24. Awal

60 2 20
                                    

Terkadang meninggalkan seseorang itu memang perlu
Agar orang yang kita cintai menyadari...
Betapa penting kita dalam hidupnya...
Begitulah kehidupan...
Ada yang menyadarinya
Ada yang tidak menyadarinya
Ada yang terlambat menyadarinya....




HAPPY

READ

ALL



--SATU--

Sudah seminggu lamanya acara tersebut usai, sudah seminggu pula dirinya menyandang status tunangan dari Watanabe Eiji. Semalam setelahnya, berita terkait acara tunangan antara dirinya dan Watanabe Eiji kian menyebar luas di sekolah. Entah siapa yang membocorkannya, ia ingin memukulnya detik ini juga.

Berkat berita itu, banyak pasang mata menatapnya sinis setiap saat ia datang ke sekolah, jalan di lorong, kantin, dan saat pulang dalam 7 hari terakhir ini. Ia hanya bisa menerima semuanya, mau membela diri pun percuma. Ia bukan orang yang seperti itu.

Ditatapnya lagi jam dinding, menunjukkan pukul 10 malam. Perutnya lapar tapi Ryusuke tak akan pulang untuk waktu yang lama, sedangkan ia tak enak meminta bantuan para maid karena dirinya tak bisa memasak.

Menghela nafasnya, memilih beranjak menuju kamar. Mengganti bajunya dengan baju kasual yang panjang dan tertutup, tak lupa Hoodie Biru nya menutupi sebagian wajahnya. Lalu dengan gesit ia turun menuju pintu keluar dan menguncinya.

Langkahnya tiba di Supermarket mini 7 eleven, ia segera masuk dan mencari makanan yang sekiranya bisa mengganjal perut. Onigiri, ramen, dan minuman hangat. Cuacanya begitu dingin jadi ia lebih memilih membeli makanan atau minuman yang hangat, lalu memakannya di supermarket.

"Kau memang pintar keluar secara diam-diam."

Ucapan suara baritone tersebut berhasil menyentak Rena di meja yang tersedia disana, kepalanya mendongak keatas menatap sosok pria yang menjulang tinggi didepannya. "Sialan kau Eiji!"

"Hn..." Ikut mendudukan dirinya didepan Rena sambil menaruh makanan yang ia pesan, acuh dengan muka kesalnya Rena.

"Kau selalu mengikutiku, apa tak ada kerjaan lain?" Ketusnya sambil memakan camilan yang ia beli, Eiji hanya menghendikkan bahunya membuat Rena mendengus kesal.

Tak ada suara, hanya bunyi dentingan jarum jam dan bunyi suara kasir di Supermarket mini tersebut. Tak ada yang mau membuka suaranya, baik itu dari Rena maupun dari Eiji karena bingung topik apa yang mau dibahas.

Sampai semua makanannya habis ditandasnya, tak ada satupun kata yang keluar dari kedua bibir tersebut. Rena beranjak menuju bagian minuman lalu membayarnya dan kembali lagi ke meja dimana Eiji berada, tapi ketika ia sampai Eiji sudah tak ada disana.

Dan ada secarik kertas di meja itu, lantas ia mengambilnya dan membacanya perlahan.

Aku sudah membayarnya

Rena mendengus, memangnya ia berniat membayar belanjaan Eiji? Tentu saja tidak, matanya mendongak mencari sosok berhoodie hitam di luar.

Hingga sosok siluet Hoodie bergambar yang tertangkap di netra Viridian nya di atap yang tak jauh dari supermarket mini 7 eleven, walau tak terlihat dengan jelas namun ia yakin mata yang kini tengah menatapinya adalah mata sapphire biru muda milik Eiji. Karena hanya mata pria itulah yang sangat mencolok digelapnya malam.

SATU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang