius. Bahkan disana sudah ada pengantin baru: Akari dan Renji, Mamoru, Ayane, Ayaka, Hiro, Akashi.

Entah sejak kapan kakak iparnya sudah ada disana, karena tadi pagi pria itu sudah tidak ada di dalam kamarnya. "Kak!!!"

Ryusuke spontan menoleh dan tersenyum pada Rena, adik yang kini tengah mengandung keponakannya. "Bagaimana keadaan keponakan ku?" Sambil menyentuh perut Rena yang sudah mulai membesar sedikit.

"Dia sangattt baik."

"Syukurlah, sebentar lagi kami akan berangkat. Kau tetaplah disini bersama Akari, Ayane, dan Ayaka."

Entah moodnya atau firasatnya yang tidak enak, mata Rena tiba-tiba berkaca-kaca yang mana berhasil bikin panik Ryusuke. "H-Hey ada apa hm?"

"Aku merasa sesuatu yang buruk akan segera terjadi...." Tak mendapatkan penglihatan masa depan membuat nya panik dan berpikir yang tidak-tidak, itulah sumber kekhawatiran nya sekarang.

Dengan senyumnya Ryusuke mendekatkan dahi nya dengan Rena, memberikan tatapan meyakinkan pada adiknya meski di masa depan sendiri belum tahu akan seperti apa nanti. Ia juga sama takutnya, tapi berjuang adalah hal yang bisa dilakukan nya demi melindungi Rena, adik satu-satu nya. "Kami akan membawa kemenangan...."

"Kalian akan kembali utuh.... 'Kan?"

"Tentu saja!"

Ryusuke sudah berkata demikian, itu artinya pria itu tidak akan mengingkari janjinya. Meski kekhawatiran itu masih ada, Rena harus percaya pada sang kakak yang akan membawa kemenangan. "Tolong.... Kembalilah dengan selamat."

"Itu pasti."

Giliran Eiji sekarang, dia mendekati Rena lalu memeluknya begitu erat. Menciumi rambut Rena dengan begitu dalam, ia akan merindukan Rena nanti. "Jaga dirimu selama aku tidak ada, jangan keluar dari rumah sedetik saja, diluar berbahaya dan aku tak ingin kau dan anak kita kenapa-kenapa. Jika kau ingin sesuatu telepon Akari." Rena mengangguk patuh.

"Dan jika sesuatu terjadi padamu, panggil namaku. Aku akan segera datang." Dengan nada rendahnya, firasatnya buruk sekarang. Tak rela meninggalkan Rena dengan Akari, meski ia sendiri tahu seberapa besar kemampuan Akari. Kekhawatirannya tidak hilang, apalagi Rena kini membawa calon bayi diperutnya.

"Aku mengerti..."

"Kalau begitu aku pergi." Pamit Eiji bersamaan dengan sosok bentuknya yang menghilang.

Hampa

Itulah yang dirasakan Rena, bertepatan ketika sosok suaminya menghilang. Cemas menghampirinya namun ia hanya bisa berdoa pada Tuhan agar semuanya baik-baik saja, ia tak ingin kembali kehilangan untuk yang kedua kalinya.

"Ayo masuk."

Senyumnya kembali mengembang, "Iya."

——&——

Medan tempur yang selalu digunakan selama berabad-abad, dimana seorangpun tak akan tahu akan Medan tempur ini kecuali orang-orang yang sudah pernah melakukan pertempuran di tempat ini.

Manusia biasa tak akan bisa melihatnya dengan mudah, begitu kasat mata dan hanya bisa terlihat oleh siluman dan vampir saja.

Disini, Ryusuke beserta pasukannya kini berdiri menghadap lawan perang mereka. Satoru.

Pemimpin klan Hanagaki sekaligus pemimpin pasukan perangnya, Ryusuke menatap tajam sosok yang berada di posisi yang sama dengannya. Semua pasukannya pun demikian.

"Kupikir kau akan kabur, eh Satoru?"

Satoru memasang seringai, senyum yang paling dibenci Eiji. Suami Rena ini bahkan tengah menahan diri untuk tidak menerjang pria itu dan membunuhnya sekarang, sementara Ryusuke berbalik memasang seringai yang sama.

"SERANG!" Teriak Satoru pada pasukannya.





















SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang