"Daddy! Ayo cepet!!!"
"Mommy! Susu Amara mana?!"
"Tou-san! Kaa-san! Ayo cepat sebelum paman Najandra marah!"
"Iya-iya sebentar sayang!! Aduh, dimana dasimu Eiji?!" Panik sang wanita, dress sudah dipakaikan dan make up sudah diaplikasikan. Tapi ia masih berada dalam kamar nya mencari dasi yang sedari tadi tak ditemukan, entah kemana disimpan.
"Aku menemukannya, Rena!" Dengan cepat sosok pria tegap itu berlari mendekati sang wanita, dan langsung menyerahkan dasi nya. "Tolong pakaikan."
Dengan gesit, tangan lentiknya mulai menggerakkan dua ujung dasi dan melipatnya hingga membentuk simbol segitiga terbalik. Lalu membereskan kerah sang pria juga bahu nya yang sedikit kotor. "Sudah ayo, kasihan anak-anak udah nunggu kita di mobil."
Belum ada beberapa langkah tiba-tiba lengannya ditarik dan bibirnya merasakan benda kenyal yang sama. hanya mengecup, lalu begitu dilepas sang pria tersenyum jahil yang sialnya malah membuat pesonanya menjadi bertambah berkali-kali lipat. "Jangan lupakan jatahku."
"Mesum!"
Tersenyum miring, segera keduanya keluar dari kamar dan menggunakan sepatu mereka. Melihat ketiga anaknya kini sudah memasang wajah marah padanya, kecuali putera pertamanya yang tetap memasang wajah datar. Benar-benar Eiji sekali, "Daddy tadi harus cari dasi dulu sayang, maaf ya."
"Paling berduaan dulu, lupa sama anaknya yang ada di mobil capek-capek nungguin."
Anak nya yang satu ini kalau berbicara memang menyakitkan, entah memang itu bawaan darinya atau bagaimana?
"Daddy ga bohong Garuda, tanyakan saja pada mommy mu."
Rena yang dipanggil mengangguk, memang benar adanya kalau ia dan Eiji sedari tadi mencari dasi hingga mencak-mencak kesal. Tapi perkataan Garuda juga tak bisa dielakkan sih, mengingat putra sulungnya ini paling hapal dengan kebiasaan orangtuanya misalkan keduanya sedang tak ada disekitar mereka.
"Ayo berangkat."
——&——
"Tu setan masih lama kah?!"
"Ya sabar bang, lu juga tahu sendiri kan Eiji anaknya ada berapa?" Sang gadis memutar bola matanya malas pada pria didepannya.
"Ya maksud Abang bisa kan mereka berangkat gasik?!"
"Sabar Astagfirullahaladzim bang, gue tau lu tuh gugup banget."
"Siapa yang lu maksud setan, Najandra?!"
Gadis dibelakang nya hanya bisa meringis mendengar umpatan dari suaminya, juga ketiga anaknya yang hanya bisa menggelengkan kepala. "Darimana suamiku belajar bahasa Jakarta?" Gumam Rena meringis.
"Dateng juga lo! Cepetan." Najandra sudah terlalu kesal, sampai-sampai Eiji ditarik begitu kuat. Membuat Rena dan Olie tertawa kencang.
"Aku ke tempat pengantin wanita nya ya, Lie. Ada yang mau ikut gak?" Tanya Rena pada ketiga anaknya, tapi gelengan yang didapat kecuali dari Amara.
"Amara mau ikut mommy." Celetuk bocah perempuan itu, Rena tentu mengangguk dan segera menggandeng tangan putrinya. Amara sekarang tak ingin digendong olehnya karena menurut bocah itu, dia sudah dewasa. Jadi Rena hanya bisa menuruti keinginan putri kecilnya.
Kain putih yang menjalar kebawah, menjadi penampakan pertama yang terlihat di mata viridiannya setelah membuka pintu. Kain yang semakin naik akan semakin berbeda bentuk nya, menjadi sebuah gaun yang sedang digunakan oleh seorang wanita cantik dengan hijab yang menutupi seluruh area kepalanya.
"Anisa."
Sosok pemilik gaun itu menoleh, tersenyum manis yang membuat Rena merasa tenang dan nyaman. "Gimana kabarmu?" Tanya Rena sembari melangkah masuk secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU [END]
Fantasy🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 "Jangan tinggalkan aku..." Rena yang sebelumnya hanya memiliki kehidupan yang cukup monoton di negara matahari terbit, kini dipenuhi dengan misteri dan petualangan antara hidup dan mati yang terus mendesaknya. Disamping itu, pemuda...