32. Ryota

53 3 7
                                    

Ragu....
4 huruf...
1 kata....
Memiliki makna terdalam.....
Satu kata yang mewakili kegundahan hati.....
Satu kata yang mewakili perasaan itu sendiri....
Datang dengan segala kekhawatiran
Emosi yang bercampur....
Tak bisa disalahkan....
Semua manusia pasti punya rasa ragu....
Apapun itu.....

——SATU——

Happy

Read

All
















Kepala rumah sakit langsung turun tangan menangani kondisi Ryota yang baru siuman dari masa kritisnya, memeriksanya begitu teliti sementara Rena berada diluar menunggu dokter yang berstatus anggota klan nya itu keluar.

Atensinya teralihkan ketika merasa bahwa ada sosok yang mendekatinya, berlari di sepanjang lorong rumah sakit bersama seorang gadis yang baru saja membentaknya.

"Siapa yang baru sadar?"

"Ryota." Ucap Rena datar dengan pandangan yang dialihkan ke arah lain, intinya ia tak mau melihat mata Eiji.

"Kalau begitu kita ke dalam!" Ucap gadis itu.

"Silahkan, jika kau mau dimarahi oleh kepala rumah sakit." Ucap Rena sinis.

"Aku adalah penyumbang dana disini."

Rena merotasikan matanya malas. "Lalu? Kau ingin mengganggu dokter yang sedang fokus bekerja? Silahkan, tapi aku yakin Ryota akan langsung tiada begitu kau masuk dan menghalangi dokter." Desis Rena tajam.

"Jaga mulutmu itu, bitch!"

"Mika!"

Bentakan Eiji berhasil membungkam gadis bernama Mika tersebut, sementara Rena menyeringai. Ia kembali menatap pintu ruangan Ryota, sementara Eiji menatap Rena dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Rena sudah mengabari Akari, Renji, Mamoru, Shinji dan Ryusuke.

Benar saja, telinganya langsung mendengar suara sepatu yang saling bertabrakan. Atensinya langsung teralih, mendapati Ryusuke, Ayaka, Renji, Akari, dan Shinji berlarian dengan raut muka khawatir.

Sementara Mika memasang muka jengkel sambil menyingkir, memegang erat lengan Eiji.

"Bagaimana? Apa dokter sudah keluar?" Tanya Ryusuke, Rena menggeleng lemah dengan senyuman lirih yang terpatri. Selang infus masih terpasang disana, dan ia masih berpakaian pasien lengkap.

Ryusuke mengusap wajahnya, Shinji, Akari, Renji duduk termenung sambil terus memanjatkan doa. Ayaka tetap berdiri sambil mengusap punggung Ryusuke dengan lembut, ia tahu Ryusuke kini tengah gundah dan gelisah terkait Ryota yang sudah dianggap adik oleh kekasihnya itu.

"Psst, yang itu siapa?" Tunjuk Mika pada Ryusuke.

"Ryusuke." Ia sengaja tak menyebutkan marganya, karena tahu Mika pasti ingin melakukan sesuatu.

"Ckckck, incarnya yang tua ya?" Sindir Mika, Rena mengangkat alisnya bingung pada Mika. Sama halnya dengan Eiji, Renji, Akari, Ryusuke, Ayaka, dan Shinji.

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang