11. Cinta dan Benci

75 3 16
                                    

Dia benar-benar misterius...
Segala halnya juga....
Dia tak bisa kupahami....
Dia menjadi brengsek....
Tapi juga menjadi peduli diwaktu bersamaan....
Apa maunya?
Dia terus menarikku ke dalam dekapannya....
Membuatku tertarik....
Menggali lebih dalam tentang dirinya....

Happy

Read

All

——SATU——

Sudah seminggu di villa milik Eiji, Rena bosan. Tak ada satupun yang membuatnya sibuk, ia tak boleh memainkan hpnya karena takut disadap oleh musuh. Mengingat betapa canggihnya teknologi sekarang, alhasil dirinya hanya tiduran.

Akari juga sama bosannya dengan Rena, ia juga dilarang oleh Renji untuk tak menggunakan alat elektronik apapun yang dapat memancar sinyal keberadaan, termasuk smartphone tentunya.

Bisa saja ia menonton film di hpnya, tapi itu sama saja mengumbar lokasi sendiri ke musuh. Yang dilarang Renji memang tak salah, tapi jika terus seperti ini ia akan mati kebosanan.

Seperti hidup di zaman purba.

"Tadaima!!!" Teriak Renji memasuki rumah.

"Okaeri Renji-kun, apa kau membawa pesananku?" Renji mengangguk dan memberikan pesanan nya.

"Arigatou."

Rena mengerucutkan bibirnya, ia lupa menitipkan makanan.

Eiji tahu kalau Rena tak menitipkan apapun tadi, jadi ia berinisiatif mendekati Rena sembari menyodorkan beberapa Onigiri dan Mie instant.

Selama 1 tahun ia tahu kebiasaan nona mudanya, bukannya ia berlagak seperti pahlawan kesiangan. Eiji masih punya hati meski bersikap kasar dan dingin.

"Wah! Terimakasih Eiji!" Pekiknya kesenangan sembari mengambil Onigiri dan Mie instant nya.

Renji dan Akari hanya terkekeh melihat nya, Rena memang selalu bisa mencairkan suasana disaat sedang tegang.

"Oh iya Renji, kalian kerumah sakit tidak? Bagaimana dengan Ryusuke-nii? Apa ada perkembangan?" Renji mengangguk pelan.

"Keadaannya semakin pulih, tapi masih belum sadar dari tidurnya." Ujarnya

"Yokatta..."

"Aku ke kamar." Pamit Eiji.

Malam tiba, ke empatnya kini berada di ruang makan. Makan malam dengan belanja yang sebelumnya dibeli oleh Eiji dan Renji, hanya dentingan sendok yang saling beradu disana.

Hingga Eiji menepuk kedua tangannya, pertanda ia sudah selesai dengan makanannya, segera Eiji pergi dari ruang makan menuju kamarnya tanpa pamit. Membuat Rena kesal dibuatnya, beruntung Akari menenangkannya.

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang