4. Dilarang

85 4 12
                                    

Kenapa? Beritahu aku...
Kenapa kalian melarangku?
Berikan alasannya...
Jangan bohongi aku...
Beritahu aku....
Kenapa kalian melarangku?
Melarang ku berdekatan dengannya...
Apa yang salah?
Rasa penasaran ini terus menyiksa ku...
Kumohon katakan sesuatu

Happy read all


---&---

Ryota justru tertawa, Membuat Rena mengerutkan dahinya bingung dengan sikap Ryota dan kakaknya.

"Tak akan." Tegas Ryota

Ryusuke semakin geram, amarahnya naik drastis.

"Berhenti mendekati puteriku, Tanaka." Peringat Makoto

"Tak akan, karena hanya Dia lah yang bisa menyempurnakan kekuatanku." Balas Ryota tak kalah, membuat Ryusuke semakin geram.

"Walau kuakui aku membenci dia karena sudah mengkhianati klan."tunjuk Ryota pada Ayu

"Jangan berani kau menunjuk ibuku dengan tangan kotormu!!" Hardik Ryusuke yang sudah tak bisa menahan emosinya.

"Ryusuke... Sudahlah." Mencoba menenangkan putranya yang emosi, lalu menatap Ryota dengan tatapan sendu.

Ryota benar, ini salahnya karena mengkhianati klan sendiri. yang mengakibatkan perseturuan tiada akhir, Dan anaknya yang terkena imbasnya. Menyakitkan tapi itu kenyataannya, bahkan kalau boleh ia rela memberikan nyawanya asalkan kedua anaknya terlindungi.

"Suatu saat dia akan menjadi milikku." Tekan Ryota sebelum pergi meninggalkan halaman mansion.

Entah mereka harus bernafas lega atau bernafas gusar, kedatangan Ryota menjadi bukti bahwa bendera perang telah dikibarkan.

Eiji yang sedari tadi bersembunyi di balik pepohonan mengepalkan tangannya erat, rahangnya mengeras menggeram kesal. Ia mendengar semuanya.

Sementara dikamar Rena berpikir keras, mengapa reaksi kedua orang tuanya seperti tak suka dengan Ryota. Ia tak bisa mendengar pembicaraannya karena jendelanya tertutup, jika ia buka orang tua dan kakaknya pasti akan tahu.

Memilih beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri usai bertempur dengan buku-buku disekolah. Lalu ikut turun makan malam bersama keluarga, entah kenapa perasannya tidak enak dari tadi namun berusaha ia tepis.

Makan malam seperti biasa dengan celoteh dari sulung dan kepala keluarga, si bungsu hanya diam mengaduk makanannya tak berniat memasukannya ke dalam mulut.

Pikirannya melayang pada sore tadi saat Ryota mengantarnya, telinganya tuli tak mendengar panggilan dari sang kakak karena terlalu fokus dengan pikirannya.

"RENA ANINDYA PRAMESTHA!" Rena tersentak dan menjatuhkan sendoknya ke lantai begitu mendengar teriak Ryusuke.

"Kakak!!"

"Lagian kau melamun saat makan, apa sih yang dipikirkan?" Ketus Ryusuke

"Kakak kepoooo." Menjulurkan lidahnya

"Sudah-sudah, habiskan makanannya." Peringat sang ibu membuat keduanya terdiam dan melanjutkan makan.

—&—

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang