Penyempurnaan

76 3 0
                                    

Akari dan Renji berjalan berdampingan meninggalkan rumah sakit setelah memberikan baju Rena, keduanya saling melempar tatapan dan senyuman di sepanjang jalan. Walau memang acara mereka diganggu oleh seseorang yang tak diundang, tapi kini hubungan keduanya sudah sah Dimata masyarakat, Negara, dan Tuhan.

Tentu saja keduanya bahagia.

Dan aura kebahagiaan itu tentunya terasa setiap orang berlalu lalang melewati pasangan sejoli itu, hingga sampai dirumah pun semua yang ada disana turut merasakan nya. Entah para maid, penjaga rumah, bahkan penjaga kebersihan pun sampai ikut tersenyum, ayah Akari pun turut merasakan aura positif anak dan menantunya.

"Bagaimana keadaan nona?" Suara berat sang ayah berhasil mengalihkan atensi keduanya saat baru memasuki ruangan, Renji dan Akari sontak mendekati sang ayah yang sudah berganti bajunya dengan pakaian santai meski ada guratan lelah disana.

"Rena sudah baik-baik saja ayah, bahkan sekarang dia sedang berbadan dua." Ayah Akari terkejut mendengar jawaban Renji, lalu kembali ke wajah datarnya.

"Ya sudah, kalian istirahatlah. Malam nanti akan ada pesta perayaan pernikahan, terserah kalian mau ikut atau tidak." Tutur sang ayah.

"Kami tentu akan ikut, ayah." Jawab Akari, sang ayah hanya mengangguk dan kembali melanjutkan kegiatan membaca korannya. Merasa sang ayah tak membuka percakapan lagi, Renji dan Akari segera naik ke lantai dua menuju kamar milik gadisnya itu. Lalu menutup rapat dan menguncinya.

Akari membaringkan tubuhnya dengan helaan napas yang cukup panjang, membiarkan kakinya menggelantung di ranjang miliknya. Sementara Renji terkekeh melihat tingkah Akari lalu mengambil baju miliknya yang sedikit santai dan masuk ke walk in closet.

Renji keluar dari walk in closet dengan lebih santai dengan bagian atas yang tak tertutup sehelai kain, atau bisa dibilang bertelanjang dada mungkin juga disebut Shirtless. Tentu saja lekuk tubuh kekar itu terlihat begitu jelas, hingga membuat Akari yang sebelumnya hendak mengomel malah jadi terpaku dengan pemandangan didepannya.

Raut wajah yang berubah dalam instan itu tentu tak luput dari mata Renji, hingga terkekeh dibuatnya. "Terpesona hm?"

Nada berat nan menggoda yang mengalun berhasil mengembalikan kesadaran nya hingga wajahnya memerah malu, Akari memalingkan mukanya kesamping. Intinya menghindari mata yang kini tengah menatapnya menggoda, sungguh mata itu membuatnya merasa terpojok dan malu.

Tingkah Akari yang malu-malu itupun tak luput dari penglihatan nya, sungguh menggemaskan dan ia sangat tak tahan hingga naik ke ranjang mendekati wajah Akari yang masih menghindari dirinya. Akari tersentak kaget melihat wajah Renji yang kini sudah begitu dekat dengannya, hanya tersisa satu senti dengan hidung yang sudah bersinggungan hingga dirinya bisa merasakan deru nafas Renji. "R-Renji-kun?!"

Kekehan berat itu terdengar di telinganya, begitu berat dan lembut yang kembali membuat Akari begitu memerah hingga ke telinga nya. Renji benar-benar tak tahan dengan tingkah laku Akari yang begitu menggemaskan, segera ia mencium bibir Akari lalu menggerakannya dengan lembut. Awalnya terkejut, namun lama-lama ia terbuai hingga menutup matanya dan membiarkan Renji menjajah bibirnya.

Toh sudah sah, pikirnya.

Hingga tanpa sadar dirinya melenguh kala Renji mulai liar mengeksplor bibirnya, bahkan menggigitnya hingga dirinya spontan membuka mulutnya. Bahkan ia terkejut merasakan ada benda tak bertulang masuk ke dalam mulutnya dan mulai mengekplorasi lebih dalam, bahkan mengajak lidahnya agar saling bertarung.

Tangan mungilnya tiba-tiba terangkat dan digenggam oleh tangan kekar Renji, lalu ditaruh ke bahu besar pria itu. Seperti menyuruhnya untuk mengalungkan kedua tangannya di perpotongan bahu pria itu, dan ia menurutinya bahkan meremat baju Renji hingga kusut. Saking kewalahan membalas ciuman Renji yang begitu menuntut.

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang